Penguatan Dolar AS dan Perang Dagang Reda, Tekan Harga Emas

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
13 July 2018 13:49
Harga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak melemah 0,10% ke US$1.245,30/troy ounce, hingga pukul 13.07 WIB hari ini.
Foto: Ilustrasi Tambang Emas REUTERS/Chris Wattie
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak melemah 0,10% ke US$1.245,30/troy ounce, hingga pukul 13.07 WIB hari ini. Pergerakan harga sang logam mulia mendapatkan energi negatif dari menguatnya dolar Amerika Serikat (AS), serta agak mendinginnya tensi perang dagang antara AS-China.

Dengan pergerakan seperti itu, harga sang logam mulia menuju pelemahan mingguan sebesar 0,84% pada pekan ini, atau berbalik dari penguatan sebesar 0,1% pada pekan sebelumnya yang berakhir pada tanggal 6 Juli 2018.

Kuatnya Dolar AS dan Redanya Perang Dagang, Pukul Harga EmasFoto: CNBC Indonesia/Aldo


Dollar Index, yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, bergerak menguat sebesar 0,13% hingga pukul 13.09 WIB hari ini. Mata uang Negeri Paman Sam memang tengah mendapat momentum.

Pemicunya adalah rilis data inflasi Negeri Paman Sam. Pada Juni 2018, inflasi AS tercatat sebesar 0,1% secara bulanan (month-to-month/MtM). Angka ini lebih rendah dari konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 0,2%. Inflasi Juni juga melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 0,2% MtM.

Meski secara bulanan masih sedikit di bawah ekspektasi, tetapi sejatinya laju inflasi secara tahunan terakselerasi cukup cepat. Inflasi Juni tercatat sebesar 2,9% secara year-on-year (YoY), atau merupakan laju tercepat sejak Februari 2012.

Sementara itu, inflasi inti (mengeluarkan komponen makanan bergejolak/volatile food dan energi) juga naik 0,2% MtM pada bulan Juni 2018, sama dengan capaian bulan Mei 2018 dan ekspektasi pasar. Secara tahunan, inflasi inti Juni 2018 mencapai 2,3% dan menjadi peningkatan terbesar sejak Januari 2017.

Kemudian, data ketenagakerjaan juga positif. Jumlah warga yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran juga menurun 18.000 orang ke 214.000 orang pada pekan lalu. Lebih rendah dari ekspektasi pasar yaitu 226.000 orang. 

Ditambah lagi investor sepertinya mulai mencerna pernyataan Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed. Pengganti Janet Yellen ini mengatakan perekonomian Negeri Paman Sam akan terus membaik dengan dukungan stimulus fiskal seperti penurunan tarif pajak dan kenaikan belanja negara.

"Ekonomi sudah berada di tempatnya. Saat pemerintah menurunkan tarif pajak dan menambah belanja, maka itu akan meningkatkan aktivitas ekonomi. Mungkin dampaknya akan terlihat setidaknya sampai tiga tahun ke depan," tutur Powell, dikutip dari Reuters.

Serangkaian data ekonomi dan pernyataan Powell tersebut memberikan persepsi bahwa perekonomian AS sudah semakin pulih dan akan terus terakselerasi. Oleh karena itu, kemungkinan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi menjadi empat kali sepanjang 2018 masih ada, bahkan cukup besar.

Situasi ini mampu dimanfaatkan oleh dolar AS. Kenaikan suku bunga akan membuat ekspektasi inflasi terjangkar sehingga nilai mata uang naik. Selain itu, kenaikan suku bunga juga akan memancing arus modal untuk datang karena mengharapkan keuntungan lebih. Hasilnya adalah penguatan dolar AS.

Apalagi, kemungkinan besar AS menjadi satu-satunya negara maju yang berani mengeksekusi kebijakan pengetatan moneter pada tahun ini. Pasalnya, dalam rilis ikhtisar rapatnya, European Central Bank (ECB) masih akan menahan suku bunga acuannya selama mungkin yang dibutuhkan, untuk mengerek inflasi. Dolar AS pun melaju lebih kencang.

Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS.

Sebagai tambahan, melunaknya tensi perang dagang AS-China juga membebani harga emas hari ini. Saat isu yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi mulai sirna, investor cenderung akan memasang mode risk on, dan kembali berani memeluk aset-aset berisiko.

Steve Mnuchin, Menteri Keuangan AS, mengatakan Washington siap kembali membuka negosiasi perdagangan dengan China. Syaratnya, Negeri Tirai Bambu harus melakukan perubahan struktural dalam perekonomiannya.

"Apabila China berkomitmen melakukan perubahan struktural, maka pemerintah siap setiap saat untuk berdiskusi," ujarnya, mengutip Reuters.

Menjawab pernyataan mengenai bea masuk, Mnuchin tidak memberikan penyataan tegas. Dia hanya menyebutkan pemerintah AS terus mengkaji dampak dari penerapan bea masuk.

"Kami memonitor dampak negatif dari bea masuk dengan seksama. Kami terus melakukan itu," kata Mnuchin. 

Pernyataan Mnuchin mengandung makna bahwa AS menyadari bahwa ada konsekuensi negatif yang harus ditanggung kala menerapkan bea masuk bagi produk-produk China. Jika mudarat ini dinilai lebih besar ketimbang manfaatnya, maka bukan tidak mungkin Trump berpikir ulang dan membatalkan rencananya.


(RHG/hps) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular