
Ikuti Jejak Pelemahan Minyak Kedelai, Harga CPO Turun 0,65%
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
04 July 2018 19:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak pengiriman berjangka di bursa derivatif Malaysia ditutup turun 0,65% ke level MYR2.298/ton pada perdagangan hari ini Rabu (04/07/2018). Harga CPO mendapatkan sentimen negatif dari turunnya harga minyak kedelai.
Dengan capaian ini, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini sudah jatuh selama dua hari berturut-turut setelah pada perdagangan kemarin juga ditutup melemah 0,69%.
"(Harga) Minyak sawit di Bursa (Malaysia) dapat memperpanjang tren penurunannya merespon pelemahan harga minyak kedelai seiring kegalauan pasar akibat perang dagang AS-China," kata pedagang kontrak berjangka dari Kuala Lumpur, seperti dikutip dari Reuters hari ini.
Harga minyak kedelai kontrak berjangka di Chicago Board of Trade, sudah melemah 2 hari berturut-turut di awal pekan ini. Pada perdagangan hari Senin (02/07/2018), harga komoditas agrikultur unggulan Amerika Serikat (AS) ini turun 1,20%, dilanjutkan pelemahan sebesar 0,52% pada perdagangan hari Selasa (03/07/2018).
Minyak kedelai adalah salah satu komoditas yang paling terdampak dari memburuknya hubungan perdagangan AS-China. Perusahaan-perusahaan asal Negeri Tirai Bambu diperkirakan akan membatalkan sebagian besar minyak kedelai yang rencananya akan dibeli dari AS, seiring bea impor ekstra sebesar 25% diberlakukan.
Minyak kedelai adalah produk utama dari petani di Arkansas, dengan volume produksi mencapai 178 juta bushel pada 2017. Sekitar 40% dari hasil panen tersebut diekspor ke China.
Seperti diketahui, harga CPO memang banyak dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai melemah, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
Sementara itu, dari survei yang dihimpun oleh Reuters, stok minyak kelapa sawit Malaysia diprediksikan menurun ke titik terendah dalam 9 bulan, pada bulan Juni 2018, seiring negeri produsen CPO terbesar di dunia tersebut jatuh lebih cepat daripada ekspornya.
Stok minyak kelapa sawit Bulan Juni 2018 amblas 1,2% secara bulanan ke 2,15 juta ton, penurunan dalam 6 bulan berturut-turut. Sementara, produksi CPO bulan lalu diproyeksikan menurun 11,1% secara bulanan ke 1,36 juta ton, level terendah sejak Februari.
Penyebabnya, pekerja di perkebunan kelapa sawit Malaysia, yang sebagian besarnya merupakan orang Indonesia, banyak yang mengambil cuti panjang untuk merayakan hari raya Idul Fitri di kampung halamannya.
Penurunan produksi itu lebih cepat dibandingkan ekspor Malaysia Bulan Juni 2018 yang diestimasikan turun sebesar 7,8% secara bulanan ke 1,19 juta ton, penurunan selama 3 bulan berturut-turut. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia ke China dan Uni Eropa diperkirakan melemah pada bulan lalu.
Data ini dapat menjadi sentimen positif yang mampu menyokong harga CPO yang sudah terkoreksi 1,2% sepanjang pekan ini, pada perdagangan beberapa hari ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/roy) Next Article Harga CPO Anjlok Nyaris 2%, Saham AALI dan LSIP Rontok
Dengan capaian ini, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini sudah jatuh selama dua hari berturut-turut setelah pada perdagangan kemarin juga ditutup melemah 0,69%.
![]() |
"(Harga) Minyak sawit di Bursa (Malaysia) dapat memperpanjang tren penurunannya merespon pelemahan harga minyak kedelai seiring kegalauan pasar akibat perang dagang AS-China," kata pedagang kontrak berjangka dari Kuala Lumpur, seperti dikutip dari Reuters hari ini.
Minyak kedelai adalah salah satu komoditas yang paling terdampak dari memburuknya hubungan perdagangan AS-China. Perusahaan-perusahaan asal Negeri Tirai Bambu diperkirakan akan membatalkan sebagian besar minyak kedelai yang rencananya akan dibeli dari AS, seiring bea impor ekstra sebesar 25% diberlakukan.
Minyak kedelai adalah produk utama dari petani di Arkansas, dengan volume produksi mencapai 178 juta bushel pada 2017. Sekitar 40% dari hasil panen tersebut diekspor ke China.
Seperti diketahui, harga CPO memang banyak dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai melemah, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
Sementara itu, dari survei yang dihimpun oleh Reuters, stok minyak kelapa sawit Malaysia diprediksikan menurun ke titik terendah dalam 9 bulan, pada bulan Juni 2018, seiring negeri produsen CPO terbesar di dunia tersebut jatuh lebih cepat daripada ekspornya.
Stok minyak kelapa sawit Bulan Juni 2018 amblas 1,2% secara bulanan ke 2,15 juta ton, penurunan dalam 6 bulan berturut-turut. Sementara, produksi CPO bulan lalu diproyeksikan menurun 11,1% secara bulanan ke 1,36 juta ton, level terendah sejak Februari.
Penyebabnya, pekerja di perkebunan kelapa sawit Malaysia, yang sebagian besarnya merupakan orang Indonesia, banyak yang mengambil cuti panjang untuk merayakan hari raya Idul Fitri di kampung halamannya.
Penurunan produksi itu lebih cepat dibandingkan ekspor Malaysia Bulan Juni 2018 yang diestimasikan turun sebesar 7,8% secara bulanan ke 1,19 juta ton, penurunan selama 3 bulan berturut-turut. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia ke China dan Uni Eropa diperkirakan melemah pada bulan lalu.
Data ini dapat menjadi sentimen positif yang mampu menyokong harga CPO yang sudah terkoreksi 1,2% sepanjang pekan ini, pada perdagangan beberapa hari ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/roy) Next Article Harga CPO Anjlok Nyaris 2%, Saham AALI dan LSIP Rontok
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular