
Perang Dagang Juga Lambungkan Risiko Investasi RI
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
04 July 2018 16:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Premi risiko yang dikenakan saat penerbitan instrumen utang di Indonesia atau yang biasa disebut Credit Default Swap (CDS) kembali meningkat tajam.
Meskipun di awal tahun CDS Indonesia menunjukkan angka yang menggembirakan, namun dalam beberapa bulan terakhir CDS justru melambung. Kondisi ini, diperkirakan masih akan bertahan sepanjang tahun ini.
"Ini sangat bergantung dengan isu perang dagang. Kalau masih, saya pikir kemungkinan berlangsung sepanjang tahun ada," kata Ekonom Bank Central Asia David Sumual kepada CNBC Indonesia, Rabu (4/7/2018).
Selain itu, upaya menekan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit) dan menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah juga menjadi salah satu cara untuk menekan angka CDS yang melambung.
"Karena defisit APBN kita saya rasa masih relatif baik, utang juga baik. Ini masih karena defisit transaksi berjalan," katanya.
Kepala Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menilai, kenaikan CDS masih relatif wajar lantaran peningkatan tersebut tidak hanya dialami oleh Indonesia, melainkan juga negara-negara berkembang.
"Karena emerging market sedang mengalami risiko. Ada ancaman perang dagang dan lain-lain. Jadi ini wajar saja," kata Enrico.
Namun menurut dia, Indonesia tetap perlu berhati-hati. Meskipun tingkat risiko utang di Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara-negara lain, bukan berarti otoritas terkait berdiam diri.
"Kondisi sekarang sebenarnya tidak separah 2015. Pada waktu itu, CDS kita mencapai 282 bps. Jadi ini sebenarnya karena kondisi eksternal saja," katanya.
Pada hari ini, Rabu (4/7/2017), CDS Indonesia untuk tenor 5 tahun berada di 138,44 basis poin. Sementara untuk tenor 10 tahun, hari ini berada di 214,28 basis poin.
Seperti diketahui, kenaikan CDS mencerminkan adanya kekhawatiran pasar terkait dengan fundamental dan ekonomi sebuah negara atau kondisi fiskalnya.
(dru) Next Article Ternyata Ini Penyebab Risiko Utang RI Terus Melonjak
Meskipun di awal tahun CDS Indonesia menunjukkan angka yang menggembirakan, namun dalam beberapa bulan terakhir CDS justru melambung. Kondisi ini, diperkirakan masih akan bertahan sepanjang tahun ini.
"Ini sangat bergantung dengan isu perang dagang. Kalau masih, saya pikir kemungkinan berlangsung sepanjang tahun ada," kata Ekonom Bank Central Asia David Sumual kepada CNBC Indonesia, Rabu (4/7/2018).
"Karena defisit APBN kita saya rasa masih relatif baik, utang juga baik. Ini masih karena defisit transaksi berjalan," katanya.
Kepala Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menilai, kenaikan CDS masih relatif wajar lantaran peningkatan tersebut tidak hanya dialami oleh Indonesia, melainkan juga negara-negara berkembang.
"Karena emerging market sedang mengalami risiko. Ada ancaman perang dagang dan lain-lain. Jadi ini wajar saja," kata Enrico.
Namun menurut dia, Indonesia tetap perlu berhati-hati. Meskipun tingkat risiko utang di Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara-negara lain, bukan berarti otoritas terkait berdiam diri.
Pada hari ini, Rabu (4/7/2017), CDS Indonesia untuk tenor 5 tahun berada di 138,44 basis poin. Sementara untuk tenor 10 tahun, hari ini berada di 214,28 basis poin.
Seperti diketahui, kenaikan CDS mencerminkan adanya kekhawatiran pasar terkait dengan fundamental dan ekonomi sebuah negara atau kondisi fiskalnya.
(dru) Next Article Ternyata Ini Penyebab Risiko Utang RI Terus Melonjak
Most Popular