
Dolar AS Melaju, Harga Emas Terus Melemah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 June 2018 10:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terus melanjutkan penurunan. Keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) sukses menekan harga emas.
Pada Kamis (21/6/2018) pukul 10:42 WIB, harga emas dunia berada di US$ 1,265,73/troy ons. Turun 0,16% dibandingkan hari sebelumnya.
Harga emas tertekan oleh reli dolar AS. Sejak 14 Juni, harga emas terus turun. Tren sebaliknya terjadi terhadap greenback.
Emas dan dolar AS memang punya hubungan negatif. Sebab, harga emas diukur dengan menggunakan dolar AS sehingga saat mata uang ini menguat maka harga emas menjadi murah.
Dolar AS terus menguat sejak pertengahan Juni. Dimulai saat The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuan menjadi 1,75-2% pada 14 Juni waktu Indonesia. Tidak hanya itu, The Fed juga semakin membuka kemungkinan untuk lebih mengetatkan kebijakan moneter dengan kenaikan suku bunga acuan empat kali sepanjang 2018.
Kemudian, hasil rapat European Central Bank (ECB) kurang sesuai harapan pasar. ECB memang berencana mengurangi stimulus moneter pada September dan mengakhirinya pada akhir 2018. Namun soal kenaikan suku bunga, sepertinya masih jauh.
Pasar memperkirakan ECB baru menaikkan suku bunga acuan pada September 2019. Mundur tiga bulan dari perkiraan awal.
Perkembangan ini membuat dolar AS seakan tanpa lawan karena The Fed lagi-lagi menjadi bank sentral paling tegas dalam hal kenaikan suku bunga. Aliran dana pun masih terkonsentrasi ke Negeri Paman Sam dan membuat greenback melaju kencang.
Akibatnya, harga emas pun mengikuti dinamika dolar AS. Namun pergerakannya berbanding terbalik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Pasar Komoditas Volatil, Harga Emas Berpotensi Naik 0,6%
Pada Kamis (21/6/2018) pukul 10:42 WIB, harga emas dunia berada di US$ 1,265,73/troy ons. Turun 0,16% dibandingkan hari sebelumnya.
![]() |
Harga emas tertekan oleh reli dolar AS. Sejak 14 Juni, harga emas terus turun. Tren sebaliknya terjadi terhadap greenback.
Dolar AS terus menguat sejak pertengahan Juni. Dimulai saat The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuan menjadi 1,75-2% pada 14 Juni waktu Indonesia. Tidak hanya itu, The Fed juga semakin membuka kemungkinan untuk lebih mengetatkan kebijakan moneter dengan kenaikan suku bunga acuan empat kali sepanjang 2018.
Kemudian, hasil rapat European Central Bank (ECB) kurang sesuai harapan pasar. ECB memang berencana mengurangi stimulus moneter pada September dan mengakhirinya pada akhir 2018. Namun soal kenaikan suku bunga, sepertinya masih jauh.
Pasar memperkirakan ECB baru menaikkan suku bunga acuan pada September 2019. Mundur tiga bulan dari perkiraan awal.
Perkembangan ini membuat dolar AS seakan tanpa lawan karena The Fed lagi-lagi menjadi bank sentral paling tegas dalam hal kenaikan suku bunga. Aliran dana pun masih terkonsentrasi ke Negeri Paman Sam dan membuat greenback melaju kencang.
Akibatnya, harga emas pun mengikuti dinamika dolar AS. Namun pergerakannya berbanding terbalik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Pasar Komoditas Volatil, Harga Emas Berpotensi Naik 0,6%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular