Harga Batu Bara Masih Cetak Rekor, Tembus US$117,45/Ton

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
11 July 2018 12:42
Harga batu bara ICE Newcastle  diperdagangkan menguat 1,16% ke US$117,45/ton pada perdagangan hari Senin (04/07/2018).  Mencetak rekor tertinggi dalam 6,5 tahun
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka diperdagangkan menguat 1,16% ke US$117,45/ton pada perdagangan hari Senin (04/07/2018). Harga si batu hitam kembali mencetak rekor tertinggi dalam 6,5 tahun, atau sejak Februari 2012.

Harga batu bara sejatinya masih berada dalam tren penguatan sejak Mei 2018, disokong oleh menguatnya permintaan batu bara China akibat musim semi yang lebih panas dari biasanya. Pembangkit listrik bertenaga batu bara mau tidak mau harus menggenjot produksi listriknya seiring naiknya tingkat penggunaan pendingin ruangan di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai.

Jika musim semi saja sudah seperti itu, musim panas yang akan datang pada bulan Juli-Agustus tentunya akan memberikan temperatur yang amat panas di Negeri Tirai Bambu. Permintaan batu bara, khususnya untuk pembangkitan listrik, diperkirakan akan mencapai puncaknya. Hal ini kemudian menjadi bahan bakar bagi meroketnya harga batu bara.

Harga Batu Bara Masih Cetak Rekor, Tembus US$117,45/ton


Sementara itu, disrupsi pasokan dari Afrika Selatan juga membantu mengangkat harga batu bara Newcastle. Tuan rumah Piala Dunia 2010 tersebut sedang mengalami hambatan infrastruktur utamanya pada sistem rel kereta pengiriman.

Selain itu, pasokan batu bara di Afrika Selatan kini sedang difokuskan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi fasilitas pembangkit listrik, sehingga berdampak pada menurunnya volume ekspor batu bara dari Cape Town. Akhirnya, untuk memenuhi permintaannya, konsumen batu bara di Asia beralih ke batu bara asal Australia.

"Pasokan sedang ketat di luar Australia. Apa yang juga terjadi adalah ekspor dari Afrika Selatan menurun. Hal itu membuka kesempatan bagi lebih banyak batu bara asal Australia masuk ke Asia," ujar Shane Stephan, Managing Director di New Hope, produsen batu bara independen terbesar ketiga di Benua Kanguru, seperti dikutip dari Reuters.

Sebagai informasi, ekspor batu bara dari pelabuhan Newcastle, Australia, pada bulan Juni 2018, tercatat sudah meningkat sebesar 18,2% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke angka 14,39 juta ton.

Faktor permintaan yang amat kuat ini nampaknya masih mampu menegasikan sentimen negatif dari China yang akan memangkas penggunaan batu bara selama 3 tahun ke depan, sesuai dengan rencana aksi pengurangan polusi 2018-2020, seperti diungkapkan oleh Dewan Negara China pada Selasa (3/7/2018), seperti dikutip dari Reuters.

Dokumen tersebut menyatakan bahwa wilayah Beijing, Tianjin, Hebei, Shandong, dan Henan akan diperintahkan untuk memangkas konsumsi batu bara hingga 10% di periode 2016-2020, sementara wilayah delta Yangtze harus memotong konsumsi penggunaan batu bara sebanyak 5% di periode yang sama.

Selain itu, sentimen perang dagang juga nampaknya tidak berpengaruh banyak ke pergerakan harga batu bara. Seperti diketahui, AS mengumumkan pengenaan tarif 10% untuk produk China senilai US$200 miliar, pada hari Selasa (10/7/2018) waktu setempat, sebagai tambahan dari tarif 25% terhadap sekitar US$34 miliar produk impor dari Negeri Tirai Bambu yang ditetapkan sebelumnya.

Perkembangan perang dagang tersebut masih dinilai tidak akan memengaruhi pasar batu bara dunia secara signifikan, karena volume pengiriman batu bara AS ke China yang jumlahnya relatif sedikit. Mengutip komentar Wood Mackenzie, China hanya mengimpor 400.000 ton batu bara dari AS, atau hanya sekitar 2,6% dari total impor batu bara China, dan 1,7% dari total ekspor batu bara AS, pada kuartal I-2018. Apabila dilihat secara historis, kontribusi batu bara AS ke China paling tinggi hanya mencapai 4% pada tahun 2012.



(RHG/gus) Next Article China Ingin Ramah Lingkungan, Harga Batu Bara Turun 0,3%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular