4 Sentimen Positif Bikin Harga Minyak Perkasa

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
26 July 2018 09:21
Sentimen positif menyokong harga minyak dunia.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman September 2018 naik 0,87% ke US$74,57/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak September 2018 menguat 0,23% ke US$69,46 pada perdagangan hari ini Kamis (26/07/2018) hingga pukul 08.56 WIB.

Harga sang emas hitam masih melanjutkan performa positifnya pada perdagangan kemarin, di mana brent dan light sweet masing-masing ditutup melambung 0,67% dan 1,14%.

Menjelang akhir pekan ini, sejumlah sentimen positif memang terus berdatangan, dan akhirnya menyokong harga komoditas energi utama di dunia ini.

Sentimen positif itu, pertama adalah penurunan cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS).

US Energy Information Administration (EIA) menyebutkan cadangan minyak AS pekan lalu turun 6,1 juta barel menjadi 404,9 juta barel, jauh lebih besar dari analis yang memperkirakan penurunan sebesar 2,3 juta barel. Cadangan minyak mentah AS pekan lalu lantas menyentuh titik terendah sejak Februari 2015.

Sementara itu, cadangan minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, turun 1,1 juta barel ke titik terendahnya sejak November 2014.

"Penurunan ini kembali menunjukkan semakin ketatnya pasokan di sini (AS), dan juga mengindikasikan bahwa permintaan BBM AS sedang tumbuh tinggi," ucap Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago, seperti dikutip dari Reuters.

EIA memang melaporkan cadangan Bahan Bakar Minyak (BBM) AS anjlok sebesar 2,3 juta barel, turun lebih besar dari konsensus Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 713.000 barel.

Kedua, kenaikan harga minyak juga didukung oleh pemerintah China yang berkomitmen untuk menerapkan kebijakan fiskal ekspansif untuk mendorong permintaan domestik.

Langkah ini lantas meredakan kekhawatiran investor akan berkurangnya permintaan minyak mentah Negeri Tirai Bambu akibat tensi perang dagang AS-China yang masih membara.

Ketiga, Dana Moneter Internasional (IMF) melaporkan bahwa inflasi di Venezuela melambung tinggi, sehingga membatasi kemampuan negara tersebut untuk menggenjot produksi minyak mentahnya.

"Produksi minyak Venezuela telah jatuh ke titik terendahnya dalam 30 tahun terakhir ke angka 1,5 juta barel/hari pada bulan Juni," kata trader di OANDA, seperti dikutip dari CNBC International.

Keempat, Arab Saudi, salah satu eksportir minyak terbesar di dunia, menunda pengiriman melalui Selat Bab El-Mandeb. Penyebabnya adalah telah terjadi serangan terhadap dua kapal pengangkut minyak dari Arab Saudi yang dilakukan oleh kelompok pemberontak Houthi.

"Arab Saudi menghentikan pengiriman minyak melalui Selat Bab El-Mandeb untuk sementara, hingga situasinya jelas, dan transit melalui Bal El-Mandeb sudah aman," ucap Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih.

Diperkirakan minyak mentah dan produk minyak sebanyak 4,8 juta barel per hari dikirimkan melalui perairan Bab El-Mandeb pada tahun 2016, dengan tujuan Eropa, AS, dan Asia, menurut laporan dari EIA.

Sebagai informasi, Negeri Padang Pasir dan sekutunya Sunni Muslim telah berperang di Yaman selama 3 tahun terakhir, melawan kelompok Houthi yang didukung oleh Iran.

Kelompok Houthi kini menguasai sebagian besar wilayah Yaman Utara, termasuk ibu kota Sanaa, pasca menyingkirkan pemerintahan Yaman (yang didukung Arab Saudi) tahun 2014.

(ray) Next Article Arab & Rusia Kompak Kurangi Produksi, Harga Minyak Melesat 2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular