Gara-gara Trump, Harga Minyak Diproyeksi Sentuh US$ 85/Barel

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
04 July 2018 11:31
Morgan Stanley mengatakan harga minyak acuan Brent akan mencapai US$85 per barel dalam enam bulan ke depan.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak akan naik lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya di paruh kedua tahun ini menyusul langkah pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang ingin menghapus ekspor minyak Iran paling lambat bulan November, Morgan Stanley meramalkan.

Kebijakan AS yang lebih keras dari yang diperkirakan akan menyebabkan produksi Iran turun 1,1 juta barel per hari di saat permintaan minyak global sedang tinggi. Investment bank itu juga melihat penurunan produksi di Libya dan Angola yang lebih dalam dari perkiraan.

Dengan demikian, pasar minyak akan kehilangan pasokan hingga 600.000 barel per hari di semester kedua.

Hasilnya, Morgan Stanley mengatakan harga minyak acuan Brent akan mencapai US$85 per barel dalam enam bulan ke depan. Perkiraan itu lebih mahal US$7,5/barel dibandingkan ramalan sebelumnya, CNBC International melaporkan.

Brent diperdagangkan sekitar US$78 per barel, sedikit di bawah rekor tertinggi dalam 3,5 tahun terakhir sebesar US$80,5 per barel di Mei. Harga Brent telah naik 5% pekan lalu ketika pejabat tinggi Departemen Dalam Negeri AS mengatakan pemerintah mendorong negara-negara pembeli untuk memangkas pembelian minyak mereka dari Iran paling lambat 4 November.


Morgan Stanley mengatakan sebelumnya mengira produksi Iran akan mulai menurun setelah November. Dengan skenario itu, Morgan Stanley memperkirakan Iran akan kehilangan pasokan hingga 700.000 barel per hari selama 2019.

Saat ini, bank investasi itu memperkirakan ekspor minyak Iran yang dikirim ke Eropa, Jepang, dan Korea Selatan, akan anjlok hingga ke level terendah. Negara-negara tersebut mengonsumsi sekitar 1 juta barel dari 2,7 juta barel pengiriman minyak Iran per hari.

Morgan Stanley juga mencatat Arab Saudi sedang meningkatkan produksinya dan sepertinya akan memasok sekitar 10,8 juta barel per hari di paruh kedua tahun ini, naik dari 10,1 juta barel yang diperkirakan sebelumnya. Bank ini juga memperkirakan Rusia, Uni Emirat Arab, dan Kuwait akan meningkatkan produksi namun tetap saja tidak cukup untuk menyeimbangkan pasar.

"Hal ini terjadi setelah persediaan menurun secara signifikan, ... di mana stok global telah mendekati level terendah dalam lima tahun. Kapasitas cadangan sudah menipis namun diperkirakan akan terus menurun lebih jauh," kata Martijn Rats, strategis minyak global dan kepala riset ekuitas migas Eropa Morgan Stanley.

"Sementara itu, permintaan tetap tinggi dan akan terus naik secara musiman" di semester kedua 2018, ujarnya.
(wed) Next Article Morgan Stanley: Harga Minyak Akan Sentuh US$ 90 per Barel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular