Data Ekonomi AS Positif, Harga Emas Melandai

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
04 June 2018 14:20
Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) yang lebih agresif berhasil membebani pergerakan harga sang logam mulia.
Foto: REUTERS/Edgar Su
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak melemah sebesar  0,32% ke US$1.295,10/troy ounce, hingga pukul 13.00 WIB hari ini. Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) yang lebih agresif berhasil membebani pergerakan harga sang logam mulia.

Dengan capaian tersebut, harga emas melanjutkan tren pelemahannya, setelah di sepanjang pekan lalu harus ditutup melemah sebesar 0,68%. Harga emas pun kembali terlempar dari level US$1.300/troy ounce.

Data Ekonomi AS Positif, Harga Emas MelandaiFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung


Sentimen yang mempengaruhi harga emas sebenarnya cenderung bersifat netral pada hari ini.

Dari sisi negatif, indeks dolar AS yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang dunia, mampu menguat sebesar 0,17% pada pagi ini. Penguatan dolar AS dipicu oleh rilis data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam pada akhir pekan lalu. Pada Mei, angka pengangguran AS tercatat 3,8% atau terendah dalam 18 tahun terakhir. Angka pengangguran turun dari bulan sebelumnya yang sebesar 3,9%.

Sepanjang Mei, perekonomian AS menciptakan 223.000 lapangan kerja. Naik signifikan 40,25% dibandingkan bulan sebelumnya dan 43,87% dari periode yang sama pada 2017.

Perkembangan ini menunjukkan pemulihan ekonomi di AS semakin terlihat, sehingga menaikkan ekspektasi inflasi. Investor (lagi-lagi) berpandangan bahwa ada kemungkinan The Federal Reserve/The Fed akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.

Pasar memperkirakan The Fed menaikkan suku bunga acuan tiga kali sepanjang 2018. Namun jika laju perekonomian AS semakin kencang, maka kebutuhan pengetatan moneter lebih lanjut pun dibutuhkan untuk mengerem inflasi. Akibatnya, bisa saja The Fed menaikkan dosis kenaikan suku bunga menjadi empat kali. Ekspektasi ini menjadi bensin bagi greenback.

Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terapresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih mahal untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS.

Di sisi positifnya, perkembangan perang dagang AS-China kembali menjadi perhatian investor. Perkembangan proses negosiasi perdagangan dua raksasa ekonomi dunia tersebut nampaknya tidak cukup memuaskan. Pertemuan antara Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross di Beijing yang selesai pada hari Minggu (04/06/2018) belum menelurkan hasil yang signifikan.

Seusai pertemuan tersebut, Negeri Tirai Bambu malah memperingatkan AS bahwa kesepakatan perdagangan dan bisnis yang telah dicapai antara kedua negara sejauh ini, dapat menjadi tidak berlaku, apabila Washington tetap mengimplementasikan tarif dan biaya perdagangan lainnya, seperti dikutip dari Reuters.

Frase "kesepakatan perdagangan dan bisnis" yang disinggung oleh pemerintah China tersebut nampaknya mengacu pada konsensus yang dicapai kedua negara pada bulan lalu di AS, di mana China setuju untuk meningkatkan pembelian barang dan jasa dari AS secara signifikan.

Perkembangan teranyar tersebut lantas menahan pelemahan harga emas hari ini. Situasi tensi dagang AS-China yang memanas dapat menstimulasi permintaan instrumen safe haven seperti emas.

Sebagai tambahan, siang ini indeks dolar AS juga sudah mulai berbalik arah, dengan melemah di kisaran 0,2% merespon perkembangan isu perang dagang. Hanya saja, sejauh ini harga emas masih belum mampu berbalik menguat, karena dibayangi sentimen kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif, seperti sudah disinggung sebelumnya.


TIM RISET CNBC INDONESIA

(hps) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular