Harga Batu Bara Tembus US$116,5/MT, Tertinggi Dalam 6 Tahun

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
05 July 2018 12:00
Harga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka diperdagangkan menguat 1% ke US$116,5/metrik ton (MT) pada perdagangan hari Rabu (04/07/2018).
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka diperdagangkan menguat 1% ke US$116,5/metrik ton (MT) pada perdagangan hari Rabu (04/07/2018). Pergerakan positif ini disokong oleh konsumsi China yang diekspektasikan meningkat seiring datangnya puncak permintaan secara musiman, ditambah gagalnya kontrak pengadaan batu bara termal di Jepang.

Dengan capaian ini, harga si batu hitam mampu mencetak rekor tertinggi sejak akhir Februari 2012. Di sepanjang tahun ini (year-to-date/YTD), harga batu bara sudah menguat hingga 15,6%.
Harga Batu Bara Tembus US$116,5/MT, Tertinggi Dalam 6 Tahun

Seperti diketahui, harga batu bara terus berada dalam tren penguatan sejak Mei 2018, disokong oleh menguatnya permintaan batu bara China akibat musim semi yang lebih panas dari biasanya. Pembangkit listrik bertenaga batu bara mau tidak mau harus menggenjot produksi listriknya seiring naiknya tingkat penggunaan pendingin ruangan di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai.

Seiring dengan anomali cuaca tersebut, impor batu bara China diestimasikan berada di angka 126,6 juta ton pada 6 bulan pertama tahun ini, naik 14% dari periode yang sama tahun lalu, berdasarkan data Thomson Reuters Supply Chain and Commodity Forecasts.

Jika musim semi saja sudah seperti itu, musim panas yang akan datang pada bulan Juli-Agustus tentunya akan lebih parah. Permintaan batu bara, khususnya untuk pembangkitan listrik, diperkirakan akan mencapai puncaknya. Hal ini kemudian menjadi bahan bakar bagi meroketnya harga batu bara.

Sementara itu, disrupsi pasokan dari Afrika Selatan juga membantu mengangkat harga batu bara Newcastle. Tuan rumah Piala Dunia 2010 tersebut sedang mengalami hambatan infrastruktur utamanya pada sistem rel kereta pengiriman. Akhirnya, untuk memenuhi permintaannya, konsumen batu bara beralih ke batu bara asal Australia.

"Pasokan sedang ketat di luar Australia. Apa yang juga terjadi adalah ekspor dari Afrika Selatan menurun. Hal itu membuka kesempatan bagi lebih banyak batu bara asal Australia masuk ke Asia," ujar Shane Stephan, Managing Director di New Hope, produsen batu bara independen terbesar ketiga di Benua Kanguru, seperti dikutip dari Reuters.

Sebagai informasi, ekspor batu bara dari pelabuhan Newcastle, Australia, pada bulan Juni 2018, tercatat meningkat sebesar 18,2% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke angka 14,39 juta ton.


(RHG/RHG) Next Article China Ingin Ramah Lingkungan, Harga Batu Bara Turun 0,3%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular