Berharap "Inarno Effect" Kembalikan Rp 680 Triliun Dana Bursa

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
29 June 2018 07:00
Berharap
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Inarno Djajadi hari ini akan keluar dari Main Hall PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan jabatan baru, yakni direktur utama BEI. Namun, dia jelas tak bisa tersenyum berlama-lama, mengingat bursa yang lagi tak bersahabat menyambutnya. 

Posisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun signifikan pada Kamis sore (28/06/2018), sebesar -2,08% ke 5.667. Padahal, biasanya indeks hanya bergerak di kisaran 1% setiap harinya, baik naik maupun turun. 

Koreksi menembus level psikologis 5.700 itu melempar IHSG melewati rekor terendahnya pada 19 Mei 2017, ketika masih bertengger di 5.791. Jika dihitung sejak tahun berjalan, kapitalisasi pasar (market cap) amblas Rp 680,11 triliun, atau nyaris 9,64%, menjadi Rp 6.327,25 triliun. 

Tugas Berat Inarno Sumber: Reuters, PT Bursa Efek Indonesia
Jika dihitung dari posisi terakhir sebelum libur panjang Lebaran (pada level 5.993), IHSG kehilangan 332 poin sebelum ditinggal pelaku pasar untuk berlibur. Koreksi selama tujuh hari perdagangan tersebut setara dengan (nyaris) separuh koreksi sepanjang tahun berjalan yang mencapai 688 poin. 

Nah, Inarno yang pernah berkiprah di PT Bank Uppindo, PT Aspac Upindo Sekuritas, PT Mitra Duta Sekuritas, PT Widari Securities, PT Madani Securities, dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) itu jelas tidak ingin koreksi berdarah-darah terjadi besok, bersamaan dengan pelantikannya. 

Apa kata dunia, jika IHSG hari ini memerah parah "memelonco" direktur utama baru? Warna merah di sini tentunya tidak bisa dimaknai hanya sebatas angka dan grafik yang menurun, karena secara simbolis dia merepresentasikan kerugian investor dan broker selaku stakeholder bursa.
Kali ini, koreksi IHSG lebih dipicu rentetan sentimen negatif, terutama dari global. Pernyataan hawkish otoritas The Fed Boston Eric Rosengren menjadi yang utama. Punggawa Fed ini menilai bank sentral AS perlu melanjutkan kenaikan suku bunga acuan secara bertahap.

Terkait dengan suku bunga The Fed, data CME Group menunjukkan probabilitas The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) dalam rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) September ke depan berada pada 68,8%.

Probabilitas dengan besaran yang sama juga ditunjukkan untuk hasil rapat FOMC November.
Untuk rapat FOMC terdekat, yaitu Agustus, 98% pelaku pasar global memprediksi Fed masih akan menahan suku bunga di level 11,75%-2%.

Faktor kenaikan suku bunga The Fed tentunya dapat membuat investor global bereaksi negatif terhadap portofolio investasinya di aset lebih berisiko (riskier asset), termasuk investasi di Indonesia.

Selain faktor The Fed, spekulasi terhadap memanasnya perang dagang antara AS-China juga memanaskan ketegangan antara Negeri Panda dan Negeri Koboi.

Pembatasan investasi perusahaan AS di China itu terkait dengan industri teknologi dan perangkat elektronik, sehingga aliran investasi AS ke China akan lebih seret dibanding sebelumnya.

Sementara itu, sentimen dari dalam negeri termasuk penetapan suku bunga acuan Bank Indonesia yaitu BI 7-day reverse repo rate (BI repo rate), pelemahan rupiah dan pasar obligasi, serta musim pembayaran dividen emiten bursa.

Pembayaran dividen terutama ke perusahaan induk di luar negeri tentunya membutuhkan likuiditas dolar AS, sehingga tekanan jual rupiah meninggi. Mengacu pada data Reuters dan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), dari total sembilan indeks sektoral di IHSG, koreksi kapitalisasi pasar terdalam dialami oleh indeks properti-konstruksi, yang secara tahun berjalan tercukur Rp 315,58 triliun, menyusul koreksi yang mencapai 96,31% menjadi 431, atau level terendah setelah 3 Oktober 2014 ketika saat itu masih di level 429.  

Sektor properti memang belum pulih setelah terjadi pengetatan rasio uang muka terhadap plafon pinjaman (loan to value/ LTV) yang berlaku pada 30 September 2013. Indeks saham properti sempat terangkat pada 2014 akhir ketika investor menyambut positif terpilihnya Presiden Joko Widodo, yang berencana mneggenjot perumahan rakyat dan infrastruktur.


Sentimen positif di sektor properti juga muncul pada 2016 ketika program amnesti pajak membuat saham emiten properti diincar pemodal dipicu ekspektasi ada dana repatriasi yang disuntikkan ke proyek properti di dalam negeri.  

Tugas Berat Inarno Sumber: Reuters
Kini, setelah bursa saham babak belur, tak berlebihan tentunya jika pelaku pasar berharap tangan dingin Inarno dan jajaran direksi bursa yang baru mampu menggairahkan iklim transaksi di bursa.  

Memang, tugas mereka bukanlah memompa angka IHSG kembali ke rekor yang dicapai pada masa Tito Sulistio ketika IHSG menyentuh ditutup 6.689 pada sore hari tanggal 19 Februari 2018.

Namun setidaknya, pelaku pasar boleh berharap bahwa Inarno bisa menciptakan bursa menjadi habitat investasi yang wajar, teratur, efisien, dan menciptakan rasa aman bertransaksi di pasar modal, sehingga mereka (terutama investor asing) akan nyaman bertahan meski badai koreksi lagi menerpa.  

Untuk itu, otoritas bursa harus berani untuk: menciptakan aturan yang mendukung seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) pasar modal, menegakkan aturan (dan menghajar penjahatnya), menambal kelemahan sistem di bursa, serta dan berinovasi memperluas basis investor dan emiten.  

Selamat bekerja, direksi baru IDX. May the cuan be with you!


TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular