
Newsletter
Hantu Perang Dagang Belum Mau Pulang
Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 July 2018 05:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Walau tertekan sepanjang hari, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan kemarin. IHSG terselamatkan pada saat-saat terakhir perdagangan.
Kemarin, IHSG mampu ditutup naik tipis 0,1%. Transaksi berlangsung sepi dengan nilai Rp 5,89 triliun dan volume 7,32 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 313.134 kali.
Jalannya perdagangan memang diwarnai sejumlah risiko. Pertama, pelemahan nilai tukar rupiah yang kemarin sebesar 0,23%. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kuartal II-2018 bisa berada di atas 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal, CAD kuartal I hanya sebesar 2,15% dari PDB.
Saat lubang di transaksi berjalan makin menganga sementara pos transaksi modal dan finansial tertekan karena seretnya hot money di pasar keuangan, maka Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) praktis tidak tertolong. Pada akhirnya, nilai tukar rupiah menjadi taruhannya, lantaran NPI merupakan salah satu fundamental yang menjadi pijakan penguatan nilai tukar.
Mengekor pelemahan rupiah, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 137 miliar. Ketika rupiah melemah, ada potensi rugi kurs yang harus ditanggung oleh investor asing. Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing di antaranya PGAS (Rp 62,2 miliar), BBTN (Rp 57,6 miliar), AMRT (Rp 42,1 miliar), BTSP (Rp 20 miliar), dan BBNI (Rp 18,4 miliar).
Risiko kedua bagi IHSG datang dari panasnya hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China. Mulai 6 Juli, AS akan mengenakan bea masuk sebesar 25% untuk 818 produk China. Beijing pun membalas dengan memberlakukan bea masuk 25% bagi 659 produk AS.
Faktor perang dagang itu mampu membuat bursa Asia terjerembab ke teritori negatif. Indeks Nikkei 225 turun 0,78%, Shanghai Composite melemah 0,91%, Hang Seng terkoreksi 0,21%, dan Kospi negatif 0,35%.
Kemarin, IHSG mampu ditutup naik tipis 0,1%. Transaksi berlangsung sepi dengan nilai Rp 5,89 triliun dan volume 7,32 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 313.134 kali.
Jalannya perdagangan memang diwarnai sejumlah risiko. Pertama, pelemahan nilai tukar rupiah yang kemarin sebesar 0,23%. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kuartal II-2018 bisa berada di atas 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal, CAD kuartal I hanya sebesar 2,15% dari PDB.
Saat lubang di transaksi berjalan makin menganga sementara pos transaksi modal dan finansial tertekan karena seretnya hot money di pasar keuangan, maka Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) praktis tidak tertolong. Pada akhirnya, nilai tukar rupiah menjadi taruhannya, lantaran NPI merupakan salah satu fundamental yang menjadi pijakan penguatan nilai tukar.
Mengekor pelemahan rupiah, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 137 miliar. Ketika rupiah melemah, ada potensi rugi kurs yang harus ditanggung oleh investor asing. Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing di antaranya PGAS (Rp 62,2 miliar), BBTN (Rp 57,6 miliar), AMRT (Rp 42,1 miliar), BTSP (Rp 20 miliar), dan BBNI (Rp 18,4 miliar).
Risiko kedua bagi IHSG datang dari panasnya hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China. Mulai 6 Juli, AS akan mengenakan bea masuk sebesar 25% untuk 818 produk China. Beijing pun membalas dengan memberlakukan bea masuk 25% bagi 659 produk AS.
Faktor perang dagang itu mampu membuat bursa Asia terjerembab ke teritori negatif. Indeks Nikkei 225 turun 0,78%, Shanghai Composite melemah 0,91%, Hang Seng terkoreksi 0,21%, dan Kospi negatif 0,35%.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular