
Risiko Investasi Turun, Yield Obligasi RI Udah Turun Banyak

Jakarta, CNBC Indonesia - Persepsi investor terhadap risiko investasi di Indonesia kembali naik, namun naiknya cenderung tipis dan masih di berada di level rendah sehingga ini mencerminkan risiko investasi di Tanah Air mulai turun.
Penurunan risiko ini ditandai dengan penurunan premi credit default swap (CDS) bertenor 5 tahun menjadi 94,500 secara month to date (MtD) pada Rabu (14/10/2020).
![]() CDS Indonesia |
Kenaikan tipis premi CDS tersebut cenderung membuat investor asing untuk melepas surat utang negara (SUN).
Meski begitu, data World Government Bonds, mencatat CDS tenor 5 tahun, pada periode awal Oktober ini mulai merendah dibandingkan dengan Maret yakni 239,11. Hanya saja CDS belum turun hingga ke level seperti Desember 2019 yakni 63,23.
CDS adalah kontrak derivatif swap di mana pembeli melakukan pembayaran ke penjual atas penutupan risiko gagal bayar (default) debitornya. Artinya, dia mendapatkan pembayaran bila terjadi gagal bayar atau kejadian lain yang mengancam pembayaran kredit yang ada.
Biasanya, ketika CDS naik maka harga SUN akan turun. Namun hal ini tidak terjadi demikian, harga SUN pada perdagangan Rabu (14/10/2020) kemarin malah mengalami penguatan.
Tercatat harga SUN acuan tenor 5 tahun mengalami kenaikan, sehingga imbal hasil (yield) surat utang negara (SUN) tersebut turun 3,2 basis poin (bps) menjadi 5,722% per Rabu (14/10/2020).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Berdasarkan grafik di atas, jika dilihat, pergerakan yield SUN selama sebulan terakhir memang sempat menguat, namun pada akhirnya yield SUN acuan tersebut mulai turun pada perdagangan Jumat (9/10/2020) pekan lalu hingga berakhir di posisi 5,7% pada penutupan Rabu Kemarin.
Penurunan yield SUN ini bersamaan dengan posisi CDS Indonesia yang mulai turun sehingga investor kemungkinan mempersepsikan pasar Indonesia positif lagi.
Apalagi ada sentimen positif disahkannya UU Omnibus Law dan kabar vaksinasi dimulai November mendatang.
Meski demikian, posisi CDS yang mulai rendah (meski naik tipis) dan penurunan yield SUN acuan 5 tahun bakal diadang oleh sentimen negatif proyeksi Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
Sebelumnya pada Selasa malam (13/10/2020) waktu Amerika Serikat (AS), lembaga yang bermarkas di Washington DC, AS ini telah memprediksi pemulihan ekonomi Indonesia masih sangat tertahan di tahun ini.
Artinya, pemulihan ekonomi Indonesia akan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya yang bisa berbentuk V, malah bisa seperti simbol check list, alias langsung naik tajam setelah berada di titik terbawah.
"Kami melihat bahwa ekonomi Indonesia lebih cenderung mengalami pemulihan "Nike Swoosh" daripada pemulihan berbentuk V," kata Kepala Ekonom IMF, Gita Gopinath, dalam World Economic Outlook terbaru IMF yang dikutip Rabu (14/10/2020).
Pada Juni lalu, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia terkontraksi 0,3% pada tahun ini. Dalam laporan Oktober, proyeksinya memburuk menjadi kontraksi -1,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Premi CDS Indonesia Naik, Bahaya?
