
Sepekan Menuju Rapat The Fed, Harga Emas Anjlok
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
08 June 2018 14:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas 100 gram COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak melemah sebesar 0,30% ke US$1.294,8/troy ounce, hingga pukul 13.45 WIB hari ini. Pelaku pasar cenderung mewaspadai sejumlah agenda penting pada pekan depan, di antaranya rapat The Federal Reserve/The Fed, serta pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Dengan pergerakan tersebut, harga emas tak mampu melanjutkan momen penguatan tipisnya pada perdagangan kemarin. Apabila dihitung dalam rentang waktu mingguan, harga sang logam mulia tercatat bergerak stagnan, tidak mengalami perubahan harga di sepanjang pekan ini.
Tekanan bagi harga emas utamanya berasal dari dolar Amerika Serikat (AS) yang mulai bangkit setelah kemarin tertekan. Hingga pukul 13.40 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) menguat cukup signifikan sebesar 0,21%.
Kemarin dolar AS lumayan dibuat babak-belur oleh euro. Penguatan euro datang setelah pernyataan Kepala Ekonom Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB) Michael Praet yang menyebut inflasi di benua Biru sudah bergerak sesuai sasaran. Oleh karena itu, mungkin sudah saatnya bagi ECB untuk mengurangi stimulus moneter.
Namun kini investor sepertinya sudah kembali ke pelukan dolar AS. Investor mulai mengambil posisi jelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 12-13 Juni mendatang. Bank sentral AS diperkirakan menaikkan suku bunga acuan ke 1,75-2%. Probabilitas kenaikan 25 basis poin ini adalah 91,3%, mengutip CME Fedwatch hari ini.
Apalagi data-data ekonomi AS mendukung kenaikan ini. Terbaru, jumlah warga AS yang mengisi tunjangan tunakarya (jobless claim) pada pekan yang berakhir 2 Juni adalah 222.000 orang. Turun 1.000 orang dibandingkan pekan sebelumnya dan lebih baik ketimbang ekspektasi pasar yaitu 225.000 orang. Situasi ini membuat dolar AS mulai diburu oleh pelaku pasar.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terapresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih mahal untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS.
Faktor lainnya yang membebani pergerakan harga emas datang dari semakin konstruktifnya situasi menjelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pulau Sentosa, Singapura, pada 12 Juni.
Pada hari Kamis (7/6/2018), Trump mengatakan bahwa bisa saja ia dan Kim Jong Un, dapat menandatangani perjanjian untuk mengakhiri Perang Korea pada pertemuan bersejarah mendatang. Mantan taipan properti itu juga menambahkan bahwa suatu hari ia ingin menormalisasi hubungan AS dengan Pyongyang.
"Yah bisa jadi, kita bisa menandatangani perjanjian, karena Anda tahu itu akan menjadi langkah pertama ... tapi ya ... kita melihatnya, kita membicarakannya dengan banyak pihak lain ... Itu mungkin bagian yang mudah, namun bagian yang sulit adalah apa yang terjadi setelahnya," kata Trump saat menjawab pertanyaan pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, dilansir dari Reuters.
Teranyar, Trump bahkan dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengundang Kim ke Gedung Putih, apabila dirinya menilai bawa pertemuan 12 Juni itu berjalan dengan baik. Sebaliknya, mantan pembawa acara The Apprentice itu juga memberikan sinyal dirinya akan meninggalkan prospek perdamaian apabila diskusi berjalan buruk.
Terbukanya prospek perdamaian di Semenanjung Korea lantas akan membangunkan risk appetite investor untuk "bermain" di pasar yang lebih berisiko seperti saham, dan sebaliknya meninggalkan instrumen yang berstatus safe haven seperti emas.
(RHG/RHG) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Dengan pergerakan tersebut, harga emas tak mampu melanjutkan momen penguatan tipisnya pada perdagangan kemarin. Apabila dihitung dalam rentang waktu mingguan, harga sang logam mulia tercatat bergerak stagnan, tidak mengalami perubahan harga di sepanjang pekan ini.
![]() |
Kemarin dolar AS lumayan dibuat babak-belur oleh euro. Penguatan euro datang setelah pernyataan Kepala Ekonom Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB) Michael Praet yang menyebut inflasi di benua Biru sudah bergerak sesuai sasaran. Oleh karena itu, mungkin sudah saatnya bagi ECB untuk mengurangi stimulus moneter.
Namun kini investor sepertinya sudah kembali ke pelukan dolar AS. Investor mulai mengambil posisi jelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 12-13 Juni mendatang. Bank sentral AS diperkirakan menaikkan suku bunga acuan ke 1,75-2%. Probabilitas kenaikan 25 basis poin ini adalah 91,3%, mengutip CME Fedwatch hari ini.
Apalagi data-data ekonomi AS mendukung kenaikan ini. Terbaru, jumlah warga AS yang mengisi tunjangan tunakarya (jobless claim) pada pekan yang berakhir 2 Juni adalah 222.000 orang. Turun 1.000 orang dibandingkan pekan sebelumnya dan lebih baik ketimbang ekspektasi pasar yaitu 225.000 orang. Situasi ini membuat dolar AS mulai diburu oleh pelaku pasar.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terapresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih mahal untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS.
Faktor lainnya yang membebani pergerakan harga emas datang dari semakin konstruktifnya situasi menjelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pulau Sentosa, Singapura, pada 12 Juni.
Pada hari Kamis (7/6/2018), Trump mengatakan bahwa bisa saja ia dan Kim Jong Un, dapat menandatangani perjanjian untuk mengakhiri Perang Korea pada pertemuan bersejarah mendatang. Mantan taipan properti itu juga menambahkan bahwa suatu hari ia ingin menormalisasi hubungan AS dengan Pyongyang.
"Yah bisa jadi, kita bisa menandatangani perjanjian, karena Anda tahu itu akan menjadi langkah pertama ... tapi ya ... kita melihatnya, kita membicarakannya dengan banyak pihak lain ... Itu mungkin bagian yang mudah, namun bagian yang sulit adalah apa yang terjadi setelahnya," kata Trump saat menjawab pertanyaan pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, dilansir dari Reuters.
Teranyar, Trump bahkan dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengundang Kim ke Gedung Putih, apabila dirinya menilai bawa pertemuan 12 Juni itu berjalan dengan baik. Sebaliknya, mantan pembawa acara The Apprentice itu juga memberikan sinyal dirinya akan meninggalkan prospek perdamaian apabila diskusi berjalan buruk.
Terbukanya prospek perdamaian di Semenanjung Korea lantas akan membangunkan risk appetite investor untuk "bermain" di pasar yang lebih berisiko seperti saham, dan sebaliknya meninggalkan instrumen yang berstatus safe haven seperti emas.
(RHG/RHG) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Most Popular