Sepekan, Pasar Obligasi Negara Terangkat Rupiah

Irvin Avriano, CNBC Indonesia
09 July 2018 12:59
Sepekan, Pasar Obligasi Negara Terangkat Rupiah
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga surat utang pemerintah terangkat pada penghujung pekan lalu dibandingkan dengan posisi akhir pekan sebelumnya seiring dengan sentimen pelemahan dolar AS. Apresiasi rupiah membuat aset-aset berbasis mata uang ini menjadi menarik sehingga diburu investor.

Data Reuters menunjukkan, mayoritas seri acuan (benchmark) mengalami kenaikan harga sekaligus menekan tingkat imbal hasilnya (yield), kecuali seri menengah 15 tahun. Di pasar sekunder, pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang. 

Yield seri FR0063 (5 tahun) turun 9 basis poin (bps), FR0064 (10 tahun) turun 17 bps, dan FR0075 (20 tahun) turun 15 bps. Di sisi lain, yield seri FR0065 (15 tahun) turut melemah hampir sepanjang pekan tetapi masih belum melampui yield akhir pekan lalu. 

Seri acuan 20 tahun mengalami peningkatan harga cukup tajam karena di pasar sepanjang ini, hingga posisi yield-nya berada di bawah yield seri menengah yaitu seri acuan 15 tahun. Turunnya yield seri 20 tahun tersebut dimulai pada sesi perdagangan awal menjelang lelang rutin pada Selasa. 

Dalam lelang lima seri surat berharga negara (SBN) tersebut, pemerintah hanya menerbitkan Rp 520 miliar, terendah di antara seri lain. Di antara empat seri lain, jumlah penerbitan terendah Rp 1,7 triliun. 

Kemungkinan, permintaan untuk seri tersebut memanglah rendah, yaitu Rp 792 miliar, dibanding seri lain yang minimal Rp 3,51 triliun. Data terakhir menunjukkan akibat penerbitan yang lebih sedikit itu, jumlah beredar FR0075 hanya Rp 50,92 triliun, di bawah seri FR0064 Rp 66,9 triliun dan FR0065 Rp 84,54 triliun. Karena jumlah beredar yang lebih tidak likuid terhadap seri lain, pergerakan harganya akan menjadi lebih fluktuatif dibandingkan dengan seri lain. 

Secara global, karena adanya penguatan harga sejak pertengahan Mei, yield acuan investor obligasi global yaitu surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun turun menjadi 2,86% siang ini. Posisi itu sudah turun dalam jumlah besar yaitu 25 bps dari posisi tertinggi 3,11% pada 17 Mei. 

Penurunan yield US Treasury itu membuat selisih yield-nya (spread) dengan obligasi rupiah pemerintah Indonesia melebar. Spread yang melebar, ditambah faktor turunnya yield US Treasury, membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. 

Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik dibandingkan dengan sebelumnya. Dalam jangka pendek, saat ini pasar obligasi dan pasar investasi global masih positif setelah rilis data ketenagakerjaan AS akhir pekan lalu. 

Per akhir Juni, angka pengangguran AS tercatat 4%. Lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya dan konsensus pasar yaitu 3,8%. Ini memunculkan spekulasi terhadap kondisi perekonomian AS yang belum sebaik perkiraan.

Rilis data itu kemudian direspons positif oleh pelaku pasar global terutama Asia, sehingga mayoritas nilai tukar negara Asia menguat terhadap dolar AS. Meskipun pasar surat utang domestik positif dalam jangka pendek, aksi beli di pasar tersebut belum mencerminkan optimisme investor global terhadap sisi makroekonomi global dan domestik untuk jangka menengah dan panjang.

Ekonomi global masih terbebani prospek penaikan suku bunga The Federal Reserve/The Fed yang lebih besar daripada prediksi awal, serta Perang Dagang yang memanas sebulan terakhir. 

Dari sisi suplai, besok akan ada penambahan jumlah obligasi pemerintah beredar melalui lelang rutin. Lelang akan dilakukan untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/sukuk negara) dengan target indikatif Rp 4 triliun. Sentimen positif dari pelemahan dolar AS diharapkan besok masih akan tetap terjadi dan membuat rupiah masih menguat besok.

Positifnya rupiah diharapkan dapat menarik minat investor asing lebih besar dibandingkan dengan lelang sukuk negara terakhir. Selain itu, posisi tawar pemerintah akan lebih tinggi dalam lelang besok karena faktor rupiah tadi. 


Di sisi lain, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko memperlihatkan adanya aksi jual investor asing pekan lalu dari posisi akhir pekan sebelumnya. Porsi persentase kepemilikan investor asing turun menjadi 37,75% dari posisi 37,79%.

Meskipun demikian, sejak lelang 3 Juli, kepemilikan investor asing naik beruntun dan membentuk tren kenaikan. Dari data yang sama, dapat dilihat juga industri perbankan lokal terlihat mengoleksi instrumen utang pemerintah secara signifikan dan mengambil porsi yang ditinggalkan institusi pemerintah.

Penambahan porsi bank tersebut diiringi dengan semakin menipisnya kepemilikan oleh institusi pemerintah dan Bank Indonesia.

Sepekan, Pasar Obligasi Negara Terangkat RupiahDJPPR Kemenkeu

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular