Pelemahan Berlanjut, Harga Emas Terendah Sejak Januari 2017

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
19 July 2018 13:19
Harga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak melemah sebesar 0,37% ke US$1.223,4/troy ounce, hingga pukul 12.15 WIB hari ini.
Foto: REUTERS/Ints Kalnins/
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak melemah sebesar 0,37% ke US$1.223,4/troy ounce, hingga pukul 12.15 WIB hari ini. Meski kemarin mampu ditutup menguat tipis 0,05%, namun harga sang logam mulia kembali terjerumus ke zona merah pada hari ini.

Alhasil, harga emas kembali menyentuh titik terendahnya di tahun ini. Bahkan, apabila ditarik ke belakang, harga emas mencetak rekor terendah sejak Januari 2017. Tekanan bagi harga emas datang dari pulihnya dolar Amerika Serikat (AS) pasca pemaparan Gubernur The Federal Reserve/The Fed Jerome Powell yang mengindikasikan naiknya suku bunga acuan AS secara lebih agresif.

Pelemahan Berlanjut, Harga Emas Terendah Sejak Januari 2017Foto: CNBC Indonesia
Dalam paparannya di depan Kongres, Powell mengulangi apa yang disampaikan di hadapan Senat. The Fed masih akan menempuh kebijakan kenaikan suku bunga acuan secara bertahap. Pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi, atau menjadi empat kali sepanjang 2018.

Jika peluang kenaikan suku bunga yang lebih agresif semakin besar, maka itu akan menjadi sentimen positif bagi dolar AS. Kenaikan suku bunga akan membuat investor semakin tertarik dengan instrumen berbasis dolar AS karena menjanjikan keuntungan lebih. Greenback pun akan mendapat pijakan untuk menguat.

Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS. Sebaliknya, apresiasi mata uang Negeri Paman Sam akan membuat harga emas relatif lebih mahal.

Meski demikian, Dollar Index, yang menggambarkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, masih tercatat melemah tipis sebesar 0,02% hingga pukul 12:20 WIB hari ini. Pemberat bagi dolar AS siang ini nampaknya didorong oleh aksi ambil untung setelah Dollar Index sudah menguat sebesar 0,35% dalam sepekan, hingga perdagangan kemarin.

Selain itu, data ekonomi AS yang diumumkan kemarin malam juga agak mengecewakan. Pembangunan rumah baru di Negeri Paman Sam menurun 12,27% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 1,173 juta unit pada bulan Juni 2018, ke level terendahnya sejak September 2017. Secara tahunan (year-on-year/YoY), pembangunan rumah baru di bulan lalu juga terkoreksi sebesar 4,24%.

Sebagai catatan, laporan pembangunan rumah baru AS bulan Juni 2018 tersebut masih lebih rendah daripada konsensus Reuters yang memperkirakan penurunan ke angka 1,320 juta unit.

Dari data lainnya, izin mendirikan bangunan di AS juga tercatat menurun sebesar 2,2% MtM ke 1,273 juta unit pada bulan Juni 2018. Angka tersebut juga merupakan yang terendah sejak September 2017, dan lebih kecil dari ekspektasi pasar yang mengestimasikan peningkatan ke 1,330 juta unit.

Tidak hanya memaparkan pemulihan ekonomi AS, Powell juga membahas persoalan perang dagang di depan Kongres AS.

"Kita belum melihatnya (dampak perang dagang) terefleksikan dalam angka-angka, karena AS adalah ekonomi dengan ukuran US$20 triliun sehingga perlu waktu untuk itu bisa muncul. Namun kami mendengar banyak cerita mengenai perusahaan yang mulai khawatir dan memutuskan untuk berinvestasi atau tidak berdasarkan isu ini," ungkap Powell.

Kegalauan dunia usaha itu terekam dalam Beige Book yang dikeluarkan The Fed, hasil kompilasi dari 12 negara bagian. "Pengusaha di seluruh distrik menyatakan kekhawatirannya mengenai bea masuk. Di sebagian besar distrik, dilaporkan ada kenaikan harga dan gangguan pasokan karena kebijakan perdagangan yang baru," sebut laporan The Fed.

Dari perkembangan teranyar, Larry Kudlow, penasihat ekonomi Gedung Putih, menyatakan bahwa Presiden China Xi Jinping telah menghambat kemajuan negosiasi perdagangan antara AS-China. Padahal, bawahan Xi, termasuk penasihat ekonomi senior Liu He, sudah sepakat dengan AS. Xi diklaim telah menolak untuk melakukan perubahan terhadap kebijakan transfer teknologi China, and kebijakan perdagangan lainnya.

"Sejauh yang kita ketahui, Presiden Xi, saat ini, tidak ingin melakukan kesepakatan," kata Kudlow saat menghadiri konferensi Delivering Alpha, seperti dikutip dari Reuters.

Sebaliknya, tensi perang dagang AS-Uni Eropa justru agak mengendur. Pekan depan, para pemimpin Uni Eropa dijadwalkan bertandang ke Washington, untuk menyelesaikan kesepakatan terkait ancaman bea masuk mobil asal Uni Eropa sebesar 25% yang sebelumnya dilemparkan Presiden AS Donald Trump.

"Mereka (pemimpin Eropa) akan datang pada tanggal 25 Juli, untuk bernegosiasi dengan kita. Kita nyatakan apabila tidak ada negosiasi yang adil, maka kita akan mengambil retribusi yang besar. Yang kita tidak ingin lakukan, tapi kita punya punya kekuatan yang besar," ujar Trump pada wartawan di Gedung Putih pada hari Rabu (18/07/2018), seperti dilansir dari Reuters.

Terciumnya aura perdamaian antara AS-Uni Eropa ini lantas menjadi faktor tambahan yang membebani harga emas siang ini. Pasalnya, saat tensi perang dagang melunak, risk appetite investor akan pulih. Pelaku pasar akan cenderung mengalihkan asetnya ke instrumen yang lebih berisiko, dibandingkan memeluk safe haven seperti emas.



(RHG/roy) Next Article Aura Perdamaian Korea dan Stabilnya Dolar AS Tekan Harga Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular