China Tak Lagi Mendidih, Harga Batu Bara Langsung Jatuh 1%

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
02 August 2023 07:23
Tambang batu bara PT Adaro Indonesia
Foto: Adaro Energy

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ditutup terkoreksi pada perdagangan hari pertama Agustus. Pelemahan hari ini disinyalir akibat kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik yang menurun seiring gelombang panas (heatwaves) yang telah berakhir.

Sentimen datangnya musim hujan di banyak titik China menekan harga batu bara kemarin. Hujan akan mengakhiri heatwaves, sehingga membatasi permintaan pendingin ruangan dan pembangkit listrik.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak September ditutup di posisi US$ 138,85 per ton. Harganya turun tipis 1,45%. Harga batu bara terkoreksi seiring penurunan harga yang terjadi sepanjang bulan Juli.

Pelemahan harga batu bara terjadi seiring dengan krisis listrik di China yang mereda. Sebelumnya, pembangkit listrik China sempat mengalami lonjakan permintaan yang disebabkan terjadinya gelombang panas (heatwaves) yang meningkatkan permintaan pendingin ruangan.

China yang mulai memasuki musim hujan di beberapa titik mengakhiri rentetan upside sembilan kali berturut-turut yang menyebabkan rekor kenaikan terpanjang tahun ini.

Negeri Tirai Bambu saat ini dihadapi dengan masalah baru yaitu angin topan doksuri pada 27-28 Juli. Di sisi lain, Tiongkok sebagai produsen, konsumen, importir batu bara terbesar berpotensi menghentikan operasi pertambangan untuk mencegah kecelakaan kerja, menurut CoalMint.

Namun, sentimen stimulus ekonomi China yang berdampak pada peningkatan Purchasing Manager's Index (PMI)menjadi 49,3 pada Juli 2023 dari 49 pada Juni tidak mampu mendorong penguatan harga batu bara hari ini.

India sebagai konsumen batu bara terbesar kedua juga turut menjadi penyebab koreksi harga. Salah satu perusahaan batu bara terbesar India, Coal India Ltd (CIL), membukukan kenaikan volume produksi batu bara 13,4% menjadi 53,6 juta ton (MT) pada Juli 2023 secara tahunan (yoy), melansir MoneyControl.

Produksi CIL melonjak menjadi 229,1 juta ton hingga April-Juli 2023, lebih tinggi 10,7% (yoy).
PSU batubara telah menetapkan target untuk memproduksi 780 juta ton batubara pada 2024. Pada FY23, CIL memproduksi 703 juta ton batubara. Hal ini mengindikasikan volume produksi CIL setara sekitar 90% dari total produksi India.

Berdasarkan hal tersebut, CIL merupakan penopang batu bara India. Tingginya pasokan perusahaan tersebut akan mempengaruhi kebutuhan impor India, sehingga peningkatan tingkat produksi bulan Juli berpotensi menyebabkan penurunan harga batu bara.

Kebutuhan batu bara India memiliki karakteristik dengan kalori yang lebih rendah.
Melansir Refinitiv, harga batu bara kalori rendah untuk FOB Kalimantan 4.200 kcal/kg GAR berada di US$51 per ton. Harga tersebut merupakan terendah sejak April 2021 atau dua tahun silam.

Dari Eropa, harga gas sebagai sumber energi pilihan Eropa melonjak akibat perkiraan output angin yang rendah.
Di Eropa barat laut dan Inggris, peningkatan permintaan yang kuat diperkirakan selama akhir pekan karena suhu yang lebih rendah dan produksi angin.

Pembangkit tenaga angin Inggris diperkirakan akan turun signifikan dibanding dengan pembangkit tenaga angin Jerman, data Refinitiv menunjukkan. Namun, sentimen tersebut tidak mampu menguatkan harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) yang searah dengan harga batu bara, turun 4,37% ke 27,123 euro per mega-watt hour (MWh).


(mza/mza)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sudah Dibantu Badai di China, Harga Batu Bara Tetap Jeblok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular