Rusia-Ukraina Mau Damai, IHSG Ditutup Pepet Rekor Tertinggi

Putra, CNBC Indonesia
30 March 2022 15:36
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,59% di level 7.053,19 pada perdagangan Rabu (30/3/2022).

IHSG konsisten berada di zona hijau sejak awal perdagangan dibuka. Di pasar reguler asing net buy Rp 947 miliar. Namun di pasar negosiasi dan tunai asing net sell Rp 447 miliar sehingga net inflow masih ada Rp 501,5 miliar.

Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi dua saham dengan net buy asing tertinggi mencapai Rp 299 miliar dan Rp 172 miliar.

Sementara itu saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menjadi dua saham paling dilepas asing dengan net sell Rp 120 miliar dan Rp 37 miliar.

Mayoritas bursa saham Asia bergerak di zona hijau pada perdagangan hari ini. Hanya Indeks Nikkei yang melemah 0,8%. Sementara itu indeks Hang Seng dan Shanghai Composite melompat lebih dari 1%.

Perkembangan negosiasi Rusia dengan Ukraina bisa menjadi katalis positif untuk berbagai aset berisiko.

Deputi Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin mengatakan bahwa Negeri Beruang Merah akan menurunkan aktivitas militernya secara signifikan di sekitar Ibu Kota Ukraina, Kyiv.

Kabar tersebut membuat harga minyak mentah dunia pun melorot. Di sisi lain pasar saham AS ditutup menguat cukup tajam semalam.

Indeks Dow Jones naik 0,97%. Sementara itu indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite melesat 1,23% dan 1,84%.

Namun yang masih tetap menjadi pantauan pelaku pasar saat ini adalah inversi yield obligasi pemerintah AS (US Treasury).

Yield US Treasury 5 tahun kini masih berada di level yang lebih tinggi dari yield tenor 30 tahun. Terakhir, yield US Treasury 5 tahun berada di 2,54% sedangkan untuk yield 30 tahun berada di 2,53%.

Inversi yield menunjukkan bahwa risiko jangka pendek lebih besar dari risiko jangka panjang. Pembalikan yield ini juga secara historis menjadi leading indicator akan terjadinya resesi di perekonomian AS.

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia, risiko stagflasi di AS yang meningkat dapat berdampak pada negara-negara lain termasuk Indonesia. Ini yang patut diwaspadai.

TIM RISET CNBC INDONESIA  


(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tuh, Apa Dikata... IHSG Hijau di Sesi Kedua, Kan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular