
Manajemen APBN Puaskan Investor, Risiko Utang RI Turun
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 May 2018 11:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Risiko utang Indonesia menurun yang tergambar melalui perkembangan Credit Default Swap (CDS). Ini disebabkan pengelolaan fiskal yang cukup baik, setidaknya sampai akhir April 2018. P
Untuk tenor 5 tahun, CDS Indonesia hari ini berada di 124,16 basis poin (bps). Turun dibandingkan sebelumnya yaitu 124,86 bps.
CDS adalah semacam premi risiko yang dikenakan saat penerbitan instrumen utang. Semakin tinggi CDS, pada dasarnya semakin besar kemungkinan untuk mengalami gagal bayar alias default. Kenaikan CDS mencerminkan ada kekhawatiran pasar terkait fundamental ekonomi sebuah negara atau kondisi fiskalnya.
Penurunan CDS tidak lepas dari positifnya pengelolaan anggaran negara. Misalnya sampai April 2018, penerimaan pajak tercatat Rp 383,3% atau naik 10,89% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam empat bulan pertama, pemerintah sudah mengumpulkan 26,91% dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Artinya sudah lebih dari seperempat target tercapai, sehingga jika kecepatan ini bisa dipertahankan maka bukan tidak mungkin penerimaan pajak akan mencapai target. Sesuatu yang cukup langka dalam beberapa tahun belakangan.
Tidak hanya itu, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga tumbuh cukup impresif. Pada April 2018, PNBP tercatat Rp 109,9 triliun atau tumbuh 21,02% dibandingkan periode yang sama pada 2017.
Belanja negara juga lebih 'menggigit' dibandingkan tahun lalu. Total belanja negara per akhir April 2018 adalah Rp 331,01 triliun atau naik 33,69% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini bisa diartikan APBN lebih memberikan stimulus ke perekonomian melalui belanja yang ekspansif.
Sementara dari sisi pembiayaan, sepertinya APBN 2018 juga lebih pruden. Ini terlihat dari penerbitan Surat Berharga (SBN) neto yang pada akhir April sebesar Rp 180,7 triliun atau turun 6,45% dibandingkan tahun lalu.
Akibatnya, defisit anggaran 2018 sampai April juga lebih terkendali di 0,37% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto). Lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 0,54% pada periode yang sama.
Pengelolaan APBN yang lebih baik ini sedikit banyak berkontribusi terhadap penurunan risiko utang Indonesia, yang tergambar melalui CDS. Kondisi fiskal yang sehat memungkinkan pemerintah untuk memenuhi kewajibannya, sehingga risiko gagal bayar semakin berkurang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article CDS RI Naik, Lebih Tinggi Dibanding Malaysia dan Thailand
Untuk tenor 5 tahun, CDS Indonesia hari ini berada di 124,16 basis poin (bps). Turun dibandingkan sebelumnya yaitu 124,86 bps.
CDS adalah semacam premi risiko yang dikenakan saat penerbitan instrumen utang. Semakin tinggi CDS, pada dasarnya semakin besar kemungkinan untuk mengalami gagal bayar alias default. Kenaikan CDS mencerminkan ada kekhawatiran pasar terkait fundamental ekonomi sebuah negara atau kondisi fiskalnya.
![]() |
Penurunan CDS tidak lepas dari positifnya pengelolaan anggaran negara. Misalnya sampai April 2018, penerimaan pajak tercatat Rp 383,3% atau naik 10,89% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam empat bulan pertama, pemerintah sudah mengumpulkan 26,91% dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Artinya sudah lebih dari seperempat target tercapai, sehingga jika kecepatan ini bisa dipertahankan maka bukan tidak mungkin penerimaan pajak akan mencapai target. Sesuatu yang cukup langka dalam beberapa tahun belakangan.
Tidak hanya itu, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga tumbuh cukup impresif. Pada April 2018, PNBP tercatat Rp 109,9 triliun atau tumbuh 21,02% dibandingkan periode yang sama pada 2017.
Belanja negara juga lebih 'menggigit' dibandingkan tahun lalu. Total belanja negara per akhir April 2018 adalah Rp 331,01 triliun atau naik 33,69% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini bisa diartikan APBN lebih memberikan stimulus ke perekonomian melalui belanja yang ekspansif.
Sementara dari sisi pembiayaan, sepertinya APBN 2018 juga lebih pruden. Ini terlihat dari penerbitan Surat Berharga (SBN) neto yang pada akhir April sebesar Rp 180,7 triliun atau turun 6,45% dibandingkan tahun lalu.
Akibatnya, defisit anggaran 2018 sampai April juga lebih terkendali di 0,37% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto). Lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 0,54% pada periode yang sama.
Pengelolaan APBN yang lebih baik ini sedikit banyak berkontribusi terhadap penurunan risiko utang Indonesia, yang tergambar melalui CDS. Kondisi fiskal yang sehat memungkinkan pemerintah untuk memenuhi kewajibannya, sehingga risiko gagal bayar semakin berkurang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article CDS RI Naik, Lebih Tinggi Dibanding Malaysia dan Thailand
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular