
Terseret Ombak Koreksi dari Asia, IHSG Berakhir di Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terseret sentimen negatif di bursa regional dengan berakhir ke zona merah, gagal menembus level psikologis 6.000 pada penutupan perdagangan Selasa (27/4/2021).
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 5.959,621 atau melemah sangat tipis sebesar 5,2 poin (-0,09%). Nilai transaksi tercatat hanya Rp 9,4 triliun dengan 13,8 miliar saham diperdagangkan sebanyak 840-000-an kali.
Sebanyak 193 saham menguat, 300 saham turun dan 229 sisanya stagnan. Dan investor asing berbalik membukukan aksi jual bersih (net sell), senilai Rp 115,6 miliar, setelah pada pagi mencetak pembelian bersih (net buy) Rp 34 miliar.
Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi sasaran utama aksi jual mereka, dengan nilai Rp 147,3 miliar, diikuti saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 57 miliar. Kedua saham BUMN ini bergerak berlawanan arah, yakni minus 2,8% ke Rp 3.160/saham untuk TLKM dan plus 0,6% ke Rp 4.170/unit untuk BBRI.
Sebaliknya, aksi beli asing masih terjadi pada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai Rp 175,7 miliar dan saham PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) dengan nilai beli Rp 100 miliar. Kedua saham tersebut naik, masing-masing sebesar 1,9% dan 4,6% ke level Rp 32.025 dan Rp 2.720/unit.
Saham BBCA juga menjadi emiten yang paling banyak ditransaksikan pada hari ini dengan nilai total Rp 850 miliar. Namun sayang, penguatan bank yang dikendalikan oleh grup Djarum ini tidak cukup untuk "menyelamatkan" IHSG ke zona hijau.
Koreksi terjadi di tengah kekhawatiran kenaikan lagi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), menyusul indikasi bakal menguatnya inflasi di Negeri Sam. Jika imbal hasil obligasi acuan di AS naik, maka pembalikan modal berpeluang terjadi.
Selain itu sentimen di bursa Asia juga tengah memburuk menyusul kenaikan kasus Covid-19 di India yang kian berlarut-larut, sementara bank sentral Jepang membagikan sentimen negatif dengan proyeksinya bahwa target inflasi sebesar 2% bakal sulit dicapai meski perekonomian Negeri Matahari Terbit sudah digelontor dengan stimulus.
Dengan kata lain, target pertumbuhan ekonomi yang dipatok oleh Perdana Menteri Haruhiko Kuroda sulit dicapai karena ekonomi masih lemah. Jepang merupakan negara dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di Asia Pasifik setelah China, yakni sekitar US$ 5.100 triliun.
Sementara itu, Jerman membagikan menjadi sentimen negatif di pasar saham. Salah satu negara yang menghadapi kenaikan kasus Covid-19 tersebut sudah menerapkan aturan pembatasan aktivitas masyarakat (lockdown) yang lebih ketat dan bakal berlaku hingga Juni nanti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia-Ukraina Mau Damai, IHSG Ditutup Pepet Rekor Tertinggi