China Ingin Ramah Lingkungan, Harga Batu Bara Turun 0,3%

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
28 June 2018 12:19
Harga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka terkoreksi 0,30% ke US$114,4/ton pada perdagangan hari Rabu (28/06/2018).
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka terkoreksi 0,30% ke US$114,4/ton pada perdagangan hari Rabu (28/06/2018). Pelemahan harga si batu hitam didorong oleh membaiknya stok batu bara di China, serta rencana pemerintah Negeri Panda untuk mengurangi polusi udara di negaranya dengan beralih pada energi bersih.

 China Ingin Ramah Lingkungan, Harga Batu Bara Turun 0,3% Foto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Sebelumnya, harga batu bara mampu menguat 3 hari berturut-turut didukung oleh impor batu bara China yang diestimasikan berada di angka 126,6 juta ton pada 6 bulan pertama tahun ini, naik sekitar 14% dari periode yang sama tahun lalu, berdasarkan data yang dikompilasi oleh Thomson Reuters Supply Chain and Commodity Forecasts.

Selain itu, impor bulan Juni juga diperkirakan menjadi yang terbesar pada tahun ini, dengan volume sebesar 22,1 juta ton, per hari Selasa (26/6). Data final dapat menjadi sedikit lebih tinggi, yakni di angka 25,9 juta ton. Jumlah tersebut mampu mengungguli rekor tertinggi tahun ini, yaitu di Bulan Maret 2018 sebesar 23,2 juta ton.

Namun, hari ini pergerakan harga batu bara berbalik arah. Hal ini nampaknya disebabkan oleh membaiknya stok batu bara di Negeri Tirai Bambu. Sebagai informasi, cadangan batu bara di 6 pembangkit listrik utama di China, meningkat sebesar 5,4% dalam sepekan yang berakhir pada 22 Juni 2018. Jumlah itu merupakan level tertinggi sejak pertengahan April 2018.

Pencapaian itu nampaknya tidak lepas dari intervensi dari lembaga perencanaan China, National Development and Reform Comission (NDRC), untuk menggenjot produksi batu bara domestik Negeri Tirai Bambu serta memperkuat pasokan, dalam rangka mengendalikan harga batu bara domestik.

Kemudian, harga batu bara juga tertekan oleh rencana Shanxi, provinsi di China bagian Utara, untuk menerapkan pembatasan emisi khusus pada sektor industri besar pada Bulan Oktober 2018. Shanxi direncakanan akan tergabung pada rencana aksi pemerintah China untuk membatasi polusi udara yang masif di negara berpenduduk terbanyak di dunia tersebut, seperti dikutip dari Reuters.

Sejak Januari 2018 lalu, China memang sudah berjanji untuk menerapkan "pembatasan emisi khusus" pada sejumlah sektor industri pada 28 kota di China bagian Utara, di mana 4 di antaranya berada di Provinsi Shanxi.

Sebagai informasi, produksi batu bara Shanxi mencapai lebih dari 900 juta ton batu bara/tahun, atau seperempat dari total produksi batu bara China. Dengan adanya kebijakan baru tersebut, sejumlah perusahaan di sektor energi termal, baja, pertrokimia, dan semen akan dipaksa untuk mematuhi setidaknya 25 standar emisi baru, paling lambat pada bulan ke-10 tahun ini.

Perkembangan ini lantas mengindikasikan stok batu bara di China akan kembali melambung, karena penyerapan produksi batu bara oleh industri agak terganggu.

Selain itu, permintaan impor batu bara dari negeri yang terkenal dengan Tembok Besar-nya tersebut dikhawatirkan  akan menurun. Hal ini lantas menjadi sentimen negatif yang menekan harga batu bara kemarin.


Meski demikian, dalam jangka pendek, harga batu bara nampaknya masih mendapatkan energi untuk menguat. Pasalnya, konsumsi batu bara harian di China, khususnya untuk sektor pembangkit listrik, diprediksikan akan meningkat secara musiman.


(RHG/hps) Next Article Musim Panas China Datang, Harga Batu Bara Naik 0,52%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular