Aksi Jual dan Kewaspadaan Investor Naikkan Yield Obligasi

Hidayat Setiaji & Roy Franedya, CNBC Indonesia
08 June 2018 09:59
Situasi Global Bikin Investor Waspada
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Namun selain faktor tersebut, kondisi global juga tengah kurang kondusif sehingga investor pun cenderung bermain aman dan menghindari risiko. Perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia tengah dipertaruhkan gara-gara kebijakan proteksionis Amerika Serikat (AS). 

Presiden AS Donald Trump keukeuh menerapkan bea masuk terhadap baja dan aluminium, bahkan ke negara-negara sekutunya seperti Kanada, Meksiko, atau Uni Eropa. Kebijakan ini memicu protes dari negara-negara tersebut. 

Pertemuan G-7 di Quebec (Kanada) pada 8-9 Juni ini pun menjadi tanda tanya besar. Sepertinya situasi panas tidak dapat terhindarkan. 

"Saya tentu akan berbicara dengan Presiden AS seputar perkembangan terkini, terutama di bidang perdagangan. Namun sepertinya diskusi akan sedikit sulit," ungkap Angela Merkel, Kanselir Jerman, dikutip dari Reuters. 

Komentar bernada keras datang dari Presiden Prancis Emmanuel Macron. Sang presiden Negeri Anggur ini menegaskan bahwa anggota G-7 yang lain siap kehilangan AS jika Trump terus ngotot menebar ancaman perang dagang. 

"Mungkin presiden AS tidak peduli kalau diasingkan, tetapi kami pun tidak ada masalah jika harus menjadi enam. Sebab enam ini merepresentasikan nilai, pasar ekonomi, dan kekuatan besar di percaturan internasional," tegas Macron. 

Sikap hati-hati investor bertambah karena mengantisipasi pertemuan dua bank sentral besar pada pekan depan yaitu The Federal Reserve/The Fed dan European Central Bank/ECB. Aroma pengetatan moneter tercium dari keduanya, sehingga pasar pun bergerak dengan penuh kewaspadaan. 

The Fed kemungkinan besar akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,75-2% pada rapat 13 Juni. Sementara ECB sudah mengindikasikan pengurangan stimulus moneter, yang bisa saja mulai diumumkan dalam rapat 14 Juni. 

Berbagai dinamika ini membuat pelaku pasar cenderung menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang. SBN pun menjadi salah satu instrumen yang ditinggalkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular