Sentimen Positif Masih Datang Bertubi-Tubi, Harga CPO Naik 1%

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
28 June 2018 19:25
Harga CPO masih menunjukkan keperkasaannya, setelah pada perdagangan hari sebelumnya ditutup naik nyaris 2%.
Foto: REUTERS/Samsul Said
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak pengiriman September 2018 di bursa derivatif Malaysia ditutup menguat 1,08% ke level MYR2.340/ton pada perdagangan hari ini Kamis (29/6/2018). Harga CPO masih menunjukkan keperkasaannya, setelah pada perdagangan hari sebelumnya ditutup naik nyaris 2%.

Dengan capaian itu harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini nyaman duduk di posisi tertingginya dalam 2 pekan terakhir, atau sejak 13 Juni 2018.

Sentimen Positif Masih Datang Bertubi-Tubi, Harga CPO Naik 1%Foto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Sama seperti perdagangan kemarin, sentimen positif bertubi-tubi menyokong harga CPO. Pertama, pelemahan mata uang Ringgit Malaysia sebesar 0,3% ke level 4,04/dolar Amerika Serikat (AS) hingga pukul 18.21 WIB hari ini. Capaian itu merupakan yang terburuk sejak 2 Januari 2018.

Seperti diketahui, terdepresiasinya mata uang Negeri Jiran akan membuat harga CPO relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain Ringgit Malaysia, sehingga mampu meningkatkan permintaan komoditas agrikultur unggulan Malaysia dan Indonesia ini.

Pelemahan Ringgit Malaysia masih dipengaruhi oleh eskalasi perang dagang antara AS dan China, sehingga menekan sentimen beli bagi sejumlah mata uang Asia, termasuk ringgit. "Saat konflik perdagangan diekspektasikan akan terjadi dalam jangka panjang, kami berpikir bahwa perdagangan ringgit akan berada dalam tren penurunan," ujar dealer di Malaysia, seperti dikutip dari New Strait Times, pada hari Rabu (27/6/2018).

Selain itu, dolar AS memang sedang melaju kencang seiring ekspektasi kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif oleh The Federal Reserve/The Fed. Hal ini didasari pernyataan Presiden The Fed Boston Eric Rosengren, menyatakan bahwa bank sentral AS perlu melanjutkan kenaikan suku bunga acuan secara bertahap, dalam rangka menurunkan risiko dari penyimpangan kebijakan utama, sepeti dikutip dari Reuters pada Rabu (27/6/2018).

Dolar Index yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama di dunia tercatat menguat 0,06% ke posisi 95,32 pada pukul 16:45 WIB.


Kedua, angin segar bagi harga CPO juga datang dari produksi minyak kelapa sawit Malaysia yang diekspektasikan menurun pada bulan ini.  Berdasarkan data dari grup Malaysian Palm Oil Association (MPOA), produksi CPO Negeri Jiran pada periode 1-20 Juni diestimasikan menurun sebesar 16,4% secara month-to-month (MtM).

"Produksi untuk Juni nampak tidak akan tinggi," ucap salah seorang trader di Kuala Lumpur, seperti dikutip dari Reuters.

"Khususnya di Sabah dan Sarawak, pekerja kebanyakan masih belum kembali dari berlibur, sehingga tidak banyak kegiatan panen yang berlangsung. Keseluruhan produksi (untuk Juni) akan menurun," tambahnya. 

Pekerja di perkebunan kelapa sawit Malaysia, yang sebagian besarnya merupakan orang Indonesia, memang banyak yang mengambil cuti panjang untuk merayakan hari raya Idul Fitri di kampung halamannya.

Ketiga, pada hari Selasa (26/6/2018), US Environmental Protection Agency mengajukan rencana untuk menambah volume penggunaan biofuel sebagai campuran bahan bakar, menjadi sebanyak 19,88 miliar gallon pada 2019, seperti dikutip dari Reuters. Jumlah itu naik 3% dari kebijakan pada tahun ini.

Hal ini lantas mengindikasikan permintaan minyak kelapa sawit (sebagai bahan baku biofuel) Negeri Paman Sam yang lebih besar lagi pada tahun depan, sehingga mampu menyokong harga CPO hari ini.


(RHG/RHG) Next Article Harga CPO Anjlok Nyaris 2%, Saham AALI dan LSIP Rontok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular