Goldman Sachs & Morgan Stanley Sepakat Minyak Tembus US$ 70

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
24 February 2021 09:09
Morgan Stanley
Foto: Morgan Stanley (REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sentimen penggerak harga minyak mentah di pasar masih terkait cuaca dingin ekstrem yang melanda wilayah produksi AS di Texas. Tren bullish harga minyak diperkirakan bakal berlanjut.

Cuaca dingin yang ekstrem memang membuat produksi minyak AS terutama di daerah-daerah utama penghasil terhambat. Terjadi pembekuan pipa dan disrupsi pasokan listrik menjadi masalah utama.

Produksi minyak serpih di kawasan Selatan Paman Sam diperkirakan butuh waktu lebih dari dua pekan untuk kembali menghasilkan 2 juta barel per hari (bph) minyak mentah.

Disrupsi produksi minyak di AS membuat harga si emas hitam sempat tembus rekor tertingginya dalam satu tahun terakhir di minggu ini. Namun seperti biasa, ketika harga mengalami kenaikan menuju level tertinggi juga diikuti oleh aksi ambil untung para trader yang membuat harganya jadi terkoreksi.

Pada perdagangan pagi hari ini, Rabu (24/2/2021), harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah drop. Kontrak Brent turun 0,37% ke US$ 65,13/barel dan kontrak West Texas Intermediate (WTI) ambles 0,63% ke US$ 61,28/barel.

Morgan Stanley memperkirakan harga minyak mentah Brent naik menjadi US$ 70 per barel pada kuartal ketiga tahun ini. Kondisi pasar yang jauh lebih baik dan didukung dengan peningkatan permintaan mendukung kenaikan harga minyak.

Ada beberapa alasan mengapa bank asal Wall Street tersebut cenderung bullish terhadap harga minyak. Faktor pendorong kenaikan harga minyak antara lain kasus Covid-19 yang turun dengan cepat secara global serta mobilitas publik yang mulai terlihat meningkat.

Katalis positif lain yaitu aktivitas operasional kilang yang mulai pulih di negara-negara non-OECD. 

Morgan Stanley menaikkan perkiraannya untuk harga Brent pada paruh kedua tahun ini dari US$ 60 per barel menjadi  US$ 65-70 per barel, dengan puncak US$ 70 pada kuartal ketiga, sebagaimana diwartakan Reuters.

"Pasar minyak berada dalam defisit yang lebih besar dari perkiraan neraca konsensus," kata Morgan Stanley. Lebih lanjut permintaan diramal bakal meningkat sekitar 4 juta barel per hari pada akhir tahun, persediaan akan normal kembali dan kapasitas cadangan akan mengalami penurunan yang berarti.

Selain Morgan Stenley, bank investasi asal Wall Street lain yaitu Goldman Sachs ikut memberikan ramalan bullish untuk harga minyak mentah. 

Goldman Sachs meramal harga minyak mentah Brent mencapai US$ 70/barel di kuartal kedua dan US$ 75/barel di kuartal ketiga. Sebelumnya Goldman Sachs memperkirakan harga Brent bakal berada di US$ 60 dan US$ 65 per barelnya masing-masing untuk kuartal kedua dan ketiga tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Tembus Rekor Lagi, Harganya Diramal Bisa ke US$ 70

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular