
Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Houtmand P Saragih & Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
27 April 2018 12:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas beranjak menguat tipis siang ini, seiring pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) yang cenderung melandai. Hingga pukul 11.39 WIB hari ini, harga emas COMEX kontrak pengiriman Juni 2018 menguat 0,04% ke US$1.318,50/troy ounce.
Harga sang logam mulia hari ini berhasil rebound, setelah sehari sebelumnya terkoreksi hingga 0,37%. Biang kerok melemahnya harga emas kemarin adalah penguatan lebih lanjut dolar AS dan positifnya performa Wall Street.
Kemarin, indeks dolar AS, yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, tercatat menguat hingga 0,43% ke 91,561. Sementara itu, indeks Dow Jones mampu ditutup menguat nyaris 1% ke 24.322,34 pada perdagangan kemarin.
Saat ekuitas mencatatkan kenaikan, harga emas memang cenderung bergerak turun, karena para investor akan mengalihkan perhatiannya ke pasar saham.
Namun demikian, siang ini indeks dolar AS mulai bergerak melandai, dengan melemah hingga 0,05% ke level 91,515. Tren penguatan dolar AS sedikit terhenti setelah reli panjang sejak awal pekan.
Sepertinya turbulensi di pasar obligasi AS sudah mereda. Ini ditandai dengan penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Setelah sempat menyentuh 3%, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun ke 2,9734%.
Kenaikan yield menandakan ekspektasi inflasi sedang tinggi. Namun, rilis data terakhir seakan mengonfirmasi bahwa pemulihan ekonomi AS tidak sekencang yang diperkirakan.
Kementerian Perdagangan AS melaporkan pembelian barang modal buatan AS turun 0,1% pada Maret. Data Februari juga direvisi dari awalnya tumbuh 1,4% menjadi hanya 0,9%.
Bulan lalu, pemesanan peralatan mesin juga turun 1,7%, penurunan terbesar sejak April 2016. Padahal pada Februari, pemesanan mesin masih bisa tumbuh 0,3%.
Data ini menggambarkan pemulihan belum terjadi di seluruh sendi perekonomian AS. Oleh karena itu, kecemasan soal tekanan inflasi yang meningkat menjadi kurang relevan.
Meski demikian, masih ada risiko yang bisa menghantui harga emas. Pada pukul 19.30 WIB hari ini, pemerintah AS akan mengumumkan angka pembacaan awal pertumbuhan ekonomi periode kuartal I-2018.
Konsensus Reuters menyebutkan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam diprediksi sebesar 2% year-on-year (YoY). Kondisi pasar tenaga kerja yang kuat akan menyokong pengeluaran konsumsi ke depan.
Ekonomi AS juga diekspektasikan masih akan mendapat energi positif dari paket kebijakan Presiden Donald Trump yang memangkas pajak korporasi.
Bila pertumbuhan ekonomi AS ternyata di atas ekspektasi, maka siap-siap dolar AS akan menguat. Pasalnya, akan ada persepsi bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan memperketat kebijakan moneter secara lebih agresif untuk menghindari kemungkinan overheating dalam perekonomian.
Ketika dolar AS menguat, maka instrumen safe haven seperti emas akan ditinggalkan oleh investor, dan akhirnya menekan harga sang logam mulia.
Next Article Suku Bunga AS Hampir Pasti Naik, Harga Emas Melandai
![]() |
Harga sang logam mulia hari ini berhasil rebound, setelah sehari sebelumnya terkoreksi hingga 0,37%. Biang kerok melemahnya harga emas kemarin adalah penguatan lebih lanjut dolar AS dan positifnya performa Wall Street.
Kemarin, indeks dolar AS, yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, tercatat menguat hingga 0,43% ke 91,561. Sementara itu, indeks Dow Jones mampu ditutup menguat nyaris 1% ke 24.322,34 pada perdagangan kemarin.
Namun demikian, siang ini indeks dolar AS mulai bergerak melandai, dengan melemah hingga 0,05% ke level 91,515. Tren penguatan dolar AS sedikit terhenti setelah reli panjang sejak awal pekan.
Sepertinya turbulensi di pasar obligasi AS sudah mereda. Ini ditandai dengan penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Setelah sempat menyentuh 3%, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun ke 2,9734%.
Kenaikan yield menandakan ekspektasi inflasi sedang tinggi. Namun, rilis data terakhir seakan mengonfirmasi bahwa pemulihan ekonomi AS tidak sekencang yang diperkirakan.
Kementerian Perdagangan AS melaporkan pembelian barang modal buatan AS turun 0,1% pada Maret. Data Februari juga direvisi dari awalnya tumbuh 1,4% menjadi hanya 0,9%.
Bulan lalu, pemesanan peralatan mesin juga turun 1,7%, penurunan terbesar sejak April 2016. Padahal pada Februari, pemesanan mesin masih bisa tumbuh 0,3%.
Data ini menggambarkan pemulihan belum terjadi di seluruh sendi perekonomian AS. Oleh karena itu, kecemasan soal tekanan inflasi yang meningkat menjadi kurang relevan.
Meski demikian, masih ada risiko yang bisa menghantui harga emas. Pada pukul 19.30 WIB hari ini, pemerintah AS akan mengumumkan angka pembacaan awal pertumbuhan ekonomi periode kuartal I-2018.
Konsensus Reuters menyebutkan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam diprediksi sebesar 2% year-on-year (YoY). Kondisi pasar tenaga kerja yang kuat akan menyokong pengeluaran konsumsi ke depan.
Ekonomi AS juga diekspektasikan masih akan mendapat energi positif dari paket kebijakan Presiden Donald Trump yang memangkas pajak korporasi.
Bila pertumbuhan ekonomi AS ternyata di atas ekspektasi, maka siap-siap dolar AS akan menguat. Pasalnya, akan ada persepsi bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan memperketat kebijakan moneter secara lebih agresif untuk menghindari kemungkinan overheating dalam perekonomian.
Ketika dolar AS menguat, maka instrumen safe haven seperti emas akan ditinggalkan oleh investor, dan akhirnya menekan harga sang logam mulia.
Next Article Suku Bunga AS Hampir Pasti Naik, Harga Emas Melandai
Most Popular