Khawatir Perang, Emas Bisa Melonjak ke US$ 1.400

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
16 April 2018 10:02
Harga emas berpotensi melambung dipengaruhi sentimen, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS), keputusan The Fed, dan tensi geopolitik di Timur Tengah.
Foto: cnbc.com
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas masih bergerak dengan pola yang relatif stabil dengan potensi naik tinggi yang dipengaruhi beberapa sentimen. Sentimen tersebut antara lain, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS), keputusan The Fed, dan tensi geopolitik di Timur Tengah.

"Harga US$1.330-1.350 (per troy ounce) pada pekan lalu menjadi rentang yang nyaman untuk emas. Katalis berikutnya kemungkinan datang dari The Fed dan ekonomi AS,", tutur analis dan pialang emas Todd Colvin kepada CNBC "Futures Now".

Colvin menilai earning season, yang saat ini sedang berlangsung di Negeri Paman Sam, yang mayorita menyampaikan kinerja positif, tidak akan mendukung penguatan harga emas. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi AS yang lebih rendah dari ekspektasi dapat menyuntikkan energi positif bagi harga sang logam mulia.

"Apabila anda melihat (pertumbuhan) PDB di kisaran 2%, dimana saya yakin bahwa hal itu tidak dalam radar (investor), hal itu dapat menjadi katalis riil," kata Colvin. Sebagai catatan, The Fed memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kisaran 2,7% pada tahun ini, sementara Presiden AS Donald Trump memprediksikan pencapaian yang lebih ambisius di angka 3%.

Alasan Gubernur The Fed Jerome Powell adalah bahwa level produktivitas dan partisipasi angkatan kerja belum sanggup tumbuh 3% secara berkelanjutan, sehingga FOMC perlu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi serealistis mungkin. Powell juga menambahkan bahwa supply side effect dari kebijakan fiskal juga secara umum masih lambat dan tidak dapat diprediksi.

Tidak lupa, Colvin yang sudah bekerja di Chicago Mercantile Exchange lebih dari 20 tahun, juga mempertimbangkan adanya lonjakan harga emas akibat tensi geopolitik yang saat ini sedang berlangsung. Colvin bahkan percaya situasi geopolitik yang semakin memburuk dapat mengerek harga sang logam mulia ke US$1.400/troy ounce dengan cepat.

Meski demikian, Colvin menambahkan bahwa harga tersebut juga menjadi tantangan dan risiko tersendiri, mengingat harga emas dapat berubah dengan cepat. "Jika segalanya menjadi tenang, itu (harga emas) dapat turun secepat kenaikannya. Emas adalah komoditas yang sangat emosional," ucap Colvin.

Sepekan ini, emas memang sudah menunjukkan tanda-tanda kenaikan. Harga emas COMEX kontrak pengiriman Juni 2018 ditutup di level US$1.344,8/troy ounce pada hari Jumat (13/4), atau sudah menguat 0,97% dalam sepekan lalu. Pergerakan harga emas tersebut menjadi penguatan secara mingguan untuk kedua kalinya berturut-turut, setelah pada pekan sebelumnya harga sang logam mulia ditutup naik 0,69%.

Investor Khawatir Perang, Emas Bisa Melonjak ke US$1.400Foto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

David William, Direktur Strategic Gold Corporation, ikut menambahkan bahwa konflik geopolitik memang terkait dengan harga emas. Kala tensi geopolitik meninggi, maka ketidakpastian akan merebak. Di sinilah investor membutuhkan instrumen yang memberikan kepastian.

"Secara filosofis, semua orang mengincar emas. Emas selalu menjadi investasi yang aman," tambah Nandini Ramakrishnan, Global Markets Strategist di JPMorgan Chase, seperti dikutip dari CNBC. 

(RHG/RHG) Next Article Pasar Komoditas Volatil, Harga Emas Berpotensi Naik 0,6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular