
Tak Peduli CDS Naik, Obligasi RI Diborong Investor Awal 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Persepsi investor terhadap risiko investasi di Indonesia mengalami kenaikan dan mulai mendekati level di awal tahun 2020 lalu. Premi credit default swap (CDS) bertenor 5 tahun naik menjadi 67,32 pada Senin (4/1/2021).
![]() CDS |
Kenaikan premi CDS tersebut cenderung membuat investor asing untuk melepas surat utang negara (SUN).
CDS adalah kontrak derivatif swap di mana pembeli melakukan pembayaran ke penjual atas penutupan risiko gagal bayar (default) debitornya. Artinya, dia mendapatkan pembayaran bila terjadi gagal bayar atau kejadian lain yang mengancam pembayaran kredit yang ada.
Biasanya, ketika CDS naik maka harga SUN akan turun. Namun hal ini tidak terjadi demikian, harga SUN untuk tenor 5 tahun pada perdagangan Senin kemarin malah mengalami penguatan.
Harga SUN acuan tenor 5 tahun mengalami kenaikan, sehingga imbal hasil (yield) surat utang negara (SUN) tersebut turun 1,6 basis poin (bp) menjadi 5,232% per Senin (4/1/2021).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Besaran 100 bp setara dengan 1%.
Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Berdasarkan grafik di atas, jika dilihat, pergerakan yield SUN tenor 5 tahun selama setahun terakhir memang sempat menguat pada Maret hingga Mei 2020, namun pada akhirnya yield SUN tersebut mulai turun hingga berakhir di kisaran 5% pada penutupan Senin Kemarin.
Penurunan yield SUN ini bersamaan dengan posisi CDS Indonesia yang mulai turun sehingga investor kemungkinan mempersepsikan pasar obligasi Indonesia masih akan positif lagi, setidaknya selama kuartal I tahun 2021.
Prospek distribusi vaksin virus corona (Covid-19) pada tahun ini menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia, termasuk pasar obligasi pemerintah.
Selain itu, data ekonomi yang mulai membaik juga turut andil menjadi pendorong pergerakan pasar obligasi menjadi semakin positif.
Daya beli yang juga membaik, ditandai dengan mulai ekspansinya indeks Purchasing Manager' (PMI) manufaktur pada Desember 2020, yang berada di angka 51,3 atau naik 0,7 poin.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di atas 50, maka artinya dunia usaha berada di fase ekspansi yang hasilnya akan terlihat dalam beberapa bulan ke depan.
Sementara inflasi tahun kalender yang otomatis menjadi inflasi tahunan (year-on-year/YoY) tercatat 1,68%. Hal ini juga menunjukkan perbaikan daya beli masyarakat setelah sebelumnya sempat deflasi selama 3 bulan berturut-turut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Risiko Investasi Turun, Yield Obligasi RI Udah Turun Banyak
