
Nasabah Tabungan Minta Bunga Tinggi, Margin Bank Tergerus
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
20 July 2018 17:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang lebih rendah ketimbang pertumbuhan kredit membuat likuiditas bank mengetat. Kondisi ini diperparah dengan pelemahan nilai tukar rupiah lawan dolar AS.
Direktur Utama PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Kartika Wirjoatmodjo menyebut, likuiditas sebagai tantangan terbesar pada tahun ini. Adapun likuiditas yang mengkhawatirkan adalah likuiditas valas. "Likuiditas adalah the biggest challenge (tantangan terbesar), untuk valas lebih worrying (mengkhawatirkan)," ujar Kartika di Jakarta, seperti dikutip Jumat (20/4/2018).
Menurut Kartika, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri memang melambat. Di lain pihak, perbankan sedang giatnya menggenjot kredit. "Pertumbuhan DPK dibandingkan kredit, memang lebih tinggi kredit sehingga loan to deposit ratio/LDR meningkat," ujar dia.
Lebih lanjut, di tengah pertumbuhan DPK yang melambat ini dan ekspansi kredit yang meningkat, suku bunga deposito special akan meningkat tajam. Akibatnya, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) Bank Mandiri akan tergerus.
"NIM kami lihat akan turun, dari 5,7% ke 5,5%, kena 20-30 basis poin (bps),"kata dia.
Sampai Juni 2018, LDR Bank Mandiri tercatat sebesar 94,57%. Sementara pertumbuhan kredit Bank Mandiri sampai Juni 2018 mencapai 11,8% dan DPK sebesar 5,5%.
Tingginya LDR juga dihadapi oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) LDR bank yang fokus pada pembiayaan perumahan ini mencapai 111,46%. Namun dengan kondisi LDR di atas treshold tersebut, perseroan mengaku tidak mengalami permasalahan dan akan mengantisipasi dengan penerbitan obligasi.
Direktur BTN Iman Nugroho Soeko menjelaskan, sejauh ini, likuiditas perseroan masih bagus. Pasalnya, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 19,17% pada semester I-2018.
Selain itu, perseroan juga bisa memperoleh pendanaan jangka panjang lain di luar DPK seperti melalui obligasi, pinjaman bilateral, NCD dan sekuritisasi KPR. Akibatnya, hal ini bisa membuat kondisi likuiditas BTN lebih aman tercermin dari NSFR (net stable funding ratio) dan LCR (liquidity coverage ratio) yg selalu bisa dijaga di atas threshold 100%.
Oleh karena itu, perseroan berencana menerbitkan obligasi untuk mengimbangi ekspansi kredit. "Kami masih ada izin (obligasi) Rp 5 triliun, tapi ini akan kami lakukan tahun depan,"kata dia.
Dari segi NIM, menurut Iman, apabila melihat dari sisi peningkatan suku bunga simpanan memang akan terjadi penurunan NIM. Namun, perseroan akam menyeimbangkannya dengan penurunan NPL dan memindahkan dana ke CASA.
"Target NIM kami tahun ini sekitar 4,5-5%, tapi prognosanya akan tercapai di target bawah," kata dia.
Secara industri perbankan, LDR memang mengalami kenaikan. Pada Mei 2018, LDR perbankan tercatat 91,43%, meningkat dibandingkan Mei 2017 yang mencapai 88,28%. Tingginya LDR perbankan terjadi karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi, yakni 10,26% pada Mei 2018 dan pertumbuhan DPK yang lebih rendah, yakni mencapai 6,4%.
(roy/roy) Next Article Suku Bunga Naik, Margin Keuntungan Bank Turun Akhir Tahun Ini
Direktur Utama PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Kartika Wirjoatmodjo menyebut, likuiditas sebagai tantangan terbesar pada tahun ini. Adapun likuiditas yang mengkhawatirkan adalah likuiditas valas. "Likuiditas adalah the biggest challenge (tantangan terbesar), untuk valas lebih worrying (mengkhawatirkan)," ujar Kartika di Jakarta, seperti dikutip Jumat (20/4/2018).
Menurut Kartika, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri memang melambat. Di lain pihak, perbankan sedang giatnya menggenjot kredit. "Pertumbuhan DPK dibandingkan kredit, memang lebih tinggi kredit sehingga loan to deposit ratio/LDR meningkat," ujar dia.
Sampai Juni 2018, LDR Bank Mandiri tercatat sebesar 94,57%. Sementara pertumbuhan kredit Bank Mandiri sampai Juni 2018 mencapai 11,8% dan DPK sebesar 5,5%.
Tingginya LDR juga dihadapi oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) LDR bank yang fokus pada pembiayaan perumahan ini mencapai 111,46%. Namun dengan kondisi LDR di atas treshold tersebut, perseroan mengaku tidak mengalami permasalahan dan akan mengantisipasi dengan penerbitan obligasi.
Direktur BTN Iman Nugroho Soeko menjelaskan, sejauh ini, likuiditas perseroan masih bagus. Pasalnya, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 19,17% pada semester I-2018.
Selain itu, perseroan juga bisa memperoleh pendanaan jangka panjang lain di luar DPK seperti melalui obligasi, pinjaman bilateral, NCD dan sekuritisasi KPR. Akibatnya, hal ini bisa membuat kondisi likuiditas BTN lebih aman tercermin dari NSFR (net stable funding ratio) dan LCR (liquidity coverage ratio) yg selalu bisa dijaga di atas threshold 100%.
Oleh karena itu, perseroan berencana menerbitkan obligasi untuk mengimbangi ekspansi kredit. "Kami masih ada izin (obligasi) Rp 5 triliun, tapi ini akan kami lakukan tahun depan,"kata dia.
Dari segi NIM, menurut Iman, apabila melihat dari sisi peningkatan suku bunga simpanan memang akan terjadi penurunan NIM. Namun, perseroan akam menyeimbangkannya dengan penurunan NPL dan memindahkan dana ke CASA.
"Target NIM kami tahun ini sekitar 4,5-5%, tapi prognosanya akan tercapai di target bawah," kata dia.
Secara industri perbankan, LDR memang mengalami kenaikan. Pada Mei 2018, LDR perbankan tercatat 91,43%, meningkat dibandingkan Mei 2017 yang mencapai 88,28%. Tingginya LDR perbankan terjadi karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi, yakni 10,26% pada Mei 2018 dan pertumbuhan DPK yang lebih rendah, yakni mencapai 6,4%.
(roy/roy) Next Article Suku Bunga Naik, Margin Keuntungan Bank Turun Akhir Tahun Ini
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular