
Kenaikan Fed Rate di Depan Mata, Harga Emas Loyo Lagi
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
11 May 2018 13:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas COMEX kontrak pengiriman Juni 2018 tidak mampu melanjutkan penguatannya pada perdagangan kemarin, setelah bergerak melemah 0,15% ke US$1.320,30/troy ounce hingga pukul 11.11 WIB hari ini. Melandainya harga emas didorong oleh masih besarnya kemungkinan The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).
Sehari sebelumnya, harga emas mampu memutus tren pelemahan selama 3 hari berturut-turut dengan menguat sebesar 0,71%, memanfaatkan pelemahan dolar AS. Sebagai catatan, kemarin indeks dolar AS, yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, melemah cukup signifikan sebesar 0,42%.
(RHG/RHG) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Sehari sebelumnya, harga emas mampu memutus tren pelemahan selama 3 hari berturut-turut dengan menguat sebesar 0,71%, memanfaatkan pelemahan dolar AS. Sebagai catatan, kemarin indeks dolar AS, yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, melemah cukup signifikan sebesar 0,42%.
![]() |
Penyebab pelemahan dolar AS kemarin adalah inflasi Negeri Paman Sam yang di bawah ekspektasi. Inflasi AS periode April 2018 tercatat sebesar 0,2% dan inflasi inti adalah 0,1% secara month-to-month (MtM), masih di bawah konsensus pasar yang memperkirakan inflasi 0,3% MtM dan inflasi inti 0,2% MtM. Artinya, peluang untuk kenaikan suku bunga acuan yang agresif kembali mengecil.
Tidak hanya terhadap greenback, data inflasi juga membuat imbal hasil (yield) obligasi AS turun. Yield obligasi AS tenor 10 tahun yang sebelumnya sempat menyentuh 3%, kemarin turun ke 2,971%. Ekspektasi inflasi yang mereda membawa yield turun, sehingga minat terhadap instrumen ini juga berkurang.
Namun, hingga siang ini, kekuatan dolar AS pulih. Meski data inflasi AS bulan lalu meleset dari ekspektasi pasar, kenyataannya secara year-on-year (YoY) inflasi AS sudah mencapai 2,5%, atau merupakan level tertingginya dalam 14 bulan terakhir.
Selain itu, data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam pun masih solid. Jumlah warga yang mengklaim tunjangan pengangguran AS dalam sepekan hingga tanggal 4 Mei 2018, tercatat sebesar 211.000 orang, atau lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 219.000 orang.
Terlebih, mengutip CNBC International, pelaku industri pengolahan AS baru-baru ini melaporkan bahwa mereka telah membayar harga yang lebih mahal untuk bahan baku, dipicu oleh kebijakan kenaikan tarif impor baja dan aluminium serta melambungnya harga emas dunia. Biaya produksi yang meningkat akan ditransmisikan pada meningkatnya harga jual pada konsumen, yang akhirnya juga akan mendukung peningkatan inflasi.
Mengutip data CME Federal Funds Futures tanggal 10 Mei 2018, probabilitas kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan 13 Juni sebesar 25 basis poin menjadi 1,75-2%, mencapai 100%. Pelaku pasar pun semakin yakin bahwa kenaikan suku bunga acuan AS sudah di depan mata, dan kembali melirik dolar AS.
Faktor lain yang menekan harga sang logam mulia juga datang dari perkembangan perdamaian di Semenanjung Korea yang semakin nyata. Disepakati bahwa Presiden Trump akan melakukan pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada 12 Juni mendatang di Singapura.
"Pertemuan yang telah ditunggu-tunggu antara Kim Jong Un dengan saya akan bertempat di Singapura pada 12 Juni. Kami berdua akan berupaya membuat pertemuan ini menjadi momen spesial bagi perdamaian dunia!" cuit Trump di akun Twitter-nya.
AS akan meminta denuklirisasi penuh di Korea Utara, yang kemungkinan besar akan disetujui oleh Pyongyang. Ini akan menjadi babak baru, di mana akan tercipta perdamaian di Semenanjung Korea setelah ketegangan terjadi selama puluhan tahun.
Sejatinya Korea Utara dan Korea Selatan tidak pernah berdamai, hanya ada gencatan senjata. Namun dinamika yang terjadi saat ini menunjukkan aura perdamaian dua Korea sudah semakin terasa. Hal ini tentunya bukan kabar baik bagi harga emas, seiring akan kembalinya kepercayaan diri investor untuk "bermain" dengan aset-aset berisiko, dan meninggalkan instrumen safe haven seperti emas dan Jepang Yen.
Tidak hanya terhadap greenback, data inflasi juga membuat imbal hasil (yield) obligasi AS turun. Yield obligasi AS tenor 10 tahun yang sebelumnya sempat menyentuh 3%, kemarin turun ke 2,971%. Ekspektasi inflasi yang mereda membawa yield turun, sehingga minat terhadap instrumen ini juga berkurang.
Namun, hingga siang ini, kekuatan dolar AS pulih. Meski data inflasi AS bulan lalu meleset dari ekspektasi pasar, kenyataannya secara year-on-year (YoY) inflasi AS sudah mencapai 2,5%, atau merupakan level tertingginya dalam 14 bulan terakhir.
Selain itu, data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam pun masih solid. Jumlah warga yang mengklaim tunjangan pengangguran AS dalam sepekan hingga tanggal 4 Mei 2018, tercatat sebesar 211.000 orang, atau lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 219.000 orang.
Terlebih, mengutip CNBC International, pelaku industri pengolahan AS baru-baru ini melaporkan bahwa mereka telah membayar harga yang lebih mahal untuk bahan baku, dipicu oleh kebijakan kenaikan tarif impor baja dan aluminium serta melambungnya harga emas dunia. Biaya produksi yang meningkat akan ditransmisikan pada meningkatnya harga jual pada konsumen, yang akhirnya juga akan mendukung peningkatan inflasi.
Mengutip data CME Federal Funds Futures tanggal 10 Mei 2018, probabilitas kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan 13 Juni sebesar 25 basis poin menjadi 1,75-2%, mencapai 100%. Pelaku pasar pun semakin yakin bahwa kenaikan suku bunga acuan AS sudah di depan mata, dan kembali melirik dolar AS.
Faktor lain yang menekan harga sang logam mulia juga datang dari perkembangan perdamaian di Semenanjung Korea yang semakin nyata. Disepakati bahwa Presiden Trump akan melakukan pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada 12 Juni mendatang di Singapura.
"Pertemuan yang telah ditunggu-tunggu antara Kim Jong Un dengan saya akan bertempat di Singapura pada 12 Juni. Kami berdua akan berupaya membuat pertemuan ini menjadi momen spesial bagi perdamaian dunia!" cuit Trump di akun Twitter-nya.
AS akan meminta denuklirisasi penuh di Korea Utara, yang kemungkinan besar akan disetujui oleh Pyongyang. Ini akan menjadi babak baru, di mana akan tercipta perdamaian di Semenanjung Korea setelah ketegangan terjadi selama puluhan tahun.
Sejatinya Korea Utara dan Korea Selatan tidak pernah berdamai, hanya ada gencatan senjata. Namun dinamika yang terjadi saat ini menunjukkan aura perdamaian dua Korea sudah semakin terasa. Hal ini tentunya bukan kabar baik bagi harga emas, seiring akan kembalinya kepercayaan diri investor untuk "bermain" dengan aset-aset berisiko, dan meninggalkan instrumen safe haven seperti emas dan Jepang Yen.
(RHG/RHG) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Most Popular