Harga Emas Naik Merespons Komentar Trump dan G20

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
23 July 2018 12:41
Harga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak stabil cenderung menguat sebesar 0,10% ke US$1.232,3/troy ounce, pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Issei Kato
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak stabil cenderung menguat sebesar 0,10% ke US$1.232,3/troy ounce, pada perdagangan hari ini Senin (23/07/2018) hingga pukul 11.45 WIB hari ini. Harga sang logam mulia mampu melanjutkan kenaikan sebesar 0,58% pada perdagangan kemarin.

Harga emas juga nampaknya mampu sedikit pulih, pasca di sepanjang pekan lalu terkoreksi sebesar 0,8%. Tekanan bagi harga emas di sepanjang pekan lalu datang dari perkasanya dolar Amerika Serikat (AS) akibat pemaparan Gubernur The Federal Reserve/The Fed Jerome Powell yang mengindikasikan naiknya suku bunga acuan AS secara lebih agresif.
Harga Emas Naik Merespon Komentar Trump dan G20


Meski demikian, sejak akhir pekan lalu mata uang Negeri Paman Sam sudah menunjukkan tanda-tanda kehabisan bensin. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, terkoreksi cukup signifikan sebesar 0,74% pada perdagangan hari Jumat (20/07/2018).

Lalu, hingga siang hari ini pukul 11.54 WIB, indeks ini juga masih belum mampu bangkit, dengan turun sebesar 0,14%.

Penyebabnya adalah Presiden AS Donald Trump yang menilai pengetatan moneter oleh The Fed akan menghambat pemulihan ekonomi Negeri Adidaya. Kenaikan suku bunga yang diperkirakan mencapai empat kali sepanjang 2018 membuat dolar AS menguat sendirian, dan itu membuat ekspor AS kurang kompetitif.

Harga Emas Naik Merespon Komentar Trump dan G20


"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump melalui Twitter pada akhir pekan lalu.

Komentar Trump lantas menjadi pelatuk yang membuat dolar AS memulai tren depresiasinya. Mata uang ini memang sudah menguat agak keterlaluan, terlalu lama seolah tanpa jeda. Akibat pernyataan Trump, dolar AS mengalami tekanan jual.

Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS. Hal ini lantas mampu menggenjot permintaan sang logam mulia.

Faktor lainnya, investor nampaknya menangkap sinyal negatif dari pertemuan G20.

Menteri keuangan dan pejabat bank sentral dari 20 perekonomian besar dunia menutup pertemuan dua hari mereka di Buenos Aires hari Minggu (22/7/2018) dengan peringatan bahwa "ketegangan perdagangan dan politik yang meningkat" mengancam pertumbuhan ekonomi.

Hal itu disampaikan ketika kebijakan proteksionis Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat kesal sekutu-sekutu lamanya, seperti Uni Eropa (UE), Kanada, dan Meksiko, serta memicu serangan balasan dari berbagai negara.

Komunike final G20 menekankan "perlunya peningkatan dialog dan tindakan untuk memitigasi risiko dan memperkuat keyakinan" di tengah perang dagang global yang makin panas, dilansir dari AFP hari Senin (23/7/2018).

Pernyataan itu tidak menyebut AS yang saat ini menjadi pusat perseteruan dagang dengan anggota G20, seperti China dan UE. Namun, setidaknya komunike tersebut merefleksikan kecemasan yang lebih dalam dibandingkan bulan Maret lalu, ketika para anggota sama sekali menghindari membahas isu tersebut.

Munculnya persepsi terkait ketidakpastian ekonomi dan global ini lantas memicu investor untuk berperilaku defensif, dan melepas aset-aset berisiko. Sebaliknya, aset safe haven seperti emas akan lebih banyak diburu, dan akhirnya mampu menopang harga komoditas ini.   


(RHG/gus) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular