
Potensi Resesi dan Efek Perang Dagang Jadi Perhatian The Fed
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
06 July 2018 07:04

Washington, CNBC Indonesia - Para bankir bank sentral Amerika Serikat (AS) mendiskusikan apakah resesi membayangi negara itu dan mengungkapkan kekhawatiran mereka tingginya ketegangan perdagangan global akan memukul perekonomian yang sebagian besar datanya terlihat menguat. Hal itu tergambar dalam risalah rapat bulan Juni bank sentral AS, Federal Reserve, yang dirilis hari Kamis (5/7/2018).
Risalah itu menjelaskan pertemuan saat The Fed menaikkan suku bunga acuannya untuk kali kedua tahun ini. Dokumen itu juga mengindikasikan bahwa pembuat kebijakan mungkin akan segera memberi sinyal bahwa siklus kenaikan suku bunga The Fed telah cukup cepat sehingga kebijakan tidak lagi mendorong ataupun menghambat perekonomian, Reuters melaporkan.
Secara umum, risalah itu memberi kesan bahwa bank sentral terkesan dengan kekuatan ekonomi AS dan merasa yakin akan rencana kenaikan suku bunganya meskipun juga mencemaskan hal-hal yang dapat mendorong perekonomian keluar jalur pemulihannya.
"Sebagian besar (pembuat kebijakan The Fed) mencatat bahwa ketidakpastian dan risiko terkait kebijakan perdagangan telah meninggi dan khawatir ketidakpastian dan risiko itu akhirnya dapat menimbulkan efek negatif," menurut risalah itu.
Banyak sumber The Fed dari seluruh penjuru negara itu mengatakan mereka mencemaskan kenaikan tarif baru-baru ini oleh AS dan rekan dagangnya membebani investasi, tambahnya.
Para pembuat kebijakan The Fed juga berdiskusi mengenai apakah selisih antara suku bunga jangka pendek dan panjang yang saat ini tipis adalah sinyal akan datangnya resesi.
"Beberapa partisipan berpendapat penting untuk terus memantau slope yield curve," menurut risalah itu.
Setelah rapat, para pejabat itu juga membicarakan paparan khusus oleh staf The Fed mengenai indikator resesi potensial lainnya, yaitu selisih antara suku bunga kebijakan The Fed saat ini dengan harapan suku bunga beberapa kuartal ke depan yang didapat dari pasar kontrak berjangka (futures).
Indikator itu bisa jadi memiliki informasi yang lebih dapat diandalkan dibandingkan yield curve yang mungkin terdistorsi oleh beberapa faktor temporer, kata staf tersebut, tulis risalah rapat.
Dokumen yang dirilis hari Kamis itu tidak mengindikasikan apakah para pembuat kebijakan memilih yield curve atau informasi dari staf itu sebagai dasar penentuan kemungkinan resesi.
Secara umum, para pembuat kebijakan sepakat data ekonomi menunjukkan perekonomian AS yang kuat yang tumbuh sesuai dengan perkiraan mereka.
Namun, mereka juga membicarakan beberapa faktor global yang dapat membebani perekonomian maupun proyeksinya ke depan. Faktor-faktor itu termasuk "perkembangan politik dan ekonomi di Eropa dan beberapa [perekonomian negara berkembang]."
(prm) Next Article Ini 3 Alasan Kenapa The Fed Tak Akan Pangkas Suku Bunga
Risalah itu menjelaskan pertemuan saat The Fed menaikkan suku bunga acuannya untuk kali kedua tahun ini. Dokumen itu juga mengindikasikan bahwa pembuat kebijakan mungkin akan segera memberi sinyal bahwa siklus kenaikan suku bunga The Fed telah cukup cepat sehingga kebijakan tidak lagi mendorong ataupun menghambat perekonomian, Reuters melaporkan.
Secara umum, risalah itu memberi kesan bahwa bank sentral terkesan dengan kekuatan ekonomi AS dan merasa yakin akan rencana kenaikan suku bunganya meskipun juga mencemaskan hal-hal yang dapat mendorong perekonomian keluar jalur pemulihannya.
Banyak sumber The Fed dari seluruh penjuru negara itu mengatakan mereka mencemaskan kenaikan tarif baru-baru ini oleh AS dan rekan dagangnya membebani investasi, tambahnya.
Para pembuat kebijakan The Fed juga berdiskusi mengenai apakah selisih antara suku bunga jangka pendek dan panjang yang saat ini tipis adalah sinyal akan datangnya resesi.
"Beberapa partisipan berpendapat penting untuk terus memantau slope yield curve," menurut risalah itu.
Setelah rapat, para pejabat itu juga membicarakan paparan khusus oleh staf The Fed mengenai indikator resesi potensial lainnya, yaitu selisih antara suku bunga kebijakan The Fed saat ini dengan harapan suku bunga beberapa kuartal ke depan yang didapat dari pasar kontrak berjangka (futures).
Indikator itu bisa jadi memiliki informasi yang lebih dapat diandalkan dibandingkan yield curve yang mungkin terdistorsi oleh beberapa faktor temporer, kata staf tersebut, tulis risalah rapat.
Dokumen yang dirilis hari Kamis itu tidak mengindikasikan apakah para pembuat kebijakan memilih yield curve atau informasi dari staf itu sebagai dasar penentuan kemungkinan resesi.
Secara umum, para pembuat kebijakan sepakat data ekonomi menunjukkan perekonomian AS yang kuat yang tumbuh sesuai dengan perkiraan mereka.
Namun, mereka juga membicarakan beberapa faktor global yang dapat membebani perekonomian maupun proyeksinya ke depan. Faktor-faktor itu termasuk "perkembangan politik dan ekonomi di Eropa dan beberapa [perekonomian negara berkembang]."
Simak fakta dan data perang dagang AS-China di sini: Rangkaian Kejadian Penyebab Perang Dagang AS-China
(prm) Next Article Ini 3 Alasan Kenapa The Fed Tak Akan Pangkas Suku Bunga
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular