Sritex: Harga Saham Turun, Investor Terlalu Panik Ancaman AS

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
06 July 2018 15:37
Sekretaris Perusahaan SRIL Welly Salam mengatakan investor tidak memahami secara jelas atas dampak ancaman tersebut terhadap kinerja SRIL.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mengatakan anjloknya harga saham perseroan pada perdagangan hari ini hingga lebih dari 3% merupakan respons investor yang terlalu panik terhadap ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang ingin menerapkan tarif bea masuk terhadap sejumlah produk Indonesia termasuk tekstil.

Sekretaris Perusahaan SRIL Welly Salam mengatakan investor tidak memahami secara jelas atas dampak ancaman tersebut terhadap kinerja SRIL. "Hal tersebut tidak tidak terlalu mempengaruhi kinerja SRIL secara keseluruhan, kami tetap optimis bahwa target-target yang kami sampaikan terkait pertumbuhan penjualan tahun 2018 sebesar 35% dan pertumbuhan laba bersih sebesar 18-20% tetap tercapai dikarenakan porsi ekspor kami ke Amerika tidak dalam jumlah yang material," ujar Welly kepada CNBC Indonesia, Jumat (6/7/18).

Sementara itu, terkait dengan ancaman AS terkait pencabutan perlakuan khusus bagi produk tekstil, perseroan bersama dengan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan pemerintah akan membicarakan dan menegaskan kondisi tersbeut mengingat sifatnya yang belum final.

Jika pencabutan tersebut dilakukan, maka tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SRIL karena ekspor perseroan ke AS hanya sekitar 4% saja dari seluruh penjualan.

Sementara itu, sejak tahun 2010 perseroan mulai melakukan repositioning yaitu mengalihkan tujuan ekspor dari Amerika ke wilayah Asia. Dimana sebelum tahun 2010, ekspor perseroan ke Amerika sekitar 40% dari total penjualan.

"strategi yang dijalankan tersebut memberikan hasil yang memuaskan bagi perseroan dimana kuartal-I 2018 ekspor SRIL ke Asia sekitar 41% dari total penjualan, sedangkan ekspor ke Amerika sekitar 3,5% dari total penjualan", ungkap Welly.

Sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat (AS) tengah mengevaluasi status Indonesia sebagai negara penerima manfaat skema generalized system of preferences (GSP).

Trump memberi peringatan kepada Indonesia karena telah menikmati surplus perdagangan dengan Negeri Paman Sam. Nilai surplus itu memang cukup besar di mana sepanjang 2017 mencapai US$9,59 miliar (Rp 138,7 triliun). Sektor yang dibidik orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu adalah industri tekstil RI.
(hps) Next Article Sritex Group Akuisisi Dua Perusahaan Senilai Total Rp 1,14 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular