
Permintaan Lesu Jelang Lebaran, Harga CPO Tertekan
Houtmand P Saragih & Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
05 June 2018 16:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak pengiriman Agustus 2018 di bursa derivatif Malaysia bergerak melemah 0,46% ke MYR2.398/ton hingga pukul 15.30 WIB hari ini. Dengan capaian tersebut, harga komoditas agrikultur unggulan ekspor Indonesia dan Malaysia ini melanjutkan tren penurunannya, pasca ditutup melemah 1% lebih pada perdagangan kemarin.
Penyebab utama pelemahan harga CPO hari ini datang dari sentimen fundamental. Pelaku pasar cenderung berekspektasi bahwa permintaan komoditas minyak kelapa sawit akan menurun pada bulan Juni 2018 mendatang. Pasalnya, ekspor minyak sawit yang seharusnya tinggi pada dua bulan terakhir, malah cenderung loyo.
Pembeli cenderung menambah pembelian minyak sawit pada saat Ramadhan dan menjelang lebaran, namun kenyataan di lapangan ternyata jauh dari ekspektasi. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia tercatat turun 8,8% secara month-to-month (MtM) ke 1,2 juta ton pada bulan Mei 2018, mengutip data survei dari AmSpec Agri.
"Jika tren seperti ini berlanjut, eskpor Malaysia bulan Juni dapat menjadi lebih rendah daripada bulan Mei," tegas trader CPO yang berbasis di Kuala Lumpur, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/6/2018).
Dari Indonesia, pada Rabu (30/5/2018), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan bahwa ekspor minyak sawit RI pada Januari - April 2018 turun 4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menjadi 10,24 juta ton.
GAPKI sendiri mengakui bahwa terjadi anomali pada periode April 2018, di mana biasanya permintaan minyak sawit naik signifikan di negara tujuan ekspor menjelang Lebaran. Namun, ternyata kenaikan permintaan di bulan keempat tahun ini hanya terjadi di negara-negara muslim.
Ekspor ke negara-negara muslim seperti Bangladesh naik 222% pada April 2018 dibandingkan Maret 2018, dari 64.570 ton menjadi 208.100 ton. Sementara itu, ekspor ke Pakistan naik tipis 0,23% menjadi 163.300 ton.
Namun, pengiriman ke India justru turun 15% dari 408.650 ton pada Maret 2018 menjadi 346.280 pada April 2018. Hal ini diyakini karena naiknya bea masuk minyak sawit yang dikenakan India.
Adapun ekspor ke Amerika Serikat (AS) anjlok 42% dari 106.570 ton menjadi 62.160 ton. Permintaan yang turun drastis dari ini karena stok kedelai di Negeri Paman Sam sangat tinggi akibat retaliasi dagang China terhadap AS.
Selain itu, tekanan bagi harga CPO datang dari pelemahan harga sang rival minyak kedelai di kisaran 0,83% pada perdagangan kemarin di Chicago Board of Trade. Seperti diketahui, harga CPO memang banyak dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai melemah, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Next Article Ekspor Indonesia Diekspektasikan Naik 6%, Harga CPO Rebound
![]() |
Penyebab utama pelemahan harga CPO hari ini datang dari sentimen fundamental. Pelaku pasar cenderung berekspektasi bahwa permintaan komoditas minyak kelapa sawit akan menurun pada bulan Juni 2018 mendatang. Pasalnya, ekspor minyak sawit yang seharusnya tinggi pada dua bulan terakhir, malah cenderung loyo.
"Jika tren seperti ini berlanjut, eskpor Malaysia bulan Juni dapat menjadi lebih rendah daripada bulan Mei," tegas trader CPO yang berbasis di Kuala Lumpur, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/6/2018).
Dari Indonesia, pada Rabu (30/5/2018), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan bahwa ekspor minyak sawit RI pada Januari - April 2018 turun 4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menjadi 10,24 juta ton.
GAPKI sendiri mengakui bahwa terjadi anomali pada periode April 2018, di mana biasanya permintaan minyak sawit naik signifikan di negara tujuan ekspor menjelang Lebaran. Namun, ternyata kenaikan permintaan di bulan keempat tahun ini hanya terjadi di negara-negara muslim.
Ekspor ke negara-negara muslim seperti Bangladesh naik 222% pada April 2018 dibandingkan Maret 2018, dari 64.570 ton menjadi 208.100 ton. Sementara itu, ekspor ke Pakistan naik tipis 0,23% menjadi 163.300 ton.
Namun, pengiriman ke India justru turun 15% dari 408.650 ton pada Maret 2018 menjadi 346.280 pada April 2018. Hal ini diyakini karena naiknya bea masuk minyak sawit yang dikenakan India.
Adapun ekspor ke Amerika Serikat (AS) anjlok 42% dari 106.570 ton menjadi 62.160 ton. Permintaan yang turun drastis dari ini karena stok kedelai di Negeri Paman Sam sangat tinggi akibat retaliasi dagang China terhadap AS.
Selain itu, tekanan bagi harga CPO datang dari pelemahan harga sang rival minyak kedelai di kisaran 0,83% pada perdagangan kemarin di Chicago Board of Trade. Seperti diketahui, harga CPO memang banyak dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai melemah, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Next Article Ekspor Indonesia Diekspektasikan Naik 6%, Harga CPO Rebound
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular