
Risiko Investasi di RI Sempat Memburuk, Apa yang Terjadi?
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
27 May 2019 18:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengungkapkanĀ Credit Default Swap (CDS) atau Risiko Investasi di Indonesia sempat mengalami kenaikan. Ketika CDS naik, maka risiko investasi yang jadi patokan sebuah negara harus diwaspadai.
"Kalau dilihat ada indikator risiko yang dilihat di pasar finansial itu CDS sekarang di 103, ada perbaikan 32 bps. Memang beberapahari kemarin sempat agak memburuk tapi hanya 7-5 bps jadi tidak ada lonjakan signifikan," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Gedung BI, Senin (27/5/2019).
Berdasarkan data Refinitiv pada 24 Mei 2019 CDS tenor 5 tahun ada di 107,94.
Menurut Mirza, masih banyak negara-negara berkembang lain yang CDS-nya memang tinggi. Hal ini sebagai akibat dari gejolak pasar global.
"Turki itu 489 mengalami pemburukan (CDS) 128 bps. Kemudian, Italia juga mengalami pemburukan. Dan Italia ini negara yang baik namun CDS-nya lebih buruk dari Indonesia," terang Mirza.
Sementara, sambung Mirza, Brasil dan Meksiko justru mengalami pembaikan dari posisi CDS. Sementara Filipina, Malaysia, dan Thailand memang lebih baik dari Indonesia.
"Negara yang bedakan itu kalau current account [transaksi berjalan] positif maka CDS lebih stabil," terang Mirza.
Dijelaskan Mirza, faktor utama yang mempengaruhi pasar keuangan Indonesia memang dominan dari eksternal. Market, sambungnya, masih memperhatikan negosiasi dagang antara AS dan China.
(dru/dru) Next Article Inflasi 2019 Bisa di Bawah 3,5%, Asal...
"Kalau dilihat ada indikator risiko yang dilihat di pasar finansial itu CDS sekarang di 103, ada perbaikan 32 bps. Memang beberapahari kemarin sempat agak memburuk tapi hanya 7-5 bps jadi tidak ada lonjakan signifikan," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Gedung BI, Senin (27/5/2019).
Berdasarkan data Refinitiv pada 24 Mei 2019 CDS tenor 5 tahun ada di 107,94.
![]() |
Menurut Mirza, masih banyak negara-negara berkembang lain yang CDS-nya memang tinggi. Hal ini sebagai akibat dari gejolak pasar global.
"Turki itu 489 mengalami pemburukan (CDS) 128 bps. Kemudian, Italia juga mengalami pemburukan. Dan Italia ini negara yang baik namun CDS-nya lebih buruk dari Indonesia," terang Mirza.
Sementara, sambung Mirza, Brasil dan Meksiko justru mengalami pembaikan dari posisi CDS. Sementara Filipina, Malaysia, dan Thailand memang lebih baik dari Indonesia.
"Negara yang bedakan itu kalau current account [transaksi berjalan] positif maka CDS lebih stabil," terang Mirza.
Dijelaskan Mirza, faktor utama yang mempengaruhi pasar keuangan Indonesia memang dominan dari eksternal. Market, sambungnya, masih memperhatikan negosiasi dagang antara AS dan China.
(dru/dru) Next Article Inflasi 2019 Bisa di Bawah 3,5%, Asal...
Most Popular