
Dolar AS Kehabisan Bensin, Harga Emas Naik 0,18%
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
03 July 2018 14:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak menguat tipis 0,18% ke US$1.243,9/troy ounce, hingga pukul 14.03 WIB hari ini. Pergerakan harga sang logam mulia mendapatkan energi positif dari lesunya dolar Amerika Serikat (AS), ditambah kembali membaranya tensi perang dagang global.
Dengan pergerakan tersebut, harga emas mampu naik dari level terendahnya sejak pertengahan Juli 2017. Meski demikian, hingga hari ini, harga emas sudah terkoreksi sebesar 6,01% secara year-to-date (YTD).
Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia, sempat menguat sebesar 0,21% pada dini hari ini. Penyebabnya adalah indeks PMI manufaktur AS versi Institute of Supply Management (ISM) tercatat 60,2. Jauh di atas konsensus pasar yang memperkirakan 58,4.
Sementara versi Markit menyebutkan PMI Juni berada di 55,4. Lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 54,6. Ini menandakan pelaku usaha di Negeri Adidaya sangat optimistis dan ekspansif. Artinya, pemulihan ekonomi di AS pun semakin terlihat nyata.
Perkembangan ini kian mengonfirmasi bahwa The Federal Reserve/The Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali tahun ini, atau dua kali lagi. Berita ini tentu lagi-lagi menambah bensin bagi dolar AS untuk menguat terhadap mata uang dunia.
Meski demikian, pergerakan greenback mulai berbalik arah siang ini. Hingga pukul 14.06 WIB, Dollar Index melemah hingga 0,28%. Penyebabnya adalah mata uang Euro yang menguat seiring kabar positif dari koalisi pemerintahan di Jerman.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer mengajukan pengunduran dirinya dari kabinet, sebagai respons atas kesepakatan Uni Eropa mengenai imigran yang dicapai pekan lalu. Seehofer condong agar Jerman agak menutup pintu kepada para imigran.
Perkembangan ini lantas membuat pemerintahan Kanselir Angela Merkel semakin rentan. Padahal, Merkel sudah cukup kesulitan untuk menghimpun koalisi pemerintahan. Namun, siang ini kekhawatiran itu sirna. Pasalnya, Partai Kristen Sosialis dikabarkan telah mencapai kesepakatan dengan Partai Kristen Demokrat-nya Merkel terkait imigran ilegal, seperti dikutip dari CNBC International.
Perkembangan di Negeri Bavaria yang positif akhirnya mempengaruhi pasar keuangan. Maklum, Jerman adalah perekonomian terbesar di Benua Biru. Apa yang terjadi Jerman akan mendapat sorotan dan mempengaruhi mata uang Euro.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS, dan ujung-ujungnya meningkatkan permintaan terhadap komoditas ini.
Selain itu, harga emas juga mendapatkan angin segar dari masih panasnya tensi perang dagang global. Presiden AS Donald Trump terus menebar ancaman dan kali ini ditujukan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO). Menurut Trump, WTO telah memperlakukan AS dengan sangat buruk.
Beberapa waktu lalu, situs berita Axios melaporkan bahwa pemerintahan Trump tengah berencana membuat regulasi untuk bebas menaikkan bea masuk kapan saja dan menerapkan bea masuk khusus bagi negara tertentu. Dua aturan ini adalah pelanggaran mendasar di mata WTO.
"AS mendapatkan kerugian dari WTO. Kami belum merencanakan apa-apa untuk saat ini, tetapi jika mereka tidak memperlakukan kami dengan baik, maka kami akan melakukan sesuatu," tegas Trump, dikutip dari Reuters.
Pekan lalu, sempat beredar kabar bahwa Trump ingin AS keluar dari WTO. Namun hal ini sudah dibantah oleh pemerintah.Perang dagang yang masih berkecamuk kemudian mampu mengerek harga emas.
Saat ketidakpastian ekonomi muncul akibat perang dagang, investor cenderung akan keluar dari aset-aset berisiko, dan beralih memeluk aset safe haven seperti emas.
(RHG/RHG) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Dengan pergerakan tersebut, harga emas mampu naik dari level terendahnya sejak pertengahan Juli 2017. Meski demikian, hingga hari ini, harga emas sudah terkoreksi sebesar 6,01% secara year-to-date (YTD).
![]() |
Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia, sempat menguat sebesar 0,21% pada dini hari ini. Penyebabnya adalah indeks PMI manufaktur AS versi Institute of Supply Management (ISM) tercatat 60,2. Jauh di atas konsensus pasar yang memperkirakan 58,4.
Perkembangan ini kian mengonfirmasi bahwa The Federal Reserve/The Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali tahun ini, atau dua kali lagi. Berita ini tentu lagi-lagi menambah bensin bagi dolar AS untuk menguat terhadap mata uang dunia.
Meski demikian, pergerakan greenback mulai berbalik arah siang ini. Hingga pukul 14.06 WIB, Dollar Index melemah hingga 0,28%. Penyebabnya adalah mata uang Euro yang menguat seiring kabar positif dari koalisi pemerintahan di Jerman.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer mengajukan pengunduran dirinya dari kabinet, sebagai respons atas kesepakatan Uni Eropa mengenai imigran yang dicapai pekan lalu. Seehofer condong agar Jerman agak menutup pintu kepada para imigran.
Perkembangan ini lantas membuat pemerintahan Kanselir Angela Merkel semakin rentan. Padahal, Merkel sudah cukup kesulitan untuk menghimpun koalisi pemerintahan. Namun, siang ini kekhawatiran itu sirna. Pasalnya, Partai Kristen Sosialis dikabarkan telah mencapai kesepakatan dengan Partai Kristen Demokrat-nya Merkel terkait imigran ilegal, seperti dikutip dari CNBC International.
Perkembangan di Negeri Bavaria yang positif akhirnya mempengaruhi pasar keuangan. Maklum, Jerman adalah perekonomian terbesar di Benua Biru. Apa yang terjadi Jerman akan mendapat sorotan dan mempengaruhi mata uang Euro.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS, dan ujung-ujungnya meningkatkan permintaan terhadap komoditas ini.
Selain itu, harga emas juga mendapatkan angin segar dari masih panasnya tensi perang dagang global. Presiden AS Donald Trump terus menebar ancaman dan kali ini ditujukan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO). Menurut Trump, WTO telah memperlakukan AS dengan sangat buruk.
Beberapa waktu lalu, situs berita Axios melaporkan bahwa pemerintahan Trump tengah berencana membuat regulasi untuk bebas menaikkan bea masuk kapan saja dan menerapkan bea masuk khusus bagi negara tertentu. Dua aturan ini adalah pelanggaran mendasar di mata WTO.
"AS mendapatkan kerugian dari WTO. Kami belum merencanakan apa-apa untuk saat ini, tetapi jika mereka tidak memperlakukan kami dengan baik, maka kami akan melakukan sesuatu," tegas Trump, dikutip dari Reuters.
Pekan lalu, sempat beredar kabar bahwa Trump ingin AS keluar dari WTO. Namun hal ini sudah dibantah oleh pemerintah.Perang dagang yang masih berkecamuk kemudian mampu mengerek harga emas.
Saat ketidakpastian ekonomi muncul akibat perang dagang, investor cenderung akan keluar dari aset-aset berisiko, dan beralih memeluk aset safe haven seperti emas.
(RHG/RHG) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Most Popular