Perang Dagang AS-China Reda, Batu Bara Dekati US$105/ton

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
22 May 2018 11:57
Harga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka ditutup menguat 0,34% ke US$104,60/ton pada Senin (21/5), didukung meredanya tensi perang dagang AS dan China.
Foto: Istimewa
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka ditutup menguat 0,34% ke US$104,60/ton pada perdagangan hari Senin (21/5), didukung meredanya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Dengan catatan itu, harga batu bara mampu kembali mendekati level US$105/ton, di mana angka sebesar itu terakhir kali dicapai pada akhir Januari 2018. Harga si batu hitam juga mampu melanjutkan tren penguatan, setelah sepanjang pekan lalu ditutup naik 2,5%.

Perang Dagang AS-China Reda, Batu Bara Dekati US$105/ton


Pada awal pekan lalu, ekonomi global mendapatkan kabar baik, yakni ditundanya perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia, AS dan China. Negeri Paman Sam setuju melakukan "gencatan senjata" dengan mencabut sementara ancaman tarifnya, sembari mereka akan menegosiasikan kesepakatan perdagangan yang lebih luas dengan Negeri Tirai Bambu.

Menteri Luar Negeri AS Steve Mnuchin dan penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, menyatakan bahwa kesepakatan antara China-AS telah tercapai, khususnya dalam menetapkan kerangka yang dapat mengatasi ketidakseimbangan perdagangan di masa depan.

"Kita menetapkan perang dagang untuk ditunda. Saat ini, kita telah sepakat untuk menunda kebijakan tarif, seiring kita mengekseksekusi kerangka perdagangannya," ucap Mnuchin dalam sebuah wawancara televisi, seperti dilansir oleh CNBC International.

Sebelumnya, dalam pernyataan gabungannya bersama AS, China menyatakan bahwa mereka akan secara signifikan meningkatkan pembelian barang dan jasa dari AS. Hal ini dipercayai akan mendorong laju perekonomian dan penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam, sekaligus memangkas defisit perdagangan AS-China secara tahunan, dengan kisaran US$335 miliar.

"Untuk memenuhi konsumsi rakyat China yang terus tumbuh dan kebutuhan akan perkembangan ekonomi berkualitas tinggi, China akan secara signifikan meningkatkan pembelian barang dan jasa dari AS. Ini akan mendukung pertumbuhan dan penciptaan tenaga kerja di AS," bunyi pernyataan gabungan AS-China.

Walaupun belum menyebutkan angka pasti, pernyataan ini berhasil memberikan kelegaan bagi pelaku pasar. Pasalnya, jika skala perang dagang AS-China memanas lagi, maka dikhawatirkan akan memengaruhi arus perdagangan global (termasuk perdagangan komoditas batu bara), mengingat kedua negara ini adalah perekonomian terbesar di dunia.

Secara fundamental, harga batu bara juga masih mendapatkan sentimen positif dari masih kuatnya permintaan salah satu komoditas energi utama dunia ini. Mengutip data dari China Coal Transport & Distribution Association, konsumsi batu bara harian di 6 pembangkit listrik utama di Negeri Tirai Bambu tercatat sebesar 710.800 ton pada 16 Mei, atau mencapai level tertingginya sejak 9 Februari 2018 lalu.

Kuatnya konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik di Negeri Tirai Bambu tersebut didorong oleh datangnya periode heatwave (cuaca panas) ke dataran China, sehingga meningkatkan intensitas penggunaan listrik untuk alat pendingin ruangan.

Data tersebut lantas mengonfirmasi sentimen masih kuatnya permintaan batu bara Negeri Tirai Bambu, bahkan dengan kebijakan pembatasan impor serta rencana untuk mengalihkan sumber energi ke energi bersih. Sebagai informasi, impor batu bara China periode Januari-April 2018 sudah meningkat 9,3% year-on-year (YoY) ke level 97,68 juta ton.

Nampaknya, masih banyak pembangkit listrik dan fasilitas industri di China yang bergantung pada si batu hitam. Sebagai catatan, meskipun menyandang status sebagai "sumber energi kotor", batu bara tetap menjadi bahan bakar yang paling banyak digunakan di dunia, khususnya di Benua Asia yang mengutilisasi 70% batu bara termal dunia saat ini.

Positifnya performa harga batu bara masih direspons secara variatif oleh emiten sektor pertambangan di bursa saham domestik. Menjelang penutupan perdagangan IHSG sesi I hari ini, harga saham PT. Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 0,26% ke level 1.955, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menguat 0,78% ke level 260, dan PT. United Tractors Tbk (UNTR) melonjak 2,27% ke 36.100.

Di sisi lain, PT. Indika Energy Tbl (INDY) terkoreksi 1,79% ke 3.830, dan PT. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun 0,38% ke 26.550 pada perdagangan siang ini. Aksi profit taking nampaknya membayangi kedua saham ini, setelah sepanjang pekan lalu menguat cukup signifikan.




(RHG/RHG) Next Article China Serap Batu Bara Australia, Harga Berangsur Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular