
Produksi Malaysia Diestimasikan Lesu, Harga CPO Menguat
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
25 June 2018 19:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak pengiriman Agustus 2018 di bursa derivatif Malaysia ditutup melemah 0,26% ke level MYR2.290/ton pada perdagangan hari ini Senin (25/6/2018). Dengan capaian tersebut, harga CPO mampu melanjutkan momentum penguatan sebesar 1,47% pada perdagangan akhir pekan lalu.
Setelah sempat melemah hingga nyaris 1% pada siang hari ini, secara perlahan harga CPO mampu membalikkan keadaan, dan akhirnya berhasil mengakhiri perdagangan di zona hijau. Penguatan harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini didorong oleh pelaku pasar yang memperkirakan produksi minyak kelapa sawit akan menurun pada bulan Juni 2018.
Berdasarkan data dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB), produksi CPO Malaysia tercatat menurun 2,56% secara month-to-month (MtM) ke 1,56 juta ton pada Bulan Mei 2018. Kemudian, berdasarkan grup Malaysian Palm Oil Association (MPOA), produksi CPO Negeri Jiran pada periode 1-20 Juni diestimasikan menurun sebesar 16,4% MtM.
Sentimen positif lainnya yang mampu mengangkat harga CPO dari zona merah pada perdagangan hari ini adalah melemahnya nilai tukar Ringgit Malaysia sebesar 0,37% terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Seperti diketahui, pelemahan mata uang ringgit pada umumnya akan diikuti oleh kenaikan harga CPO, seiring harga komoditas ini yang relatif lebih murah, dan akhirnya dispekulasikan mampu meningkatkan permintaan dari importir.
Di sisi lain, faktor yang mampu menekan harga CPO hingga pertengahan hari adalah ekspor minyak kelapa sawit Malaysia yang dilaporkan menurun 12,5% MtM selama periode 1-25 Juni, berdasarkan hasil survei AmSpec Agri Malaysia, seperti dikutip dari Reuters.
Biang keladi penurunan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia yang semakin parah tersebut didorong oleh keputusan Pemerintah Malaysia untuk meneruskan kebijakan bea keluar sebesar 5% untuk produk CPO. Sebagai informasi, kebijakan ini mulai kembali diberlakukan pada Bulan Mei lalu, setelah sempat dibebaskan pada periode Januari-April 2018.
(RHG/RHG) Next Article Ekspor Indonesia Diekspektasikan Naik 6%, Harga CPO Rebound
Setelah sempat melemah hingga nyaris 1% pada siang hari ini, secara perlahan harga CPO mampu membalikkan keadaan, dan akhirnya berhasil mengakhiri perdagangan di zona hijau. Penguatan harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini didorong oleh pelaku pasar yang memperkirakan produksi minyak kelapa sawit akan menurun pada bulan Juni 2018.
![]() |
Berdasarkan data dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB), produksi CPO Malaysia tercatat menurun 2,56% secara month-to-month (MtM) ke 1,56 juta ton pada Bulan Mei 2018. Kemudian, berdasarkan grup Malaysian Palm Oil Association (MPOA), produksi CPO Negeri Jiran pada periode 1-20 Juni diestimasikan menurun sebesar 16,4% MtM.
Seperti diketahui, pelemahan mata uang ringgit pada umumnya akan diikuti oleh kenaikan harga CPO, seiring harga komoditas ini yang relatif lebih murah, dan akhirnya dispekulasikan mampu meningkatkan permintaan dari importir.
Di sisi lain, faktor yang mampu menekan harga CPO hingga pertengahan hari adalah ekspor minyak kelapa sawit Malaysia yang dilaporkan menurun 12,5% MtM selama periode 1-25 Juni, berdasarkan hasil survei AmSpec Agri Malaysia, seperti dikutip dari Reuters.
Biang keladi penurunan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia yang semakin parah tersebut didorong oleh keputusan Pemerintah Malaysia untuk meneruskan kebijakan bea keluar sebesar 5% untuk produk CPO. Sebagai informasi, kebijakan ini mulai kembali diberlakukan pada Bulan Mei lalu, setelah sempat dibebaskan pada periode Januari-April 2018.
(RHG/RHG) Next Article Ekspor Indonesia Diekspektasikan Naik 6%, Harga CPO Rebound
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular