Berharap "Inarno Effect" Kembalikan Rp 680 Triliun Dana Bursa

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
29 June 2018 07:00
Dikepung Sentimen Negatif Global dan Lokal
Foto: Reuters
Kali ini, koreksi IHSG lebih dipicu rentetan sentimen negatif, terutama dari global. Pernyataan hawkish otoritas The Fed Boston Eric Rosengren menjadi yang utama. Punggawa Fed ini menilai bank sentral AS perlu melanjutkan kenaikan suku bunga acuan secara bertahap.

Terkait dengan suku bunga The Fed, data CME Group menunjukkan probabilitas The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) dalam rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) September ke depan berada pada 68,8%.

Probabilitas dengan besaran yang sama juga ditunjukkan untuk hasil rapat FOMC November.
Untuk rapat FOMC terdekat, yaitu Agustus, 98% pelaku pasar global memprediksi Fed masih akan menahan suku bunga di level 11,75%-2%.

Faktor kenaikan suku bunga The Fed tentunya dapat membuat investor global bereaksi negatif terhadap portofolio investasinya di aset lebih berisiko (riskier asset), termasuk investasi di Indonesia.

Selain faktor The Fed, spekulasi terhadap memanasnya perang dagang antara AS-China juga memanaskan ketegangan antara Negeri Panda dan Negeri Koboi.

Pembatasan investasi perusahaan AS di China itu terkait dengan industri teknologi dan perangkat elektronik, sehingga aliran investasi AS ke China akan lebih seret dibanding sebelumnya.

Sementara itu, sentimen dari dalam negeri termasuk penetapan suku bunga acuan Bank Indonesia yaitu BI 7-day reverse repo rate (BI repo rate), pelemahan rupiah dan pasar obligasi, serta musim pembayaran dividen emiten bursa.

Pembayaran dividen terutama ke perusahaan induk di luar negeri tentunya membutuhkan likuiditas dolar AS, sehingga tekanan jual rupiah meninggi. (ags/prm)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular