Jelang Pidato Gubernur The Fed, Harga Emas Naik

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
17 July 2018 14:19
Harga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak menguat 0,20% ke US$1.242,2/troy ounce, hingga pukul 13.35 WIB hari ini.
Foto: REUTERS/Issei Kato
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak menguat 0,20% ke US$1.242,2/troy ounce, hingga pukul 13.35 WIB hari ini. Pergerakan harga sang logam mulia mendapatkan energi positif dari melunaknya dolar Amerika Serikat (AS) dalam menanti paparan kongres dari Gubernur The Federal Reserve/The Fed Jerome Powell.

Dengan pergerakan seperti itu, harga sang logam mulia berhasil rebound setelah kemarin ditutup melemah di kisaran 0,12% ke US$1.239,7/troy ounce, yang menjadi titik terendahnya di tahun ini.

Jelang Pidato Gubernur The Fed, Harga Emas NaikFoto: Houtmand P Saragih


Dollar Index, yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, bergerak melemah sebesar 0,10% hingga pukul 13.43 WIB hari ini. Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS.

Pemicunya terkoreksinya dolar AS adalah investor yang cenderung wait and see jelang pidato Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed, di hadapan Senat dan Kongres AS. Berdasarkan naskah laporan Powell yag diperoleh Reuters, tidak ada kejutan. Powell diperkirakan masih mengulangi kalimat bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan secara gradual.

Powell adalah orang yang sangat patuh kepada naskah. Jadi saya rasa dia akan memberikan hal yang konsisten dalam dua hari ini, tidak ada petunjuk-petunjuk baru, kejutan, atau semacamnya," kata John Doyle, Wakil Presiden Tempus Consulting yang berbasis di Washington DC, mengutip Reuters.

Tidak adanya gebrakan dari Powell membuat dolar AS kehabisan bensin untuk menguat. Sebab, dolar AS sangat mengandalkan kebijakan moneter, utamanya kenaikan suku bunga yang agresif, agar bisa terapresiasi.

Sejatinya, kemarin malam ada sentimen yang bisa menyuntikkan energi positif bagi greenback. Data penjualan ritel  meningkat 0,5% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada Juni 2018, sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun Reuters. Sementara itu, data penjualan ritel periode Mei 2018 direvisi meningkat sebesar 1,3% MtM dari sebelumnya dibacakan sebesar 0,8% MtM.

Secara tahunan (year-on-year/YoY), data penjualan ritel AS Juni 2018 tercatat meningkat 6,6%. Pertumbuhan tahunan sebesar itu merupakan yang tertinggi sejak lebih dari 6 tahun yang lalu.

Kemudian, data pertumbuhan penjualan ritel inti (mengeluarkan komponen penjualan kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, bahan bangunan, dan jasa makanan) tidak mengalami perubahan pada Juni 2018. Penjualan ritel inti Mei 2018 direvisi tumbuh 0,8% MtM dari sebelumnya 0,5% MtM. Penjualan ritel inti berkorelasi paling dekat dengan komponen pengeluaran konsumen di PDB AS.

Data ini kembali menegaskan bahwa pengeluaran konsumen AS akan terakselerasi lebih cepat di kuartal II-2018. Persepsi pertumbuhan ekonomi yang membaik ini lantas kembali memberikan sentimen bahwa The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan secara lebih agresif masih terbuka lebar. 

Jika peluang pengetatan moneter yang lebih agresif semakin besar, maka itu akan menjadi sentimen positif bagi dolar AS. Kenaikan suku bunga akan membuat investor semakin tertarik dengan instrumen berbasis dolar AS karena menjanjikan keuntungan lebih.

Namun, positifnya data ekonomi Negeri Paman Sam ini belum mampu berbicara banyak. Investor nampaknya lebih memilih posisi defensif, menanti pemaparan Powell.


TIM RISET CNBC INDONESIA

(RHG/hps) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular