
Risiko Utang RI Terus Melonjak Sejak Awal Tahun
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 July 2018 15:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, nilai tukar rupiah bergerak menguat sehingga mempengaruhi risiko utang Indonesia. Namun sejak awal tahun, risiko utang tersebut meningkat cukup drastis.
Pada Rabu (4/7/2018) pukul 14:41 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 14.330. Rupiah menguat 0,31%. Penguatan rupiah ikut membawa dampak positif terhadap risiko utang Indonesia.
Risiko utang ini sering diukur dengan menggunakan instrumen bernama Credit Default Swap (CDS). CDS adalah semacam premi risiko yang dikenakan saat penerbitan instrumen utang. Semakin tinggi CDS, pada dasarnya semakin besar kemungkinan untuk mengalami gagal bayar alias default. Kenaikan CDS mencerminkan ada kekhawatiran pasar terkait fundamental ekonomi sebuah negara atau kondisi fiskalnya.
Hari ini, CDS Indonesia turun. Untuk tenor 5 tahun, CDS Indonesia berada di 138,44 basis poin. Turun dibandingkan kemarin yaitu 138,92 basis poin.
Sementara untuk yang tenor 10 tahun, hari ini berada di 214,28 basis poin. Juga turun dibandingkan sehari sebelumnya yang sebesar 215,58 basis poin.
Penurunan risiko utang ini sangat berkaitan dengan performa rupiah. Ketika rupiah menguat, maka berinvestasi di Indonesia akan menguntungkan bagi investor asing karena keuntungan mereka akan naik dari selisih kurs.
Mengapa investor asing? Harus diakui, investor asing memegang peranan krusial dalam risiko utang Indonesia.
Pasalnya, investor asing mendominasi kepemilikan di obligasi negara. Per 29 Juni, kepemilikan asing di obligasi negara mencapai Rp 830,17 triliun. Mereka menguasai 37,79% dari total obligasi negara yang dapat diperdagangkan.
Setiap kali rupiah melemah, investor asing cenderung keluar dari pasar obligasi karena tidak mau nilai investasinya turun. Saat investor asing keluar, maka pasar obligasi akan tertekan karena mereka adalah mayoritas.
Tekanan di pasar obligasi tentunya membuat risiko utang meningkat. Oleh karena itu, pergerakan CDS agak identik dengan dinamika rupiah. Apesnya, rupiah sudah melemah 5,7% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) sejak awal tahun. Akibatnya CDS pun bergerak naik dalam laju yang sangat mirip dengan rupiah, ada peningkatan yang lumayan tajam.
Oleh karena itu, kunci untuk menjaga risiko utang Indonesia adalah menjaga rupiah. Oleh karena itu, tidak heran Bank Indonesia (BI) dan pemerintah menjadikan stabilitas rupiah menjadi prioritas utama jangka pendek.
(aji/dru) Next Article CDS RI Naik, Lebih Tinggi Dibanding Malaysia dan Thailand
Pada Rabu (4/7/2018) pukul 14:41 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 14.330. Rupiah menguat 0,31%. Penguatan rupiah ikut membawa dampak positif terhadap risiko utang Indonesia.
Risiko utang ini sering diukur dengan menggunakan instrumen bernama Credit Default Swap (CDS). CDS adalah semacam premi risiko yang dikenakan saat penerbitan instrumen utang. Semakin tinggi CDS, pada dasarnya semakin besar kemungkinan untuk mengalami gagal bayar alias default. Kenaikan CDS mencerminkan ada kekhawatiran pasar terkait fundamental ekonomi sebuah negara atau kondisi fiskalnya.
Sementara untuk yang tenor 10 tahun, hari ini berada di 214,28 basis poin. Juga turun dibandingkan sehari sebelumnya yang sebesar 215,58 basis poin.
![]() |
Penurunan risiko utang ini sangat berkaitan dengan performa rupiah. Ketika rupiah menguat, maka berinvestasi di Indonesia akan menguntungkan bagi investor asing karena keuntungan mereka akan naik dari selisih kurs.
Mengapa investor asing? Harus diakui, investor asing memegang peranan krusial dalam risiko utang Indonesia.
Pasalnya, investor asing mendominasi kepemilikan di obligasi negara. Per 29 Juni, kepemilikan asing di obligasi negara mencapai Rp 830,17 triliun. Mereka menguasai 37,79% dari total obligasi negara yang dapat diperdagangkan.
Setiap kali rupiah melemah, investor asing cenderung keluar dari pasar obligasi karena tidak mau nilai investasinya turun. Saat investor asing keluar, maka pasar obligasi akan tertekan karena mereka adalah mayoritas.
Tekanan di pasar obligasi tentunya membuat risiko utang meningkat. Oleh karena itu, pergerakan CDS agak identik dengan dinamika rupiah. Apesnya, rupiah sudah melemah 5,7% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) sejak awal tahun. Akibatnya CDS pun bergerak naik dalam laju yang sangat mirip dengan rupiah, ada peningkatan yang lumayan tajam.
![]() |
Oleh karena itu, kunci untuk menjaga risiko utang Indonesia adalah menjaga rupiah. Oleh karena itu, tidak heran Bank Indonesia (BI) dan pemerintah menjadikan stabilitas rupiah menjadi prioritas utama jangka pendek.
BI melakukan itu dengan menaikkan suku bunga acuan dengan harapan dapat menarik arus modal portofolio. Sementara pemerintah tengah menggodok rencana membatasi impor barang modal untuk menekan impor yang menguras devisa.
Sejauh mana dampak kebijakan ini bisa menstabilkan rupiah, masih perlu diuji. Namun upaya stabilisasi rupiah memang menjadi kebutuhan yang mendesak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sejauh mana dampak kebijakan ini bisa menstabilkan rupiah, masih perlu diuji. Namun upaya stabilisasi rupiah memang menjadi kebutuhan yang mendesak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/dru) Next Article CDS RI Naik, Lebih Tinggi Dibanding Malaysia dan Thailand
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular