
Harga Obligasi Terkoreksi, Yield Normal Lagi
Irvin Avriano, CNBC Indonesia
04 July 2018 11:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi negara kompak terkoreksi pada awal pembukaan pagi ini. Koreksi terjadi di tengah kondisi kekhawatiran terhadap kondisi global dan makroekonomi dalam negeri.
Data Reuters pagi ini, Rabu (4/7/2018), menunjukkan pelemahan harga terjadi pada empat seri acuan (benchmark). Harga yang turun imbasnya adalah kenaikan imbal hasil (yield).
Obligasi negara tenor panjang terkoreksi paling besar pada perdagangan awal hari ini, sehingga mengembalikan posisi yield ke posisi sebelum pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 day reverse repo rate. Yield seri FR0075 (20 tahun) menjadi yang paling terdongkrak yaitu 10 basis poin (bps) menjadi 8,24% dari posisi kemarin 8,14%.
Koreksi itu membuat posisi yield FR0075 kembali di atas yield seri yang lebih pendek, yaitu seri FR0063 (5 tahun), FR0064 (10 tahun), dan FR0065 15 tahun). Sebelumnya, anomali sempat terjadi kemarin menjelang lelang rutin, ketika penguatan terjadi pada harga seri 20 tahun dan membuat yield-nya turun hingga di bawah yield 15 tahun.
Penguatan itu menjadi satu-satunya dari total empat seri acuan, sedangkan tiga seri lain terkoreksi karena tekanan sentimen global. Saat ini sentimen yang mewarnai sentimen pasar adalah masih dari tingkat global, di mana perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan negara mitra dagang dan sinyal agresif Bank Sentral AS soal rencana kenaikan suku bunga acuan.
Kondisi tersebut berimbas pada koreksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sentimen negatif eksternal mengantar dolar AS hingga sempat menembus level Rp 14.400.
Pasar saham pun tertekan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus terkoreksi dan hari ini sudah di bawah kisaran 5.600.
Kondisi fundamental dalam negeri juga tidak mendukung karena defisit neraca berjalan (current account) yang diprediksi akan semakin melebar. Artinya, fondasi untuk penguatan rupiah semakin terbatas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Data Reuters pagi ini, Rabu (4/7/2018), menunjukkan pelemahan harga terjadi pada empat seri acuan (benchmark). Harga yang turun imbasnya adalah kenaikan imbal hasil (yield).
![]() |
Obligasi negara tenor panjang terkoreksi paling besar pada perdagangan awal hari ini, sehingga mengembalikan posisi yield ke posisi sebelum pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 day reverse repo rate. Yield seri FR0075 (20 tahun) menjadi yang paling terdongkrak yaitu 10 basis poin (bps) menjadi 8,24% dari posisi kemarin 8,14%.
Penguatan itu menjadi satu-satunya dari total empat seri acuan, sedangkan tiga seri lain terkoreksi karena tekanan sentimen global. Saat ini sentimen yang mewarnai sentimen pasar adalah masih dari tingkat global, di mana perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan negara mitra dagang dan sinyal agresif Bank Sentral AS soal rencana kenaikan suku bunga acuan.
Kondisi tersebut berimbas pada koreksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sentimen negatif eksternal mengantar dolar AS hingga sempat menembus level Rp 14.400.
Pasar saham pun tertekan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus terkoreksi dan hari ini sudah di bawah kisaran 5.600.
Kondisi fundamental dalam negeri juga tidak mendukung karena defisit neraca berjalan (current account) yang diprediksi akan semakin melebar. Artinya, fondasi untuk penguatan rupiah semakin terbatas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular