
Harga Emas Terperosok ke Titik Terendah Dalam Setahun
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
02 July 2018 14:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak melemah 0,41% ke US$1.249,3/troy ounce, hingga pukul 13.26 WIB hari ini. Pergerakan harga sang logam mulia mendapatkan energi negatif dari terapresiasinya dolar Amerika Serikat (AS), ditambah meredanya tensi perang dagang Washington-Beijing.
Dengan pergerakan tersebut, harga emas terperosok ke level terendahnya sejak pertengahan Juli 2017. Sebagai tambahan, hingga hari ini, harga emas juga sudah terkoreksi sebesar 5,6% secara year-to-date (YTD).
Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia, berbalik menguat sebesar 0,15% pada pukul 13:37 WIB siang ini. Padahal sampai dini hari tadi, indeks ini sempat melemah sampai nyaris 1%.
Setelah sempat diabaikan, investor kini kembali melirik rilis data terbaru di Negeri Paman Sam yaitu indeks Personal Consumption Expenditure (PCE). Pada Mei 2018, PCE meningkat 2,3% secara year-on-year (YoY), tertinggi sejak Maret.
(RHG/RHG) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Dengan pergerakan tersebut, harga emas terperosok ke level terendahnya sejak pertengahan Juli 2017. Sebagai tambahan, hingga hari ini, harga emas juga sudah terkoreksi sebesar 5,6% secara year-to-date (YTD).
![]() |
Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia, berbalik menguat sebesar 0,15% pada pukul 13:37 WIB siang ini. Padahal sampai dini hari tadi, indeks ini sempat melemah sampai nyaris 1%.
Setelah sempat diabaikan, investor kini kembali melirik rilis data terbaru di Negeri Paman Sam yaitu indeks Personal Consumption Expenditure (PCE). Pada Mei 2018, PCE meningkat 2,3% secara year-on-year (YoY), tertinggi sejak Maret.
Kemudian, indeks PCE inti (di luar komponen volatile food dan energi) naik 2% YoY, tertinggi sejak April 2012. Sebagai catatan, indeks PCE inti merupakan alat utama The Federal Reserve/The Fed untuk mengukur inflasi.
PCE inti kini telah menyentuh target The Fed yaitu 2%. Ini merupakan kali pertama PCE inti mencapai target dalam enam tahun terakhir. Pelaku pasar pun kemudian semakin bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali sepanjang 2018, atau dua kali lagi. Lebih banyak ketimbang perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali. Ini menjadi bahan bakar baru bagi dolar AS untuk kembali menguat.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS.
Tidak hanya itu, kekhawatiran investor terkait panasnya tensi perang AS-China juga sedikit mereda pasca lembaga perencanaan China, National Development and Reform Comission (NDRC) menerbitkan versi baru dari "Daftar Negatif Investasi". Di dalam peraturan baru tersebut, Negeri Tirai Bambu melonggarkan pembatasan investasi bagi sejumlah sektor, termasuk perbankan, otomotif, industri berat, dan agrikultur.
Langkah tersebut diambil setelah Kongres dan Gedung Putih mempertimbangkan pembatasan yang lebih ketat bagi investasi China di Negeri Paman Sam, terutama bagi transaksi yang melibatkan perusahaan teknologi asal AS.
Sebagai tambahan, mendinginnya bara perang dagang AS-China juga disokong oleh Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin pada hari Jumat (29/6/2018) yang membantah laporan bahwa Presiden AS Donald Trump ingin AS untuk menarik dari World Trade Organization (WTO), seperti dikutip dari Reuters.
Situasi ini lantas membangunkan kembali risk appetite investor. Permintaan aset-aset safe haven seperti emas pun tertekan, dan kemudian membebani harga sang logam mulia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
PCE inti kini telah menyentuh target The Fed yaitu 2%. Ini merupakan kali pertama PCE inti mencapai target dalam enam tahun terakhir. Pelaku pasar pun kemudian semakin bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali sepanjang 2018, atau dua kali lagi. Lebih banyak ketimbang perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali. Ini menjadi bahan bakar baru bagi dolar AS untuk kembali menguat.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS.
Tidak hanya itu, kekhawatiran investor terkait panasnya tensi perang AS-China juga sedikit mereda pasca lembaga perencanaan China, National Development and Reform Comission (NDRC) menerbitkan versi baru dari "Daftar Negatif Investasi". Di dalam peraturan baru tersebut, Negeri Tirai Bambu melonggarkan pembatasan investasi bagi sejumlah sektor, termasuk perbankan, otomotif, industri berat, dan agrikultur.
Langkah tersebut diambil setelah Kongres dan Gedung Putih mempertimbangkan pembatasan yang lebih ketat bagi investasi China di Negeri Paman Sam, terutama bagi transaksi yang melibatkan perusahaan teknologi asal AS.
Sebagai tambahan, mendinginnya bara perang dagang AS-China juga disokong oleh Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin pada hari Jumat (29/6/2018) yang membantah laporan bahwa Presiden AS Donald Trump ingin AS untuk menarik dari World Trade Organization (WTO), seperti dikutip dari Reuters.
Situasi ini lantas membangunkan kembali risk appetite investor. Permintaan aset-aset safe haven seperti emas pun tertekan, dan kemudian membebani harga sang logam mulia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/RHG) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Most Popular