Arab & Rusia Kompak Kurangi Produksi, Harga Minyak Melesat 2%

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
07 June 2024 09:43
FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak naik setelah anggota OPEC+ Arab Saudi dan Rusia mengindikasikan kesiapan untuk memperpanjang perjanjian pengurangan produksi. Selain itu, harga minyak juga didorong oleh ketika penurunan suku bunga di Eropa meningkatkan prospek tindakan serupa oleh The Fed.

Harga minyak mentah dunia acuan Brent pada Kamis (6/6/2024) melesat 1,86% ke US$79,89 per barel. Sementara acuan West Texas Intermediate (WTI) naik 2% ke US%75,55 per barel.

OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, setuju untuk memperpanjang sebagian besar pengurangan produksi hingga tahun 2025.

Menghadiri sebuah acara di Rusia pada hari Kamis bersama dengan Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan OPEC+ dapat menghentikan sementara atau membatalkan peningkatan produksi sukarela jika mereka memutuskan bahwa pasar tidak cukup kuat.

"Kami siap bereaksi cepat terhadap ketidakpastian pasar," kataNovak pada acara tersebut, seraya menambahkan bahwa penurunan harga setelah pertemuan akhir pekan disebabkan oleh salah tafsir perjanjian dan "faktor spekulatif".

Jarand Rystad, pendiri dan kepala eksekutif konsultan Rystad Energy, mengatakan kepada Reuters bahwa OPEC+ kemungkinan akan bertahan dalam mengelola pasar tetapi "penurunan lebih lanjut mungkin diperlukan karena permintaan sedikit melemah sementara pasokan tetap mencukupi kecuali ada penyesuaian yang dilakukan".

"Spot terbaik bagi OPEC+ terletak pada kisaran harga yang telah kita saksikan - harga terendah tahun 80an hingga harga tertinggi 70an (dalam dolar AS per barel). Meskipun beberapa volume produksi Rusia dipotong dari pasar karena sanksi dan serangan pesawat tak berawak, dampaknya masih dapat dikendalikan. " tambahnya.


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Permintaan Bensin di AS Melonjak, Harga Minyak Tertinggi dalam 2 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular