Internasional

Batasi China, Thailand Pelopori Lembaga Pendanaan Mandiri

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
16 June 2018 19:40
Dana yang akan dikelola secara kolektif oleh Thailand dengan Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam diprediksi akan mulai beroperasi di tahun 2019.
Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
Bangkok, CNBC Indonesia - Thailand mempelopori sebuah pengumpulan dana baru di Asia Tenggara untuk proyek infrastruktur dan pembangunan, kata Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha dalam sebuah konferensi di Bangkok hari Sabtu (16/6/2018). Langkah itu dilakukan sebagai usaha untuk mengatasi ketergantungan terhadap raksasa-raksasa Asia seperti China.

Dana yang akan dikelola secara  kolektif oleh Thailand dengan empat negara ASEAN lain yaitu Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam diprediksi akan mulai beroperasi di tahun 2019.
"Thailand ingin menekankan pentingnya sumber pendanaan yang berkelanjutan," kata Prayuth dalam acara konferensi Ayeyawady-Chao Phraya-Mekong Economic Cooperation Strategy (ACMECS), dilansir dari Reuters.

Salah satu tujuan dari dana itu adalah untuk mengurangi ketergantungan pada pendanaan dari China dan raksasa kawasan lainnya, kata Arthayud Srisamoot yang merupakan seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Thailand.

"Ada kesan di antara negara-negara ini untuk mencoba berinteraksi lebih di dalam kawasan sebelum keluar ke China, Korea Selatan, Jepang dan India."

Thailand akan menyumbang "uang dengan jumlah substansial" untuk memulai dana itu, tambahnya.

Prayuth tidak memberi keterangan rinci terkait besaran dan anggaran proyek ini, tetapi pemerintah Thailand mengatakan pejabat dari lima negara akan bertemu tahun ini untuk menyempurnakan detailnya.

Dana itu akan mendapatkan uang melalui penjualan saham dan obligasi dengan menerbitkan utang untuk proyek-proyek, kata Arthayud. dia menambahkan dana itu akan menyambut kontribusi keuangan dari negara-negara dan institusi di luar Asia Tenggara.

Proyek infrastruktur kawasan dari 10 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN) sebelumnya tidak berjalan lancar karena pertentangan kepentingan.

China banyak berinvestasi pada infrastruktur di Asia Tenggara, sejalan dengan inisiatif Belt and Road-nya. Negara Tirai Bambu juga menyuntikkan dana di sektor energi dan properti yang memicu kekhawatiran akan semakin bergantungnya perekonomian kawasan terhadap negara itu.

China berkomitmen untuk menggelontorkan hampir US$12 miliar (Rp 168,8 triliun) pinjaman dan hibah di Laos, Myanmar, Thailand, Kamboja dan Vietnam.

Pada konferensi kawasan tahun ini di Kamboja, salah satu negara yang menjadi penerima manfaat investasi China teratas di kawasan, para pemimpin pemerintahan sepakat untuk mempertimbangkan kelompok kedua dari proyek yang didanai China untuk bergabung dengan 132 proyek yang disetujui di tahun 2016.

Proyek infrastruktur yang didukung China di kawasan itu termasuk skema kereta senilai $5,5 miliar untuk menghubungkan pesisir timur Thailand dengan sisi selatan China melalui daratan Laos.


(roy/roy) Next Article Buronan 1MDB Ini Sebut Mahathir Sita Yachtnya Secara Tak Sah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular