
Harga Emas Terkoreksi Tipis, Tertekan Keperkasaan Dolar AS
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
25 June 2018 15:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas 100 troy ounce COMEX kontrak berjangka bergerak melemah 0,10% ke US$1.266,1/troy ounce, hingga pukul 13.37 WIB hari ini. Pergerakan harga emas mulia tertekan oleh apresiasi dolar Amerika Serikat (AS) yang dipicu oleh masih tingginya peluang The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga sampai empat kali di tahun 2018.
Dengan pergerakan tersebut, harga emas melanjutkan momentum pelemahan di sepanjang pekan lalu. Sebagai informasi, harga sang logam mulia terkoreksi 0,56% dalam sepekan yang berakhir pada hari Jumat (22/6/2018), dan menyentuh titik terendahnya dalam 6 bulan terakhir.
Merespons hal itu, investor pun mulai memburu dolar AS. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia, menguat 0,14% pada pukul 14:32 WIB siang ini.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terapresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih mahal untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS.
Meski demikian, pelemahan harga emas hari ini terbatas oleh masih panasnya sentimen perang dagang. Diawali dengan kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mengenakan bea masuk 25% terhadap lebih dari 800 produk China mulai 6 Juli.
Kebijakan ini memantik balas dendam Beijing, yang juga akan memberlakukan bea masuk 25% kepada lebih dari 600 produk AS mulai 6 Juli.
Beberapa hari kemudian, Uni Eropa ikut meramaikan medan perang, dengan memberlakukan bea masuk 25% bagi berbagai produk AS, karena Trump telah mengenakan kebijakan serupa untuk baja dan aluminium dari Benua Biru.
Eskalasi perang dagang global ini lantas menyebabkan investor enggan "bermain" di pasar yang berisiko seperti saham, dan sebaliknya akan cenderung memeluk instrumen yang berstatus safe haven seperti emas.
(RHG/RHG) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Dengan pergerakan tersebut, harga emas melanjutkan momentum pelemahan di sepanjang pekan lalu. Sebagai informasi, harga sang logam mulia terkoreksi 0,56% dalam sepekan yang berakhir pada hari Jumat (22/6/2018), dan menyentuh titik terendahnya dalam 6 bulan terakhir.
![]() |
Pekan lalu, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral masih akan menaikkan suku bunga acuan secara gradual. Sebab, performa ekonomi AS sejauh ini masih memuaskan. The Fed punya misi menghindarkan ekonomi Negeri Paman Sam dari ancaman overheating, sehingga suku bunga acuan perlu dinaikkan untuk mengelola ekspektasi inflasi.
Sementara itu, menurut dot plot (proyeksi suku bunga dari masing-masing The Fed negara bagian) edisi Juni 2018, median suku bunga acuan AS pada akhir tahun berada di 2,25-2,5%. Dengan suku bunga yang sekarang, berarti butuh dua kali kenaikan lagi masing-masing 25 basis poin. Artinya, akan ada empat kali kenaikan sepanjang tahun ini. Lebih banyak dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali.
Sementara itu, menurut dot plot (proyeksi suku bunga dari masing-masing The Fed negara bagian) edisi Juni 2018, median suku bunga acuan AS pada akhir tahun berada di 2,25-2,5%. Dengan suku bunga yang sekarang, berarti butuh dua kali kenaikan lagi masing-masing 25 basis poin. Artinya, akan ada empat kali kenaikan sepanjang tahun ini. Lebih banyak dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali.
Merespons hal itu, investor pun mulai memburu dolar AS. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia, menguat 0,14% pada pukul 14:32 WIB siang ini.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terapresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih mahal untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS.
Meski demikian, pelemahan harga emas hari ini terbatas oleh masih panasnya sentimen perang dagang. Diawali dengan kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mengenakan bea masuk 25% terhadap lebih dari 800 produk China mulai 6 Juli.
Kebijakan ini memantik balas dendam Beijing, yang juga akan memberlakukan bea masuk 25% kepada lebih dari 600 produk AS mulai 6 Juli.
Beberapa hari kemudian, Uni Eropa ikut meramaikan medan perang, dengan memberlakukan bea masuk 25% bagi berbagai produk AS, karena Trump telah mengenakan kebijakan serupa untuk baja dan aluminium dari Benua Biru.
Eskalasi perang dagang global ini lantas menyebabkan investor enggan "bermain" di pasar yang berisiko seperti saham, dan sebaliknya akan cenderung memeluk instrumen yang berstatus safe haven seperti emas.
(RHG/RHG) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Most Popular