
Kinerja Stabil, Moody's Naikkan Peringkat Sritex Jadi Ba3
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
16 April 2018 19:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Service (Moody's) menaikkan peringkat (rating) PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menjadi Ba3 dari sebelumnya B1 dengan prospek stabil.
Selain itu, Moody's juga menaikkan surat utang senior tanpa jaminan senilai Rp US$ 350 juta yang jatuh tempo pada 2021 dan surat utang senior tanpa jaminan senilai US$ 150 juta yang jatuh tempo pada 2024 dengan tanpa syarat dan diterbitkan oleh Golden Legacy Pte.Ltd selaku anak usaha SRIL dari sebelumnya B1 menjadi Ba3 dengan outlook stabil.
"Peningkatan rating perseroan tersebut mencerminkan rekam jejaknya yang mapan, tingkat pertumbuhan yang tinggi, ekspansi marjin dan Moody's melihat permintaan produk tekstil SRIL yang tinggi pada tahun ini dan 2019", ujar Brian Grieser, Moody's Vice President dan Senior Credit Officer Moody's dalam keterangan persnya, Senin (16/4/2018).
SRIL melakukan peningkatan EBITDA atau earnings before interest, taxes, depreciation, dan amortization menjadi US$ 165 juta pada tahun 2017 dari EBITDA pada tahun 2014 sebesar US$ 92 juta. Selain itu SRIL juga memperluas marjinnya menjadi 22% pada 2017 dari sebelumnya 20% pada 2013 dan meningkat tinggi dari perkiraan Moody's.
Pertumbuhan EBITDA dan ekspansi margin SRIL tersebut didorong oleh anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk menyelesaikan utang pada 2016 dan peningkatan fasilitas produksi agar memenuhi kapasitas produksi pada 2017.
SRIL juga menggandakan kapasitas bisnis tenun dan finishing bisnisnya, sedangkan bisnis garmen tumbuh dengan rekor tertingginya yaitu sebesar 150% atau mencapai 30 juta pakaian dari tahun 2013 yang hanya 12 juta pakaian.
Walaupun ada peningkatan tinggi utang SRIL untuk mendanai ekspansi, tetapi SRIL tetap mempertahankan keseimbangan utang yang tercermin dari EBITDA antara 3,75 kali dan 4,25 kali pada 3 tahun terakhir ini. Moody's memperkirakan leverage akan tetap bertahan diantara 3,5 kali dan 4,0 kali pada 2018 sebagai modal kerja dan kapasitas investasi kedepannya.
Sedangkan fluktuasi modal kerja juga bisa tidak stabil dan tidak dapat diprediksi mengingat permintaan industri garmen yang bersifat musiman dan volume penjualan sesuai dengan permintaan konsumen. Sehingga Moody's mengharapkan agar SRIL mampu mengelola volatilitas kuartalannya melalui arus kas operasi, sedangkan sebagian besar keuangan SRIL dibiayai oleh persediaan utang jangka pendek dari bank-bank besar.
"Pandangan Moody's, SRIL memiliki track record yang baik dalam mengelola volatilitas modal kerjanya, ditambah dengan profil bisnisnya yang meningkat dan sehingga layak dengan rating Ba3 nya", tambah Grieser.
Sedangkan likuiditas SRIL sangat memadai mengingat ketergantungannya yang tinggi pada utang jangka pendek dan perkiraan fluktuasi modal kerjannya. Namun, Moody's mencatat bahwa SRIL terbiasa untuk menyediakan saldo kas yang tinggi atau sekitar 3 kali cakupan utang jangka pendek.
Moody's mengharapkan capex SRIL menjadi US$ 30 juta hingga US$ 40 juta pada 2018 dengan berfokus pada pemeliharaan dan peningkatan level utilisasinya. Sedangkan pada Februari 2018 silam, SRIL mengakuisisi PT Bitratex Industries dan PT Primayudha Mandirijaya (PM) dengan nilai US$ 85 juta dalam bentuk tunai dan asumsi sekitar US$ 55 juta yang berasal dari utang . komponen uang tunai sebagian besar didanai oleh penerbitan ekuitas sebesar US$ 50 juta.
Moody's mengharapkan bahwa margin EBITDA SRIL berada diantara 100 hingga 200 basis poin pada 2018 mengingat fokus dua perusahaan baru tersebut memproduksi benang, dibandingkan dengan bisnis usaha utama SRIL yaitu produk garmen dan kain.
Prospek stabil dari Moody's kepada SRIL mencerminkan harapan bahwa permintaan yang tinggi dari konsumen baik domestik maupun internasional akan terjadi pada 2018 hingga 2019, didukung dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan yang solid dan stabilitas marginnya.
Moody's mengharapkan bahwa capex dan modal investasi yang layak pada 2018 dapat mendukung cash flow yang positif serta memperbaiki profil likuiditas SRIL.
Peringkat SRIL bisa ditingkatkan lagi oleh moody's jika SRIL dapat terus menumbuhkan usahanya disertao dengan pendanaan capex dan modal kerja yang didapat dari kas internal serta menurunkan utangnya.
Metriks keuangan yang akan meningkatkan rating SRIL diantaranya, utang per EBITDA perseroan yang bertahan di bawah 3,00 kali, lalu EBITA per interest expense meningkat diatas 5,0 kali atau RCF per utang bersih secara konsisten di atas 20%.
(hps) Next Article Moody's Naikkan Peringkat Pertamina
Selain itu, Moody's juga menaikkan surat utang senior tanpa jaminan senilai Rp US$ 350 juta yang jatuh tempo pada 2021 dan surat utang senior tanpa jaminan senilai US$ 150 juta yang jatuh tempo pada 2024 dengan tanpa syarat dan diterbitkan oleh Golden Legacy Pte.Ltd selaku anak usaha SRIL dari sebelumnya B1 menjadi Ba3 dengan outlook stabil.
"Peningkatan rating perseroan tersebut mencerminkan rekam jejaknya yang mapan, tingkat pertumbuhan yang tinggi, ekspansi marjin dan Moody's melihat permintaan produk tekstil SRIL yang tinggi pada tahun ini dan 2019", ujar Brian Grieser, Moody's Vice President dan Senior Credit Officer Moody's dalam keterangan persnya, Senin (16/4/2018).
Pertumbuhan EBITDA dan ekspansi margin SRIL tersebut didorong oleh anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk menyelesaikan utang pada 2016 dan peningkatan fasilitas produksi agar memenuhi kapasitas produksi pada 2017.
SRIL juga menggandakan kapasitas bisnis tenun dan finishing bisnisnya, sedangkan bisnis garmen tumbuh dengan rekor tertingginya yaitu sebesar 150% atau mencapai 30 juta pakaian dari tahun 2013 yang hanya 12 juta pakaian.
Walaupun ada peningkatan tinggi utang SRIL untuk mendanai ekspansi, tetapi SRIL tetap mempertahankan keseimbangan utang yang tercermin dari EBITDA antara 3,75 kali dan 4,25 kali pada 3 tahun terakhir ini. Moody's memperkirakan leverage akan tetap bertahan diantara 3,5 kali dan 4,0 kali pada 2018 sebagai modal kerja dan kapasitas investasi kedepannya.
Sedangkan fluktuasi modal kerja juga bisa tidak stabil dan tidak dapat diprediksi mengingat permintaan industri garmen yang bersifat musiman dan volume penjualan sesuai dengan permintaan konsumen. Sehingga Moody's mengharapkan agar SRIL mampu mengelola volatilitas kuartalannya melalui arus kas operasi, sedangkan sebagian besar keuangan SRIL dibiayai oleh persediaan utang jangka pendek dari bank-bank besar.
"Pandangan Moody's, SRIL memiliki track record yang baik dalam mengelola volatilitas modal kerjanya, ditambah dengan profil bisnisnya yang meningkat dan sehingga layak dengan rating Ba3 nya", tambah Grieser.
Sedangkan likuiditas SRIL sangat memadai mengingat ketergantungannya yang tinggi pada utang jangka pendek dan perkiraan fluktuasi modal kerjannya. Namun, Moody's mencatat bahwa SRIL terbiasa untuk menyediakan saldo kas yang tinggi atau sekitar 3 kali cakupan utang jangka pendek.
Moody's mengharapkan capex SRIL menjadi US$ 30 juta hingga US$ 40 juta pada 2018 dengan berfokus pada pemeliharaan dan peningkatan level utilisasinya. Sedangkan pada Februari 2018 silam, SRIL mengakuisisi PT Bitratex Industries dan PT Primayudha Mandirijaya (PM) dengan nilai US$ 85 juta dalam bentuk tunai dan asumsi sekitar US$ 55 juta yang berasal dari utang . komponen uang tunai sebagian besar didanai oleh penerbitan ekuitas sebesar US$ 50 juta.
Moody's mengharapkan bahwa margin EBITDA SRIL berada diantara 100 hingga 200 basis poin pada 2018 mengingat fokus dua perusahaan baru tersebut memproduksi benang, dibandingkan dengan bisnis usaha utama SRIL yaitu produk garmen dan kain.
Prospek stabil dari Moody's kepada SRIL mencerminkan harapan bahwa permintaan yang tinggi dari konsumen baik domestik maupun internasional akan terjadi pada 2018 hingga 2019, didukung dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan yang solid dan stabilitas marginnya.
Moody's mengharapkan bahwa capex dan modal investasi yang layak pada 2018 dapat mendukung cash flow yang positif serta memperbaiki profil likuiditas SRIL.
Peringkat SRIL bisa ditingkatkan lagi oleh moody's jika SRIL dapat terus menumbuhkan usahanya disertao dengan pendanaan capex dan modal kerja yang didapat dari kas internal serta menurunkan utangnya.
Metriks keuangan yang akan meningkatkan rating SRIL diantaranya, utang per EBITDA perseroan yang bertahan di bawah 3,00 kali, lalu EBITA per interest expense meningkat diatas 5,0 kali atau RCF per utang bersih secara konsisten di atas 20%.
(hps) Next Article Moody's Naikkan Peringkat Pertamina
Most Popular