
IEA: Harga Minyak Tidak Bakal Melesat
13 June 2018 17:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi penguatan tajam harga minyak mentah dunia yang terjadi saat ini akan segera melandai.
Hal ini diyakini bisa meredakan kecemasan bahwa tren laju harga minyak bisa melemahkan permintaan dan pertumbuhan ekonomi global.
IEA memproyeksi permintaan minyak mentah dunia pada tahun berada pada di level 1,4 juta barel per hari (bph), atau tidak berubah dari estimasi tahun ini.
"Harga nampaknya tidak bakal meningkat tajam seperti yang pernah terjadi pada pertengahan 2017 yang kemudian berdampak pada melemahnya permintaan," ujar IEA dalam laporan bulanan, dikutip dari CNBC International, Rabu (13/6/2018).
"Namun demikian, tetap ada risiko yang mengintai permintaan, antara lain karena level harga yang lebih tinggi, pelemahan keyakinan pelaku usaha, proteksionisme perdagangan, dan penguatan berkelanjutan dari dolar AS."
Dari sisi suplai, IEA merevisi ke atas estimasi produksi negara non-OPEC menjadi 2 juta bph pada tahun ini dan 1,7 juta bph pada tahun depan. Badan ini menyebut sebagian besar suplai dari negara di luar OPEC akan datang dari AS.
Laporan terakhir IEA hadir di tengah kekhawatiran tidak terprediksinya produksi minyak dari para negara produsen untuk beberapa bulan ke depan.
Saat ini, OPEC dan negara di luar OPEC, termasuk Rusia, terus menggunakan strategi pengurangan produksi untuk menjaga level harga. Strategi ini dinilai masih berhasil, yang dibuktikan dengan harga Brent dan WTI yang bertahan masing-masing di kisaran US$75 per barel dan US$66 per barel.
Negara-negara OPEC dan non-OPEC akan bertemu di Wina, Austria, pada 22 Juni 2018 untuk membahas persoalan suplai.
(ara/prm) Next Article 4 Sentimen Positif Bikin Harga Minyak Perkasa
Hal ini diyakini bisa meredakan kecemasan bahwa tren laju harga minyak bisa melemahkan permintaan dan pertumbuhan ekonomi global.
IEA memproyeksi permintaan minyak mentah dunia pada tahun berada pada di level 1,4 juta barel per hari (bph), atau tidak berubah dari estimasi tahun ini.
"Namun demikian, tetap ada risiko yang mengintai permintaan, antara lain karena level harga yang lebih tinggi, pelemahan keyakinan pelaku usaha, proteksionisme perdagangan, dan penguatan berkelanjutan dari dolar AS."
Dari sisi suplai, IEA merevisi ke atas estimasi produksi negara non-OPEC menjadi 2 juta bph pada tahun ini dan 1,7 juta bph pada tahun depan. Badan ini menyebut sebagian besar suplai dari negara di luar OPEC akan datang dari AS.
Laporan terakhir IEA hadir di tengah kekhawatiran tidak terprediksinya produksi minyak dari para negara produsen untuk beberapa bulan ke depan.
Saat ini, OPEC dan negara di luar OPEC, termasuk Rusia, terus menggunakan strategi pengurangan produksi untuk menjaga level harga. Strategi ini dinilai masih berhasil, yang dibuktikan dengan harga Brent dan WTI yang bertahan masing-masing di kisaran US$75 per barel dan US$66 per barel.
Negara-negara OPEC dan non-OPEC akan bertemu di Wina, Austria, pada 22 Juni 2018 untuk membahas persoalan suplai.
(ara/prm) Next Article 4 Sentimen Positif Bikin Harga Minyak Perkasa
Most Popular