
Internasional
Terhimpit Perang Dagang, Manufaktur China Tetap Menggeliat
Roy Franedya, CNBC Indonesia
31 May 2018 14:41

Jakarta, CNBC Indonesia - China melaporkan aktivitas pabrik di negaranya telah tumbuh melebihi ekspektasi pada Mei 2018. Data resmi sektor manufaktur yang ditunjukkan Purchasing Managers' Index (PMI) berada di level 51,9 - tertinggi sejak Oktober 2017.
Dalam survei yang dilakukan Reuters, sejumlah ekonom memprediksi PMI manufaktur China pada Mei turun ke 51,3 dari bulan April yang mencapai 51,4.
PMI dengan skor di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi, jika di bawah 50 menandakan sinyal kontraksi.
Permintaan yang kuat dan keuntungan yang diperoleh akibat harga komoditas global yang meningkat berkontribusi pada meningkatnya PMI manufaktur Mei, kata Zhao Qinghe, ahli statistik di Biro Statistik Nasional China seperti dilansir dari CNBC International, Kamis (31/5/2018).
China juga melaporkan PMI sektor jasa pada Mei 2018 mencapai 54,9 naik dari bulan April sebesar 54,8 seiring adanya transisi raksasa manufaktur ke sektor jasa dan konsumsi yang mendorong perekonomian.
"Sangat mengesankan, China telah mampu mempertahankan momentumnya terlepas dari fakta bahwa Presiden Xi [Jinping] sedang memenuhi janjinya dan mungkin mengorbankan sedikit kekuatan ekonomi untuk stabilitas," kata Carl Tannenbaum, kepala Ekonom Northern Trust, mengacu pada reformasi keuangan di China.
Data ekonomi dari China sedang diawasi ketat di tengah ketegangan perang dagang China dan Washington ketika Presiden Donald Trump menyoroti lebarnya defisit perdagangan Amerika dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Awal pekan ini, Gedung Putih mengumumkan akan memiliki daftar akhir atas barang impor China senilai US$50 miliar (Rp 700 triliun) yang dikenakan tarif 25% mulai 15 Juni 2018. Selanjutnya, dua minggu kemudian AS akan mengumumkan pembatasan investasi terhadap akuisisi teknologi AS oleh China.
Indeks resmi PMI China berfokus pada perusahaan besar dan perusahaan milik negara, sementara satu set bacaan lain oleh Caixin dan IHS Markit berfokus pada usaha kecil dan menengah - data ini dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat.
(prm) Next Article Kali Pertama dalam 19 Bulan, Manufaktur China Tumbuh Negatif
Dalam survei yang dilakukan Reuters, sejumlah ekonom memprediksi PMI manufaktur China pada Mei turun ke 51,3 dari bulan April yang mencapai 51,4.
China juga melaporkan PMI sektor jasa pada Mei 2018 mencapai 54,9 naik dari bulan April sebesar 54,8 seiring adanya transisi raksasa manufaktur ke sektor jasa dan konsumsi yang mendorong perekonomian.
"Sangat mengesankan, China telah mampu mempertahankan momentumnya terlepas dari fakta bahwa Presiden Xi [Jinping] sedang memenuhi janjinya dan mungkin mengorbankan sedikit kekuatan ekonomi untuk stabilitas," kata Carl Tannenbaum, kepala Ekonom Northern Trust, mengacu pada reformasi keuangan di China.
Data ekonomi dari China sedang diawasi ketat di tengah ketegangan perang dagang China dan Washington ketika Presiden Donald Trump menyoroti lebarnya defisit perdagangan Amerika dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Awal pekan ini, Gedung Putih mengumumkan akan memiliki daftar akhir atas barang impor China senilai US$50 miliar (Rp 700 triliun) yang dikenakan tarif 25% mulai 15 Juni 2018. Selanjutnya, dua minggu kemudian AS akan mengumumkan pembatasan investasi terhadap akuisisi teknologi AS oleh China.
Indeks resmi PMI China berfokus pada perusahaan besar dan perusahaan milik negara, sementara satu set bacaan lain oleh Caixin dan IHS Markit berfokus pada usaha kecil dan menengah - data ini dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat.
(prm) Next Article Kali Pertama dalam 19 Bulan, Manufaktur China Tumbuh Negatif
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular