Euro Bisa Ganggu Takhta Dolar AS sebagai Raja Mata Uang

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
03 July 2018 14:43
Dolar Amerika Serikat (AS) saat ini praktis menjadi mata uang yang menguat sendirian.
Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) saat ini praktis menjadi mata uang yang menguat sendirian. Hal ini karena The Federal Reserve/The Fed bisa dibilang adalah satu-satunya bank sentral negara maju yang berani bicara, bahkan mengeksekusi kebijakan moneter ketat.

Namun ke depan, takhta dolar AS sebagai mata uang terkuat bisa hilang setelah ada bank sentral lain yang mulai mengikuti jejak The Fed. Paling dekat adalah Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB).

Dalam rapat edisi Juni, ECB memutuskan untuk mengurangi stimulus moneter sebanyak 50% mulai September dan berencana mengakhirinya pada akhir tahun. Setelah itu, paling cepat pertengahan 2019, ECB akan mulai bicara soal kenaikan suku bunga acuan.

Sebagai informasi, saat ini suku bunga refinancing ECB masih bertahan di 0%. Sementara lending facility dan deposit facility masing-masing 0,25% dan 0,4%.

"Nanti kalau ECB mulai melakukan pengurangan stimulus moneter, kemudian suku bunga Eropa akan naik, dollar as the only king bisa saja ada pesaing baru," ujar Perry Warijyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), dalam pertemuan dengan pimpinan media massa di kantor BI, Selasa (3/7/2018).

Dengan begitu, lanjut Perry, dolar akan mendapat 'lawan' sepadan sehingga tekanan terhadap mata uang global berkurang. Lawan yang dimaksud adalah euro, mata uang Benua Biru.

"Semoga tekanan terhadap emerging market yang sekarang sumbernya paling banyak dari AS bisa berkurang. Oleh karena itu, kita harus waspada terus dan perhatikan perkembangan terbaru. BI akan memastikan itu," tutur Perry.

Untuk menjaga stabilitas rupiah dari tekanan penguatan greenback, Perry menegaskan BI akan selalu berada di pasar. BI akan terus melakukan upaya stabilisasi kurs di pasar valas maupun obligasi negara.

"BI akan terus memantau kondisi ini dan melakukan langkah-langkah stabilitasi ekonomi, khususnya nilai tukar. Tidak hanya respons terukur tapi juga langkah-langkah intervensi pasar valas SBN (Surat Berharga Negara)," tegas Perry.
(aji/aji) Next Article BI: Pelemahan Rupiah di Tengah Corona Relatif Rendah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular