
Harga Batu Bara Rebound, Sentuh Titik Tertinggi Sejak 2016
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
08 June 2018 13:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka ditutup menguat 1,15% ke US$114,1/ton pada perdagangan hari Kamis (07/06/2018). Dengan capaian tersebut, harga sang batu hitam mampu rebound setelah sebelumnya ditutup melemah tipis selama dua hari berturut-turut.
Sebagai catatan, harga batu bara kembali mencetak rekor tertingginya sejak awal November 2016, pada perdagangan kemarin. Semakin ketatnya pasokan global, disertai dengan volume permintaan yang tinggi menjadi biang keladi meroketnya harga komoditas sumber energi utama dunia ini.
Stok batu bara di sejumlah pembangkit listrik utama di China sempat anjlok ke kepasitas 16 hari penggunaan, atau setara dengan 12,41 juta ton, pada dua pekan lalu. Jumlah tersebut merupakan level terendah sejak 9 Februari lalu.
Stok yang semakin menipis tersebut dipicu oleh penggunaan batu bara di 6 pembangkit listrik utama China yang meningkat drastis. Hal ini disebabkan oleh datangnya periode heatwave (cuaca panas) yang lebih panas dari biasanya di dataran China, sehingga meningkatkan intensitas penggunaan listrik untuk alat pendingin ruangan.
"Konsumsi batu bara harian dari 6 pembangkit listrik terbesar (di China) saat ini berada di angka 800.000 ton, pada pekan ini. Angka itu sangatlah tinggi, dan cenderung tidak biasa, untuk bulan ini," kata salah seorang trader yang berbasis di Beijing, seperti dikutip dari Reuters, pada hari Selasa (22/5/2018).
Terlebih pembangkit listrik bersumber energi alternatif, seperti pembangkit listrik tenaga air dan surya, masih belum mampu tumbuh secara signifikan. Alhasil, sejalan dengan permintaan yang semakin besar, impor batu bara China periode Januari-April 2018 pun meningkat 9,3% year-on-year (YoY) ke level 97,68 juta ton.
Sementara itu, dari Asia Selatan, India nampaknya menemui jalan terjal dalam usahanya untuk mengurangi impor batu baranya. Penyebabnya, Negeri Bollywood belum mempunyai infrastruktur yang cukup memadai untuk transportasi batu bara yang diproduksi secara domestik, seperti dikutip dari China Coal Resource. Hal ini lantas menjadi sentimen bahwa permintaan impor batu bara oleh India masih solid.
Di saat permintaan menguat, pasokan batu bara malah terjadi di sejumlah sentra produksi batu bara di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, Kegiatan ship to ship (STS) 28 vessel batu bara di Pelabuhan Muara Berau terhenti sejak 13 Mei 2018 lalu. Terhentinya aktivitas pemuatan batu bara dikarenakan aksi unjuk rasa yang dilakukan kelompok nelayan sekitar.
"Penundaan kegiatan bongkar muat di Muara Berau telah menghambat kegiatan penjualan batubara untuk keperluan domestik dan ekspor yang dapat menimbulkan potensi biaya demurrage dan tidak terpenuhinya kebutuhan batubara domestik dan ekspor. Khususnya kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik," kata Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) dalam keterangan resminya, Rabu (16/5/2018).
Selain itu, faktor cuaca ekstrim juga menghambat aktivitas pengiriman batu bara di Kolombia. Seperti diketahui, saat terjadi kondisi kelangkaan pasokan seperti ini, ditambah permintaan yang kuat terhadap komoditas tersebut, harga otomatis akan terkerek naik. Sentimen inilah yang menjadi energi positif bagi penguatan harga batu bara pada perdagangan kemarin.
(RHG/RHG) Next Article Perang Dagang AS-China Reda, Batu Bara Dekati US$105/ton
Sebagai catatan, harga batu bara kembali mencetak rekor tertingginya sejak awal November 2016, pada perdagangan kemarin. Semakin ketatnya pasokan global, disertai dengan volume permintaan yang tinggi menjadi biang keladi meroketnya harga komoditas sumber energi utama dunia ini.
![]() |
Stok yang semakin menipis tersebut dipicu oleh penggunaan batu bara di 6 pembangkit listrik utama China yang meningkat drastis. Hal ini disebabkan oleh datangnya periode heatwave (cuaca panas) yang lebih panas dari biasanya di dataran China, sehingga meningkatkan intensitas penggunaan listrik untuk alat pendingin ruangan.
"Konsumsi batu bara harian dari 6 pembangkit listrik terbesar (di China) saat ini berada di angka 800.000 ton, pada pekan ini. Angka itu sangatlah tinggi, dan cenderung tidak biasa, untuk bulan ini," kata salah seorang trader yang berbasis di Beijing, seperti dikutip dari Reuters, pada hari Selasa (22/5/2018).
Terlebih pembangkit listrik bersumber energi alternatif, seperti pembangkit listrik tenaga air dan surya, masih belum mampu tumbuh secara signifikan. Alhasil, sejalan dengan permintaan yang semakin besar, impor batu bara China periode Januari-April 2018 pun meningkat 9,3% year-on-year (YoY) ke level 97,68 juta ton.
Sementara itu, dari Asia Selatan, India nampaknya menemui jalan terjal dalam usahanya untuk mengurangi impor batu baranya. Penyebabnya, Negeri Bollywood belum mempunyai infrastruktur yang cukup memadai untuk transportasi batu bara yang diproduksi secara domestik, seperti dikutip dari China Coal Resource. Hal ini lantas menjadi sentimen bahwa permintaan impor batu bara oleh India masih solid.
Di saat permintaan menguat, pasokan batu bara malah terjadi di sejumlah sentra produksi batu bara di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, Kegiatan ship to ship (STS) 28 vessel batu bara di Pelabuhan Muara Berau terhenti sejak 13 Mei 2018 lalu. Terhentinya aktivitas pemuatan batu bara dikarenakan aksi unjuk rasa yang dilakukan kelompok nelayan sekitar.
"Penundaan kegiatan bongkar muat di Muara Berau telah menghambat kegiatan penjualan batubara untuk keperluan domestik dan ekspor yang dapat menimbulkan potensi biaya demurrage dan tidak terpenuhinya kebutuhan batubara domestik dan ekspor. Khususnya kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik," kata Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) dalam keterangan resminya, Rabu (16/5/2018).
Selain itu, faktor cuaca ekstrim juga menghambat aktivitas pengiriman batu bara di Kolombia. Seperti diketahui, saat terjadi kondisi kelangkaan pasokan seperti ini, ditambah permintaan yang kuat terhadap komoditas tersebut, harga otomatis akan terkerek naik. Sentimen inilah yang menjadi energi positif bagi penguatan harga batu bara pada perdagangan kemarin.
(RHG/RHG) Next Article Perang Dagang AS-China Reda, Batu Bara Dekati US$105/ton
Most Popular