
Internasional
Morgan Stanley: Harga Minyak Akan Sentuh US$ 90 per Barel
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
17 May 2018 15:45

Jakarta, CNBC Indonesia- Permintaan bahan bakar diesel dan jet akan bantu mendorong harga minyak Brent menjadi US$ 90 atau Rp 1,2 juta per barel di tahun 2020, menurut Morgan Stanley.
Sebelumnya, bank investasi ini memproyeksi harga rata-rata Brent di kisaran US$ 65 dalam setiap kuartal tahun 2020. Brent menyentuh angka tertinggi selama tiga setengah tahun di posisi US$ 79,47 per barel pada hari Selasa (15/5/2018). Harga minyak belum naik melebihi US$ 90 per barel sejak Oktober 2014.
Namun, Morgan Stanley memperingatkan persediaan bahan bakar diesel dan jet mendekati titik terendah selama lima tahun karena permintaan bahan bakar yang meningkat. Melansir dari CNBC Internasional, kilang minyak di seluruh dunia saat ini juga sedang berjuang untuk menyesuaikan laju dengan konsumsi.
"Selama beberapa tahun ke depan, kami memprediksi pengetatan pada satu produk khusus, distilat menengah, untuk memperkuat satu cairan khusus, minyak dan khususnya minyak yang nampak seperti Brent," kata Martijn Rats, Strategis Minyak Global di Morgan Stanley, dalam sebuah catatan riset di hari Selasa.
Permintaan akan tumbuh sekitar 1,5 juta barel per hari akibat peraturan polusi yang lebih ketat di industri pengiriman, menurut prediksi Morgan Stanley.
Di tahun 2020, Organisasi Maritim Internasional (International Maritime Organization) akan memberlakukan standar emisi baru yang akan mewajibkan kapal memasang peralatan untuk membuang polutan dari mesin atau menggunakan bahan bakar dengan pembakaran bersih dan rendah belerang.
Morgan Stanley berkata sebagian besar kapal akan memilih opsi kedua, jadi secara efektif permintaan pun akan bergeser dari bahan bakar jenis lain ke distilat.
Sementara itu, sebagian besar peningkatan produksi minyak global datang dari cairan gas alam dan kondensat, sebuah tipe minyak yang sangat ringan. Hal itu menjadi masalah karena kedua cairan itu tidak digunakan untuk membuat distilat menengah, kata Morgan Stanley.
Menurut proyeksi bank tersebut, produksi minyak global perlu tumbuh 5,7 juta barel per hari di tahun 2020 untuk memenuhi konsumsi distilat yang meningkat. Namun, Morgan Stanley berpendapat hal itu mustahil terjadi.
"Kami melihat produksi minyak global kembali terakselerasi lagi, tetapi anjlok di level ini. Sejak 1984, pertumbuhan produksi minyak selama periode tiga tahun hanya sekali menyentuh level ini," kata Rats.
Pada hari Rabu (16/5/2018), International Energy Agency (IEA) mengatakan pihaknya memprediksi minyak-minyak dari negara selain OPEC tumbuh hampir 1,9 juta barel per hari tahun ini. Kekurangan minyak bisa bantu mendorong harga minyak gas menjadi $ 850 per ton atau lebih tinggi 25% sampai 30% dari level saat ini, menurut proyeksi Morgan Stanley. Maka dari itu, harga Brent pun akan terdorong ke level $ 90 per barel.
(gus) Next Article Harga Minyak Sukar Lepas Dari USD 50 - USD 60 per Barrel
Sebelumnya, bank investasi ini memproyeksi harga rata-rata Brent di kisaran US$ 65 dalam setiap kuartal tahun 2020. Brent menyentuh angka tertinggi selama tiga setengah tahun di posisi US$ 79,47 per barel pada hari Selasa (15/5/2018). Harga minyak belum naik melebihi US$ 90 per barel sejak Oktober 2014.
Namun, Morgan Stanley memperingatkan persediaan bahan bakar diesel dan jet mendekati titik terendah selama lima tahun karena permintaan bahan bakar yang meningkat. Melansir dari CNBC Internasional, kilang minyak di seluruh dunia saat ini juga sedang berjuang untuk menyesuaikan laju dengan konsumsi.
Permintaan akan tumbuh sekitar 1,5 juta barel per hari akibat peraturan polusi yang lebih ketat di industri pengiriman, menurut prediksi Morgan Stanley.
Di tahun 2020, Organisasi Maritim Internasional (International Maritime Organization) akan memberlakukan standar emisi baru yang akan mewajibkan kapal memasang peralatan untuk membuang polutan dari mesin atau menggunakan bahan bakar dengan pembakaran bersih dan rendah belerang.
Morgan Stanley berkata sebagian besar kapal akan memilih opsi kedua, jadi secara efektif permintaan pun akan bergeser dari bahan bakar jenis lain ke distilat.
Sementara itu, sebagian besar peningkatan produksi minyak global datang dari cairan gas alam dan kondensat, sebuah tipe minyak yang sangat ringan. Hal itu menjadi masalah karena kedua cairan itu tidak digunakan untuk membuat distilat menengah, kata Morgan Stanley.
Menurut proyeksi bank tersebut, produksi minyak global perlu tumbuh 5,7 juta barel per hari di tahun 2020 untuk memenuhi konsumsi distilat yang meningkat. Namun, Morgan Stanley berpendapat hal itu mustahil terjadi.
"Kami melihat produksi minyak global kembali terakselerasi lagi, tetapi anjlok di level ini. Sejak 1984, pertumbuhan produksi minyak selama periode tiga tahun hanya sekali menyentuh level ini," kata Rats.
Pada hari Rabu (16/5/2018), International Energy Agency (IEA) mengatakan pihaknya memprediksi minyak-minyak dari negara selain OPEC tumbuh hampir 1,9 juta barel per hari tahun ini. Kekurangan minyak bisa bantu mendorong harga minyak gas menjadi $ 850 per ton atau lebih tinggi 25% sampai 30% dari level saat ini, menurut proyeksi Morgan Stanley. Maka dari itu, harga Brent pun akan terdorong ke level $ 90 per barel.
(gus) Next Article Harga Minyak Sukar Lepas Dari USD 50 - USD 60 per Barrel
Most Popular